Loading...
INSPIRASI
Penulis: Priskila Prima Hevina 07:49 WIB | Rabu, 23 November 2016

Tangisan Ibu Pertiwi

Pahlawan dalam diamlah yang sesungguhnya dinanti.
Kini ibu sedang lara (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Menjelang akhir 2016, ibu pertiwi mengalami banyak goncangan. Hawa-hawa sengit dapat dicium seantero negeri. Urusan segala macam dicampur aduk: jagad politik, jagad hiburan, jagad budaya, jagad linguistik, jagad keagamaan. Ibu pertiwi stres. Dan itu tak hanya ada di dunia nyata, di dunia maya pun orang main keroyokan.

Dari ini semua, terlihat bagaimana orang banyak kehilangan akal sehatnya. Semua mengklaim bahwa dirinya yang paling benar. Orang mencaci sesamanya sesuka hati. Orang menempatkan diri menjadi hakim atas yang lain. Maka benarlah lagu ini:

Ku lihat ibu pertiwi…

Sedang bersusah hati…

Air matanya berlinang…

Mas intan yang kau kenang…

Dua ratus juta rakyat Indonesia. Saya yakin bahwa tidak seratus persen bangsa ini punya pikiran kerdil. Masih ada orang baik. Masih ada orang berbudi. Masih ada orang yang berharap. Masih ada orang yang menjadi harapan.

Katakanlah begini, pemerintahan yang silih berganti tidak berpengaruh pada kehidupan kita. Huru-hara di luar sana memang bakal dicatat dalam sejarah. Tetapi, untuk menjadi pahlawan yang baik tak mesti koar-koar di tengah terik matahari. Tak perlu juga sibuk tampil di pelbagai ajang agar muka kita dikenal.

”Menjadi berbeda itu susah, maka belajarlah bertahan dan jadilah pembeda di dunia.” Ini  status Facebook teman SMA saya—seorang dokter, etnis cina, mualaf. Seorang yang pilih berkonsentrasi menggelar lapangan kerja lewat gerai toko di berbagai kota.

 ”Untuk menjadi manfaat itu, kalau tidak mampu bergerak, cukup berdoa saja.” Kalau ini caption foto di Instagram milik kakak kelas saya semasa kuliah—seorang sarjana yang mau mengayun cangkul hingga dapat membangun desa.

Pahlawan dalam diamlah yang sesungguhnya dinanti. Sunyi, tak unjuk gigi, tapi punya aksi. Kata pepatah ”Lebih baik menyalakan lilin dari pada mengutuk kegelapan.” Ya memang begitu. Pun daripada kita menuding orang lain bikin kisruh, sebaiknya kita melihat ke dalam diri: apa kita sudah berbuat sesuatu yang terpuji? Karena hanya dengan menyemai damai dan cinta, tangis ibu pertiwi mereda.

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home