Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Sotyati 18:31 WIB | Rabu, 08 Juni 2016

Talas, Berpotensi sebagai Suplemen Beras

Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott). (Foto: bisnisukm.com)

SATUHARAPAN.COM –  Ingat talas, ingat Bogor. Talas jadi salah satu buah tangan khas jika kita berwisata ke Bogor. Tak mengherankan talas pun dikenal dengan nama talas bogor, padahal talas ditanam di hampir semua daerah di Indonesia. Di toko-toko buah di kota-kota besar, kita bisa menemukan talas malang, atau juga talas pontianak yang harganya mencapai lebih kurang Rp 50.000 per kilogram.

Talas, juga dikenal dengan nama keladi, selama ini lebih banyak dikenal melalui produk olahannya, yakni keripik talas atau stik talas. Namun, selain dikonsumsi langsung dengan cara dikukus atau digoreng, talas kini juga diolah menjadi tepung, bubur, dan kue-kue.

Talas, tumbuhan dari suku talas-talasan atau Araceae, dan memiliki nama ilmiah Colocasia esculenta (L.) Schott, merupakan tumbuhan penghasil umbi yang cukup penting. Berbagai bukti etno-botani, seperti dikutip dari fao.org, menunjukkan talas berasal di Asia Tengah, diperkirakan dari India atau Semenanjung Melayu. Talas diperkirakan telah dibudidayakan manusia sejak masa purba, bahkan sebelum padi ditanam orang.

Talas, mengutip dari Wikipedia, adalah tumbuhan herba, dengan semacam umbi batang yang disebut bonggol yang tumbuh di bawah tanah. Tinggi tumbuhan 0,4 - 2 m.

Daun-daunnya dua-lima helai, dengan tangkai berwarna hijau, bergaris-garis tua, atau keunguan, 23-150 cm, pangkalnya berbentuk pelepah. Helaian daun bundar telur, jorong, atau lonjong, dengan ujung meruncing, kadang-kadang keunguan di sekitar menancapnya tangkai, dengan bagian sisi bawahnya berlilin, taju pangkalnya membulat.

Perbungaan dalam tongkol di ketiak, bertangkai 15-60 cm. Seludang bunga 10-30 cm, dalam dua bagian, yang atas lebih panjang, berwarna kuning oranye dan rontok. Tongkol dengan warna mentega pada bagian jantannya.

Buahnya buah buni berwarna hijau, lebih kurang 0,5 cm. Biji bentuk gelendong, beralur membujur.

Dari daerah asalnya, talas menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk India, Tiongkok, Afrika Barat, Afrika Utara, dan Hindia Barat. Talas merupakan makanan pokok di beberapa kepulauan di Oseania.

Dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini dikenal dengan nama taro, old cocoyam, dasheen, atau eddoe. Di Indonesia, mengutip dari Wikipedia, nama lokalnya sangat beragam, misalnya talé, kĕladi, sukat, suhat, seuhat, suwat (Batak); taro (Nias); taléh, kaladi, kuladi (Minangkabau); talos, kĕladi (Lampung); talĕs, kĕladi, kujang, luèh (Dayak); taleus, bolang (Sunda); tales (Jawa); talĕs, kaladi (Madura); talĕs, kladi (Bali); talé, koladi, kolai, kolei, korei, kore (aneka dialek di Sulut); aladi, suli, kosi, paco (Sulsel); lole, ufi lole (Timor); inane, inano, inan, ina wuu, ronan, kětu, etu, hakar, wakal, gwal (berbagai pulau di Maluku); bètè, ota, dilago, komo (Maluku Utara); nomo, uma, warimu, hèkérè, sèkéré, ifen, yéfam (Papua).

Manfaat dan Khasiat Talas

Di beberapa daerah di Indonesia, mengutip dari situs Direktorat Budidaya Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Kementerian Pertanian, talas telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan, diversifikasi pangan maupun bahan pakan ternak serta bahan baku industri.

Talas terutama ditanam untuk diambil umbinya, yang merupakan sumber karbohidrat cukup penting. Namun umbi ini mengandung getah gatal, yang berbeda-beda ketajamannya menurut jenisnya, sehingga harus dimasak terlebih dulu sebelum dapat dikonsumsi.

Tanaman talas memiliki nilai ekonomi tinggi karena hampir sebagian besar bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk dikonsumsi.  Sebagai penghasil karbohidrat, talas berpotensi sebagai suplemen atau substitusi beras, dan bahan baku industri untuk tepung.

Di Amerika, tepung talas diproses menjadi makanan bayi. Tepung talas dimanfaatkan untuk bahan kue-kue di Filipina dan Kolombia, dan menjadi bahan roti di Brasil. Di Hawaii dan beberapa wilayah Kepulauan Polinesia, umbi talas dikukus dan ditumbuk untuk dibuat pasta, difermentasi, untuk bahan puding.

Di beberapa daerah di Indonesia, seperti di Kepulauan Mentawai dan Papua, seperti dapat dibaca di Wikipedia, talas dimakan sebagai makanan pokok, dengan cara dipanggang, dikukus, atau dimasak dalam tabung bambu. Seiring perkembangan zaman, tepung talas dimanfaatkan menjadi makanan enyek-enyek, dodol talas, chese stick talas.

Daun dan tangkai daun talas yang muda dapat dimanfaatkan sebagai sayuran. Bagian pucuk dan tangkai daunnya yang muda, dimasak gulai, dan di Jawa Barat dikenal dengan nama sayur lompong. Daun-daunnya yang muda juga diolah menjadi masakan buntil.

Daun-daun talas juga dimanfaatkan sebagai pakan ikan. Selain itu, umbi, daun dan batangnya, juga dimanfaatkan untuk pakan ternak.

Secara tradisional, umbinya dipercaya memiliki khasiat antiradang dan mengurangi bengkak. Daun dan tangkai bersifat astringen. Umbi dan tangkai daun mengandung tepung, villose, polifenol, dan saponin. Daunnya mengandung polifenol.

Situs fao.org menyebutkan Fiji, Tonga, Kepulauan Cook, Tuvalu, Thailand, dan sampai tahun 1993 di Samoa, talas adalah komoditas ekspor penting, penyumbang devisa berharga untuk negara. Negara-negara itu telah mampu mendapatkan sejumlah besar uang dari perdagangan ekspor talas, terutama untuk Australia dan Selandia Baru.

Melihat potensi tersebut di atas, talas mempunyai peluang besar untuk dikembangkan di Indonesia. Selain untuk tujuan diversifikasi pangan, juga untuk ekspor. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home