Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Dewasasri M Wardani 11:05 WIB | Sabtu, 07 Oktober 2017

Tempuyung, Penghancur Batu Ginjal

Tempuyung (Sonchus arvensis). (Foto: herbalmedicinalplants01.blogspot.co.id))

SATUHARAPAN.COM – Tempuyung lebih sering dilihat sebagai tanaman penghijau halaman atau tanaman hias. Memang, ada pula yang memanfaatnya sebagai lalapan, meski rasanya sedikit pahit.  Tanaman ini sering kita temukan di sekitar kita karena dapat tumbuh di antara puing-puing bangunan, tembok, ataupun di pinggir jalan.

Tempuyung merupakan salah satu tumbuhan yang masuk ke dalam kategori multifungsi. Daun tempuyung sudah dikenal sejak lama sebagai bagian dari jenis daun yang digunakan sebagai bahan alami dalam pengobatan herbal.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, daun tempuyung terbukti memiliki beberapa kandungan senyawa yang baik bagi kesehatan. Penelitian yang telah dilakukan Prof Dr Diah Dhiyanawati Djunaedi MSi, Guru Besar Ilmu Biokimia dan Biologi Molekuler di Fakultas Kedokteran (FK) Unpad, misalnya.

Daun tempuyung dapat dimanfaatkan sebagai obat untuk mengatasi batu pada kandung  kemih. Penelitian ini yang mengantarnya memperoleh gelar guru besar dalam bidang Ilmu Biokimia dan Biologi Molekuler pada Fakultas Kedokteran (FK) Unpad, pada tahun 2016.  

Prof Diah Dhiyanawati Djunaedi meyakini daun tempuyung  dapat memberikan dua efek sinergis dalam proses pengobatan penyakit batu kemih, yaitu dapat menekan perkembangan berat batu, dan dapat meluruhkan batu yang telah ada. Dalam penelitiannya, Prof Diah mengevaluasi aktivitas antibatu kandung kemih melalui uji in vitro dan in vivo. Dan selain daun tempuyung, ia juga meneliti efektivitas daun kumis kucing dan herba meniran.

"Dari ketiga tumbuhan tersebut, daun tempuyunglah yang memiliki efek secara signifikan untuk pengobatan batu saluran kemih," katanya, seperti dikutip dari Antaranews.com edisi Sabtu (31/12/2016).

Selain pembuktian farmakologi, penelitian ini juga telah melalui dukungan uji biokimia medik. Tahapan uji biokimia pada tumbuhan obat  tradisional itu berperan sebagai parameter keamanan, termasuk khasiat dari tumbuhan uji toksisitas akut pun menyimpulkan bahwa dekok atau air rebusan daun tempuyung relatif aman terhadap organ hati dan ginjal.

“Dalam penelitian, data empirik tradisional dari tumbuhan obat untuk penyakit batu ginjal dan batu kandung kemih telah dibuktikan secara eksperimen farmakologi. Keamanan praklinik pun telah diuji dengan dukungan uji biokimia medik. Hal ini menunjukkan dengan kesehatan dan penyakit manusia yang dapat memberikan landasan untuk mendukung diagnosis dan pemanfaatan obat tradisional,” kata Prof Diah.

Morfologi Tenaman Tempuyung

Tempuyung menurut Wikipedia adalah tanaman yang bisa digunakan sebagai obat untuk macam-macam penyakit, yakni batu ginjal, demam, juga bengkak. Seluruh bagian yang dimilikinya dapat digunakan sebagai obat, baik dalam bentuk segar maupun kering.

Tumbuhan tempuyung tingginya berkisar 65-150 cm. Batangnya berlubang dan bergetah hijau. Selain itu, tempuyung adalah salah satu tumbuhan yang batangnya berbulu dan lunak.

Daunnya tunggal berbentuk lonjong dan mempunyai ujung runcing serta berwarna hijau keunguan. Permukaan daun licin dan tepinya berombak juga bergigi tak beraturan. Di dekat pangkal batang, daun yang bergigi terpusat membentuk roset dan yang terletak di bagian atas berselang-seling memeluk batang. Daun ini yang berkhasiat sebagai penghancur batu ginjal.

Bunga tempuyung berbentuk malai. Kelopaknya seperti lonceng, dan mahkotanya berbentuk seperti dari kumpulan jarum berwarna putih atau kuning.

Buahnya mempunyai bentuk kotak, juga berusuk lima dan mempunyai rambut berwarna hitam yang kemudian berubah menjadi biji berukuran kecil dan ringan hampir mirip berupa serbuk tepung kasar.

Tempuyung, dikutip dari cybex.pertanian.go.id, adalah tumbuhan asli Eropa Selatan, Afrika Utara, dan Timur Tengah. Tetapi, sekarang tumbuhan ini sudah menyebar ke seluruh dunia.

Tempuyung juga disebut corn sow thistle, dindle, gutweed, swine thistle, tree sow thistle, field sowthistle, dan field milk thistle. Disebut sowthistle, karena tempuyung sangat disukai oleh babi hutan.

Tumbuhan tempuyung juga bergetah putih, hingga sejak dulu masyarakat Eropa percaya tempuyung dapat meningkatkan hasil susu sapi. Hingga kemudian tempuyung diintroduksi ke Amerika, dan ditanam di padang penggembalaan sapi, terutama sapi perah.

Benih tempuyung dijual antara lain di Balittro (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat), di Cimanggu, Bogor. Namun sebenarnya, kita bisa dengan mudah memperoleh benih tempuyung di sepanjang jalan Ciawi Cipanas, dan Ciawi Sukabumi.

Di tebing-tebing pinggir jalan di Cisarua, sampai Cipanas, dengan mudah ditemukan tanaman tempuyung, ditandai dengan daunnya yang lebar, dengan warna abu-abu. Tanaman ini bisa dicabut, atau dicongkel, sebagian umbi dan daunnya dibuang, lalu ditanam dalam polybag atau pot, dengan media puing bangunan dan kompos.

Tempuyung termasuk tumbuhan yang bandel, hingga dalam waktu singkat akan tumbuh subur.

Tempuyung menurut Wikipedia yang mempunyai nama Latin Sonchus arvensis, merupakan salah satu tanaman obat yang berkhasiat. Selain nama Latin, tempuyung juga memiliki nama daerah seperti lobak air, lempung jombang, galibug, lampenas, dan rayana.

Tempuyung termasuk dalam suku Asteraceae yang tumbuh di ketinggian 50-1.600 meter di atas permukaan air laut dan sangat cocok berada di lingkungan yang memiliki curah hujan merata sepanjang tahun, atau daerah dengan musim kemarau pendek. Sebagai tanaman liar, tempuyung dapat juga dibudidayakan di dalam pekarangan.

Manfaat Herbal Tempuyung

Kandungan dari tanaman tempuyung  dikutip dari ugm.ac.id, adalah alfa-lactucerol, beta-lactucerol, silika, kalium, flavonoid turunan flavon, yaitu berupa luteolin glukosida, luteolin glukuronida, dan auron, dan skopoletin senyawa turunan kumarin, kalsium, natrium,magnesium, dan asam fenolat.  

Daun tempuyung digunakan untuk melancarkan air seni sehingga dari kegunaan ini, daun tempuyung sering digunakan sebagai ramuan untuk mengobati penyakit batu ginjal dan pelangsing badan. Selain itu daun tempuyung juga telah diketahui mempunyai khasiat dalam pengobatan penyakit kulit karena virus.

Daun tempuyung juga dapat melancarkan  peredaran darah,  menurunkan panas, juga dapat mengobati radang saluran kencing, radang usus, juga mengobati bisul serta wasir.

Penelitian tanaman tempuyung  sebenarnya sudah dilakukan sejak tahun 1963, oleh almarhum Prof Dr Sarjito dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penelitian tersebut membuktikan  kandungan kalium dalam tempuyung dapat membantu menghancurkan batu ginjal.

Penelitian itu dilakukan Prof Sarjito, yang namanya kini  diabadikan sebagai nama rumah sakit umum Dr Sarjito di kompleks Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Ia meneliti daya penghancuran batu ginjal manusia dengan melakukan pemeriksaan kristal dalam air seni dan dengan menggunakan sinar rontgen. Hasilnya diketahui, tempuyung dapat menghancurkan batu ginjal. Di dalam daun tempuyung itu terkandung kalium berkadar cukup tinggi.

Kehadiran kalium ini membuat batu ginjal, berupa kalsium karbonat, tercerai berai, karena kalium akan menyingkirkan kalsium untuk bergabung dengan senyawa karbonat, oksalat, atau urat yang merupakan pembentuk batu ginjal. Hingga akhirnya endapan batu ginjal itu larut dan hanyut keluar bersama urine.

Walaupun demikian menurut Samsul Hidayat, peneliti tanaman obat di Kebun Raya LIPI, dikutip dari  sulbar.litbang.pertanian.go.id, prinsip penggunaan tanaman herba, termasuk tempuyung, harus dilandasi pemahaman bahwa sifat tanaman tersebut sebagai ramuan obat, hanya membantu mengurangi penyakit tertentu. Meski begitu, bukan tidak mungkin konsumsi secara rutin dalam jangka waktu lama bisa memaksimalkan khasiat dari tanaman obat tersebut.

Tim peneliti dari Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, meneliti uji penghambatan xanthine oxidase (xantin oksidase) oleh ekstrak daun tempuyung pada mencit hiperurisemia. Tempuyung  telah diteliti dalam dosis tunggal dapat menurunkan asam urat di tikus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penghambatan aktivitas  xantin oksidase di tikus hiperurisemia. Hasilnya menunjukkan 200 mg/kg ekstrak daun tempuyung memiliki penghambatan xantin oksidase yang sama dengan  allupurinol.

Reddy Nasa Halim dari Faultas Kedokteran Universitas Maranatha meneliti efek daun tempuyung terhadap penurunan tekanan darah pada pria dewasa. Daun tempuyung  secara empiris digunakan untuk menurunkan tekanan darah.

Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah setelah minum daun tempuyung lebih rendah daripada sebelum minum daun tempuyung. Kesimpulan daun tempuyung dapat menurunkan tekanan darah sistol dan diastol.

 

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home