Loading...
RELIGI
Penulis: Reporter Satuharapan 18:12 WIB | Kamis, 25 September 2014

Teologi Postmodern Ditolak atau Diterima?

Prof. Jan S. Aritonang, Ph.D. (kanan) dan moderator (kiri) saat menjadi pemateri dalam kuliah umum dalam rangka dies natalis ke-80 Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta pada Kamis (25/9) siang.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Berkembangnya teologi postmodernisme memberi pengaruh yang cukup besar bagi tradisi ajaran gereja. Pengaruh tersebut tentu berupa pengaruh negatif dan positif. Akan tetapi, banyak pendapat bergulir bahwa postmodernisme sebagai hal negatif yang dapat mengancam kekristenan. Haruskah postmodernisme ditolak?

Kekhawatiran terhadap munculnya ajaran ortodoks gereja yang sedang atau sudah dipengaruhi oleh teologi postmodernisme ini memang tengah melanda para teolog dan penulis dari gereja karena mereka beranggapan bahwa ajaran dan tradisi gereja ortodoks merupakan ajaran dan tradisi yang penting.

Prof. Jan S. Aritonang, Ph.D. guru besar bidang sejarah gereja di Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta saat kuliah umum dalam rangka memperingati hari jadi ke-80 STT Jakarta pada Kamus (25/9) menyampaikan bahwa masyarakat gereja harus menyamakan pemahaman terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan ortodoks dan postmodern.

Ortodoks dan Postmodern

Ajaran ortodoks secara etimologis berarti berpegangan pada jalan yang lurus. Apabila dikaitkan dengan ajaran gereja, ajaran ortodoks atau ortodoksi merupakan ajaran yang benar dan perbuatan yang benar. Setiap gereja tentu meyakini bahwa ajarannya adalah benar, bahkan tidak sedikit yang mengklaim bahwa ajarannya yang paling benar dan paling alkitabiah.

Sementara itu, postmodern secara etimologis berarti melampaui atau melanjutkan ajaran yang modern. Pada umumnya, para ahli menyebutkan bahwa era modern baru dimulai sejak munculnya rasionalisme yang berlangsung sejak abad k-17 hingga abad ke-20. Istilah postmodernisme memang istilah yang kontroversial.

Perkembangan dan Pengaruh Teologi Postmodern

Postmodernisme yang awalnya merupakan reaksi di kalangan filsuf Barat terhadap modernisme ditandai oleh pengagungan terhadap rasio. Prof. Jan mengatakan bahwa postmodernisme membawa kritik yang tajam terhadap filsafat, bahkan pada era postmodern filsafat sudah mati. Pada era pencerahan atau modern, para peneliti mengajukan kritik terhadap isi Alkitab. Alkitab dibeda dengan berbagai metode, seperti kritik redaksi dan bahasa, serta kritik historis sehingga muncul pendapat bahwa Alkitab bukanlah kitab yang utuh ataupun lengkap. Kebenaran tersebut tidak dapat dibuktikan atau diterima secara ilmiah karena perlu rekonstruksi, demitologisasi, dan penafsiran secara baru, selain dilengkapi dan dibandingkan dengan beberapa tulisan lain. Pemahaman kalangan Postmodernis tentang agama merupakan reaksi terhadap fundamentalisme. Fundamentalisme di kalangan Kristen muncul terutama di Amerika Serikat pada 1920.

Sikap terhadap Teologi Postmodern

Prof. Jan mengatakan sejak postmodernisme muncul, terlihat pengaruh yang cukup besar bagi gereja yang menyangkut pemahaman atas Alkitab, atas ajaran gereja, atas agama-agama lain, ataupun atas kehidupan secara menyeluruh. Banyak teolog Kristen memberi respons atas munculnya paham tersebut tanpa ikut menjadi teolog postmodern. Prof. Jan menegaskan bahwa para teolog sekadar memberi respons positif sambil mengajukan sejumlah komentar kritis. Akan tetapi, tidak sedikit pula teolog yang menganggap masuknya paham tersebut sebagai hal yang mengganggu.

Sementara itu, Prof. Jan berpendapat bahwa masyarakat gereja secara komunal tidak bisa menetapkan pilihan menolak atau menerima karena hal itu menimbulkan pandangan yang berbeda antara satu orang dengan yang lainnya.

“Namun, kalau kita menganggap dan memperlakukan ajaran gereja sebagai kebenaran yang mutlak, kita akan semakin ditinggalkan banyak orang termasuk warga gereja dan siswa atau mahasiswa kita,” Prof. Jan menjelaskan.

Ia menambahkan, “Kecenderungan merumuskan hal-hal yang ortodoksi untuk melihat yang lain tidak baik itu salah.”

Perkembangan dunia yang didominasi oleh perkembangan iptek memang menimbulkan cara pandang berbeda bagi orang-orang beragama dalam mengungkapkan keyakinanya.

Artikel terkait STT Jakarta dapat Anda baca di:

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home