Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 06:02 WIB | Kamis, 22 Oktober 2020

Taliban Sergap Pasukan Afganistan, 25 Tewas

Kerabat berkumpul di samping peti mati seorang tentara di luar rumah sakit setelah penyergapan yang dituduhkan dilakukan oleh orang-orang Taliban, menewaskan sedikitnya 25 personel pasukan keamanan Afghanistan di Provinsi Takhar, Rabu (21/10/2020). (Foto: AFP)

KABUL, SATUHARAPAN.COM-Sedikitnya 25 personel pasukan keamanan Afghanistan tewas dalam penyergapan yang dituduh dilakukan oleh Taliban, kata para pejabat hari Rabu (21/10), membahayakan pembicaraan damai yang sedang berlangsung di antara kedua pihak.

Penyergapan itu terjadi, meskipun ada jaminan dari Taliban ke Amerika Serikat pekan lalu bahwa mereka akan mengurangi pertumpahan darah.

Pasukan keamanan diserang pada hari Selasa (20/10) malam di Provinsi Takhar dan pertempuran masih berlangsung, kata Jawad Hejri, juru bicara gubernur, yang menyebutkan korban tewas sejauh ini mencapai 25 orang.

"Taliban telah mengambil posisi di rumah-rumah di sekitar daerah itu. Mereka menyergap pasukan kami yang berada di sana untuk operasi melawan musuh," katanya.

Direktur kesehatan Provinsi Takhar, Abdul Qayoum, mengatakan 34 personel keamanan telah tewas, termasuk wakil kepala polisi provinsi itu. Namun pihak Taliban sejauh ini belum mengomentari serangan itu.

Meskipun membuka pembicaraan damai dengan pemerintah Afghanistan di Qatar, kelompok garis keras terus meningkatkan kekerasan di Afghanistan dalam upaya untuk menggunakan pengaruh dalam negosiasi.

Serangan besar-besaran oleh Taliban di Provinsi Helmand memaksa ribuan keluarga mengungsi dari rumah mereka pekan lalu, sementara sebuah bom mobil hari Minggu di dekat markas polisi di Ghor yang dituduhkan pada pemberontak yang menewaskan 16 orang dan 154 orang luka-luka.

Sedikit Kemajuan

Pertemuan antara pasukan Afghanistan dan Taliban diselenggarakan di Doha selama beberapa hari terakhir, tetapi hanya sedikit kemajuan yang dicapai sejak pembicaraan diluncurkan pada bulan September.

"Tingkat kekerasan ini, tentu saja, membuat tugas negosiasi menjadi sangat sulit," kata Nader Naderi, seorang negosiator untuk pemerintah Afghanistan. "Situasi seperti ini menambah urgensi untuk gencatan senjata."

Utusan tertinggi AS untuk Afghanistan, Zalmay Khalilzad, mengatakan awal pekan ini bahwa pertempuran mengancam proses perdamaian. "Kekerasan saat ini tetap sangat tinggi meskipun baru-baru ini menegaskan kembali perlunya pengurangan yang substansial," tambahnya.

Pengaruh AS atas medan pertempuran Afghanistan semakin berkurang, dengan Pentagon ingin menarik semua pasukannya yang tersisa pada Mei mendatang.

Dengan pemilihan AS kurang dari dua pekan lagi, Presiden Donald Trump berusaha memenuhi janjinya untuk mengakhiri perang terpanjang Amerika dan menarik kembali pasukan lebih cepat.

Ini telah menimbulkan pertanyaan tentang desakan Washington bahwa penarikannya dari Afghanistan setelah 19 tahun perang benar-benar "berdasarkan kondisi".

Taliban dengan cepat mengeksploitasi situasi dan mulai memanfaatkan keuntungan militer baru segera setelah mereka menandatangani kesepakatan penarikan dengan AS. (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home