Loading...
FOTO
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 20:13 WIB | Minggu, 26 November 2017

Tarikan Garis dan Warna dalam Joged Bumbung

Tarikan Garis dan Warna dalam Joged Bumbung
Joged Bumbung dalam sketch on the spots pada pameran "Tribute to the Maestro I Nyoman Gunarsa" di PKKH-UGM, hari Sabtu (25/11). (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Tarikan Garis dan Warna dalam Joged Bumbung
Instrumen rindik-bumbung berbahan bambu.
Tarikan Garis dan Warna dalam Joged Bumbung
Karya I Nyoman Gunarsa pada pameran "Tribute to the Maestro I Nyoman Gunarsa" di PKKH-UGM, 23-29 November 2017.
Tarikan Garis dan Warna dalam Joged Bumbung
Lukisan berjudul "Insecure" karya Pande Gotha Antasena
Tarikan Garis dan Warna dalam Joged Bumbung
Karya seniman yang terkenal dengan teknik brush stroke Nyoman Sukari berjudul "Mengatur Strategi".
Tarikan Garis dan Warna dalam Joged Bumbung
Karya topeng berjudul "Lapisan Terluar" | Gede Suyudana Sadewa | acrylic on stoneware.
Tarikan Garis dan Warna dalam Joged Bumbung
"Bangun" | A.B. Widiantoro | acrylic on canvas.
Tarikan Garis dan Warna dalam Joged Bumbung
Sebuah karya instalasi pada pada pameran "Tribute to the Maestro I Nyoman Gunarsa"
Tarikan Garis dan Warna dalam Joged Bumbung
"Prosesi Keseimbangan Alam" | Dewa Made Mustika | mix media on canvas | 150 cm x 200 cm | 2017.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sebanyak 40-an seniman yang tergabung dalam Sanggar Dewata Indonesia (SDI) Yogyakarta selama seminggu memamerkan karya seni rupa di ruang pamer Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH)-UGM.

Pameran yang berlangsung 23-29 November dengan tajuk "Tribute to the Maestro I Nyoman Gunarsa" sebagai dedikasi penghormatan atas segala sumbangsih pemikiran, dukungan materil moril Nyoman Gunarsa atas perjalanan seni rupa Indonesia  di Yogyakarta. Salah satu buah pemikiran penting dari seorang  perupa ‘bertangan emas’ I Nyoman Gunarsa adalah berdirinya Sanggar Dewata Indonesia (SDI) pada tahun 1970.

Pameran "Tribute to the Maestro I Nyoman Gunarsa" diselenggarakan oleh murid, kolega semasa menjadi dosen di FSR ISI Yogyakarta, dan para sahabat Nyoman Gunarsa diantaranya M. Dwi Marianto, A.B. Dwiantoro. Dua karya Nyoman Gunarsa turut pula dipamerkan.

Garis Saya Adalah Nyanyian, Warna Saya Adalah Tarian

Gunarsa menjadi pelukis yang tidak pernah melewatkan berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. Ia melahirkan gaya yang mampu menjadi penanda perkembangan seni rupa modern Bali dan Indonesia. Gunarsa secara total menawarkan keterampilan teknik melukis ekspresif dekoratif dalam lukisan-lukisannya dengan tema-tema yang tetap, yakni kebudayaan Bali.

Sebagai rangkaian dari tribute, pada hari Sabtu (25/11) sore SDI menggelar kegiatan sketch on the spots di teras PKKH dengan mengundang rekan seniman dan masyarakat luas. Melengkapi sketch on the spots, SDI menampilkan Joged Bumbung untuk direspon visualnya ke dalam sketsa.

Joged Bumbung yang dalam satu tahun terakhir menjadi viral di media sosial karena menampilkan gerakan tari yang dianggap "miring", erotis, seronok, hingga mengarah pada porno-aksi dalam tatanan moral adat ketimuran, oleh SDI sengaja diangkat untuk mendudukkan kembali khasanah tari pergaulan tersebut dalam ranah kehidupan sehari-hari.

Joged Bumbung itu pula yang dipilih SDI untuk mengapresiasi dan penghormatan kepada Gunarsa. Kemampuan dan kekuatan menggaris Gunarsa dimaksimalkan dalam karyanya. Menikmati karya Gunarsa adalah menikmati olah garis yang memberikan karakter khas sebuah karya. Tidak salah bila ia sering berkata, “Garis saya adalah nyanyian, warna saya adalah tarian.”

"Joged Bumbung itu tarian pergaulan. Diadakan pada acara-acara sosial ataupun sesaat setelah panen. Sebagai bagian bentuk syukur atas apa yang telah diberikan-Nya," kata perupa Dewa Made Mustika. Orang tua Made Mustika merupakan penari tradisional Bali.

Di berbagai tempat di Indonesia terdapat banyak ragam tari pergaulan semisal tari Manasai (Kalteng), tari Tor-Tor (Batak), tari Ketuk Tilu (Sunda), tari Lengger (Banyumasan), tari Tayub (pantura Jawa Tengah), tari Gandrung (Banyuwangi), tari Begandrungan/Jejangeran (Lombok).

Dua penari perempuan dalam iringan musik gamelan Bali yang cenderung dinamis mengajak penonton untuk naik ke panggung menari bersama.

"Penari tidak menarikan satu jenis tari (Bali) tertentu. Seluruh gerakannya adalah improvisasi merespon musik pengiring yang sedang dimainkan. Hampir semuanya spontanitas. Tidak ada cerita seperti sendratari Ramayana misalnya," jelas Made Mustika.

Dalam sketch on the spots, SDI berusaha menghadirkan kembali Joged Bumbung sebagai salah satu representasi kecintaan Gunarsa pada nyanyian-tarian yang tervisualkan dalam sebuah karya seni rupa. Ada tarikan garis dan komposisi warna yang kuat di dalamnya, sekuat semangat Joged Bumbung dalam menyemai pergaulan yang setara di antara sesama. Bukan yang lain.
 

 

Editor : Melki Pangaribuan


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home