Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 07:51 WIB | Sabtu, 02 Januari 2021

Tentara Aljazair Bayar Tebusan Sandera pada Kelompok Ekstremis

Tentara Aljazair sedang mempersiapkan patroli di gurun pasir di lokasi yang dirahasiakan di selatan negara itu. (Foto: dok. AFP)

ALJIR, SATUHARAPAN.COM-Tentara Aljazair membayar "sebagian uang tebusan" yang kepada sandera yang ditahan oleh "kelompok teroris" di wilayah Sahel yang bermasalah untuk dibebaskan, kata kementerian pertahanan.

Tentara "membayarulihkan jumlah 80.000 euro" (Sekitar Rp 1,4 miliar) dalam operasi di Provinsi Jijel timur laut Aljazair, menurut sebuah pernyataan pekan ini.

Otoritas Aljazair menggunakan istilah "teroris" untuk menggambarkan kelompok Islam bersenjata yang telah aktif di negara itu sejak awal tahun 1990-an, termasuk anggota Al-Qaeda di Maghreb Islam (AQIM).

Kementerian pertahanan mengatakan uang tunai itu adalah "angsuran dari tebusan" yang dibayarkan dalam perjanjian Oktober yang kontroversial, di mana negara tetangga Mali membebaskan sekitar 200 tahanan termasuk para pemimpin militan untuk membebaskan empat sandera, termasuk pekerja bantuan kemanusiaan dari Prancis, Sophie Petronin.

Aljazair mengutuk kesepakatan itu, dan Perdana Menteri Abdelaziz Djerad mengatakan pembayaran uang tebusan "merusak upaya kontra-terorisme kami."

Aljir mengatakan pihaknya kemudian menangkap beberapa pejuang ekstremis yang melarikan diri melintasi perbatasan gurun pasir dari Mali.

Awal bulan ini, di Provinsi Jijel, tiga pejuang ekstremis dan seorang tentara Aljazair tewas dalam bentrokan, sementara pada 16 Desember, tentara menangkap seorang pria yang mereka sebut sebagai "teroris berbahaya", bernama Rezkane Ahcene.

Salah satu pria yang kemudian ditangkap di Aljazair menuduh bahwa uang tebusan telah dibayarkan yang jumlahnya mencapai "jutaan" euro.

Desas-desus tentang uang tebusan yang dibayarkan untuk pembebasan sandera Barat di wilayah Sahel adalah hal biasa, tetapi jarang dikonfirmasi, dan Prancis membantah terlibat dalam negosiasi pembebasan sandera.

Prancis telah mengerahkan lebih dari 5.000 tentara di seluruh wilayah Sahel yang gersang di Burkina Faso, Chad, Mali, Mauritania dan Niger sebagai bagian dari misi Operasi Barkane memerangi kelompok-kelompok ekstremis.

Tiga tentara Prancis tewas pada hari Senin di Mali ketika kendaraan lapis baja mereka menabrak peledak, menjadikan total kematian menjadi 47 sejak Paris pertama kali melakukan intervensi militer pada tahun 2013. (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home