Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 07:39 WIB | Kamis, 04 Juni 2020

Survei: Setengah Penduduk Israel Setuju Aneksasi Bagian Tepi Barat

Gambaran umum menunjukkan rumah-rumah di permukiman Maale Adumim Israel, di Tepi Barat yang diduduki pada 15 Februari 2017. (Foto: dok. Reuters)

TEL AVIV, SATUHARAPAN.COM-Setengah dari warga mendukung Israel menganeksasi bagian dari Tepi Barat yang diduduki. Namun mereka terpecah atas apakah akan mengambil langkah tanpa dukungan Amerika Serikat, menurut sebuah jajak pendapat pada hari Rabu (3/6).

Sekitar 25 persen warga Israel yang disurvei oleh sebuah lembaga think tank, Lembaga Demokrasi Israel, mengatakan mereka ingin pemerintah mereka menerapkan kedaulatan pada pemukiman Yahudi dan Lembah Yordan di Tepi Barat bahkan tanpa dukungan dari sekutu terdekat Israel.

Rencana Presiden AS, Donald Trump, untuk perdamaian Israel-Palestina meliputi Israel yang mempetrtahankan sebagian besar permukimannya di Tepi Barat, wilayah yang diupayakan warga Palestina untuk sebuah negara.

Palestina telah menolak proposal Trump. Mereka dan sebagian besar negara menganggap pemukiman Israel di Tepi Barat sebagai ilegal, meskipun Israel membantah hal ini.

Seperempat dari 771 orang Yahudi dan Arab Israel yang disurvei memilih aneksasi hanya dengan dukungan Washington. Sementara 30 persen lainnya menentang sepenuhnya langkah itu. Sisanya 20 persen tidak dapat memutuskan.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah berjanji untuk memulai diskusi kabinet pada 1 Juli tentang perluasan kedaulatan Israel ke permukiman Yahudi dan Lembah Jordan; sebuah aneksasi tanah secara de facto yang direbut dalam perang Timur Tengah tahun 1967.

Rencana Trump juga membayangkan negosiasi yang mengarah ke negara Palestina di bawah kendali keamanan Israel yang hampir lengkap, menciptakan apa yang para pemimpin Palestina katakan akan menjadi negara yang tidak bisa bertahan.

Para pemimpin pemukim Israel, yang bertemu Netanyahu pada hari Selasa (2/6),  menyuarakan keprihatinan bahwa aneksasi di bawah cetak biru Trump juga akan melibatkan negara Palestina dan meninggalkan beberapa pemukiman terisolasi di wilayah yang diperintah Palestina.

Menteri kabinet Israel, Tzachi Hanegbi, mengatakan di Radio Angkatan Darat pada hari Rabu bahwa pemukim tidak perlu khawatir "karena tidak akan pernah ada" negara Palestina. Pembicaraan Israel-Palestina gagal pada tahun 2014, bagian dari proses perdamaian yang hampir mati yang dimulai pada 1990-an.

Pekan ini, Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz, memerintahkan militer untuk mulai mempersiapkan konsekuensi aneksasi, yang dapat memicu kerusuhan di Palestina. (Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home