Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 14:20 WIB | Jumat, 13 Maret 2020

Tantangan Dimensi Karya dalam "Mini Seksi #2"

Tantangan Dimensi Karya dalam "Mini Seksi #2"
Karya Oktaviani berjudul “Broken Promises” (kiri) pada pameran "Mini Seksi #2" di Ruang Dalam art house. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Tantangan Dimensi Karya dalam "Mini Seksi #2"
Human – akrilik di atas kertas – diameter 50 cm – Ega Budaya Putra – 2020.
Tantangan Dimensi Karya dalam "Mini Seksi #2"
Ladies and Gentleman – cat akrilik di atas vynil - 42 cm x 64 cm – Yaksa Agus – 2020.
Tantangan Dimensi Karya dalam "Mini Seksi #2"
Konspirator (Tan Maidil/kiri), Kualitas Ekspor (NPAAW/kanan)
Tantangan Dimensi Karya dalam "Mini Seksi #2"
Dari kiri ke kanan: Box od Wishes (Desy Gitary), Ingin Tumbuh #3 (Suwandi Waeng), Fruit Character (Rizal Hasan), Silent (Isa Ansory)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Setelah akhir tahun 2018, RuangDalam Art House kembali menggelar pameran Mini Seksi (MS). Sebanyak 32 seniman perupa mempresentasikan karya dua-tiga matra dalam berbagai medium dengan dimensi yang relatif kecil. Pameran Mini Seksi #2 bertajuk “Kotak” dibuka oleh pemilik Syang Art Space-Magelang Ridwan Muljosudarmo, Minggu (1/3) sore.

Ketiga puluh dua seniman terlibat adalah Agung Santosa, Agus Kurniawan, Desy Gitary, Herru Yoga, Hendung Tunggal Jati, Oktaviani, Syam Terrajana, Ridho Scoot, Rizal Mizilu, Tan Maidil, Oky Antonius, NPAAW, Rejo Arianto, Rangga A Putra, Yaksa Agus, Uga Budaya Putra, Jhoni Saputra, Roadyn Choeruoin, Giorgio Sciaretta, M Katilli, Isa Ansory, Suwandi Waeng, Yanto Gombo, Romi Kumik, Romi Armon, Mona Palma, Mola, Afriani, Ulil Gama, Rizal Hasan, Iwan Yusuf, Fitra Alex Junaedi.

Dalam lima tahun terakhir muncul kecenderungan seniman-perupa di Yogyakarta berkarya dalam ukuran yang reltif kecil. Tiga tahun lalu seniman-perupa Lukman mempresentasikan dua puluhan karya dua matra di atas kanvas berukuran 20-25 cm di Omah Petroek dan hampir separuh lebih dibeli saat pembukaan pameran.

Awal tahun lalu Edi Maesar memamerkan 150-an karya lukisan kecilnya berukuran mulai dari 13 cm x 17 cm sampai tidak lebih dari 22 cm x 27 cm. Hingga pameran selesai tidak kurang 40-an karya lukisan kecil Edi Maesar dikoleksi oleh beberapa pencinta seni.

Awal tahun 2000-an Edwin Gallery di Kemang, Jakarta Selatan, mulai memamerkan karya-karya berukuran kecil dalam program Kecil Itu Indah (KII). Pameran tahunan KII di Edwin Gallery berlangsung hingga tahun 2016 sebelum dihentikan. Seolah melanjutkan KII, tahun 2017 Miracle Print membuat pameran Kecil Itu Indah #1 After Edwin’s.

"Saya masih ingat, dulu Widayat pernah pameran di Jepang yang meminta Ajip Rosidi untuk memamerkan karya mini. Ukurannya kecil-kecil. Bawanya enak, ditenteng atau bisa dimasukkan ke koper, hand carry. (Karya mini) ini bisa menjadi trend. Kualitas (ide, eksekusi, material karya) ini yang harus diperhatikan." kata kolektor karya seni Oei Hong Djien dalam sambutan Kecil Itu Indah #1 After Edwin’s dua tahun lalu.

Menawarkan merchandise dan karya seni pada sebuah pameran seni rupa terutama yang berukuran kecil dan mudah ditenteng menjadi trend akhir-akhir ini di Yogyakarta. Festival Kesenian Yogyakarta (FKY), yang awalnya merupakan bursa seni rupa sebenarnya sudah melakukannya sejak pertama kali digelar tahun 1989. Pada FKY yang mulai tahun lalu berganti menjadi Festival Kebudayaan Yogyakarta, selain pameran dan bazaar seni rupa dalam rangkaian acaranya dengan Pameran Perupa Muda (Paperu) juga selalu menawarkan bazaar merchandise-kerajinan tangan di pasar seninya dalam setiap penyelenggaraan.

Melihat potensi yang cukup menjanjikan, mulai penyelenggaraan tahun 2017 ArtJog melengkapi pameran seni rupanya dengan booth merchandise dan kuliner yang sebagian besar juga menawarkan karya-merchandise yang mudah dibawa. Di luar itu, ruang seni maupun ruang kolektif di berbagai tempat di Yogyakarta sepanjang tahun stockroom dan artshop-nya selalu tersedia karya-merchandise yang hand carry.

“Menjadi program tahunan RuangDalam Art House memberikan tantangan kepada seniman untuk berkarya (dalam dimensi) kecil namun tetap maksimal. Berkarya (dalam dimensi) itu ternyata tidak mudah. Pada karya (ukuran) besar biasanya energinya besar, idenya besar. Bagaimana kemudian kalau ukurannya dibatasi maksimal 50 cm x 50 cm, itu menjadi tantangan tersendiri bagi seniman. Beberapa seniman ternyata kesulitan dalam mengeksekusi tantangan tersebut. Di Mini Seksi inilah tantangannya untuk karya-karya kecil.” papar pengelola RuangDalam art house Titik Suprihatin kepada satuharapan.com Kamis (12/3) siang.

Titik menjelaskan pameran tersebut menjadi perhelatan Mini Seksi yang ketiga. Mini Seksi #1 dihelat di RuangDalam art house pada Desember 2018. Tahun lalu Mini Seksi dihelat di Studio Jaring, Kota Batu-Jawa Timur.

Dalam ukuran medium yang terbatas itulah seniman-perupa ditantang menghasilkan karya dalam bidang yang tidak terlalu luas dengan hasil yang maksimal tanpa kehilangan unsur artistik maupun estetikanya.

Dalam medium cat akrilik di atas kain katun dan silikon, Romi Armon mempresentasikan karya tiga matranya dalam dimensi 55 cm x 50 cm x 25 cm berjudul Menyentuh Rasa Mencari Kemungkinan #3. Karya tersebut menjadi kelanjutan project Romi dari seri yang sama namun dalam dimensi yang lebih kecil.

Eksplorasi medium menjadi pilihan untuk memaksimalkan karya dalam ukuran yang terbatas. Dalam karya berjudul Ndlewer Syndrome Series, Agung Santosa memanfaatkan korek api gas bekas menjadi karya berdimensi kecil: 4 cm x 4,5 cm x 3,5 cm.

Perempuan perupa muda Oktaviani yang memiliki ketertarikan menghasilkan karya lukisan realis-surealis bertekstur dari medium yang digunakannya, pada karya berjudul Broken Promises memanfaatkan benang dan cat minyak di atas kanvas berukuran 50 cm x 50 cm. Pilihan (medium, gaya, citraan) tersebut menjadi salah satu penanda kekhasan karya Oktaviani yang mudah dikenali publik seni rupa.

Perempuan perupa yang belajar secara otodidak Desy Gitary mempresentasikan karya dua matra dalam citraan dualtone menggunakan medium charcoal dan pensil di atas kanvas berukuran 50 cm x 50 cm berjudul Box of Wishes. Goresan ekspresionis Desy agak berbeda dibanding karya terdahulunya yang lebih banyak mengeksplor medium charcoal dalam karya monochrome-nya, sementara untuk karya yang berwarna Desy lebih banyak menggunakan car minyak.

Lembaran silika (sylicate sheet) menjadi pilihan Giorgio Sciaretta dalam karya Surface in Motion of The Universe berukuran 60 cm x 50 cm. Dalam garis dan bidang yang dibuatnya karya Sciaretta memunculkan citraan yang terus berubah dan berbeda dalam sudut pandang yang berlainan.

Selain karya berukuran kecil, Mini Seksi #2 melibatkan Yaya Marjan merespons ke-32 karya yang dipresentasikan dalam sebuah tulisan.

“Melengkapi pameran Mini Seksi #2, Kamis (5/3) kemarin dihelat acara Lemak Jenuh. Sebuah program sharing pengetahuan kepada seniman non-akademik yang terlibat dalam Mini Seksi #2. Respons on the spots dengan menggunakan medium tinta di atas kertas.” pungkas Titik.

Pameran "Mini Seksi #2" berlangsung hingga 14 Maret 2019 di RuangDalam Art House Jalan Kebayan, Gang Sawo No 55 Jeblog, Tirtonirmolo, Kasihan-Bantul.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home