Loading...
INSPIRASI
Penulis: Priskila Prima Hevina 06:51 WIB | Jumat, 20 Januari 2017

Tertawa pada Tempatnya

Tertawa juga punya batasnya.
Foto: istimewa

SATUHARAPAN.COM – Sudah seminggu debat perdana cagub dan cawagub Provinsi DKI Jakarta kelar digelar. Tetapi, perbincangan, komentar, analisis dan guyonan soal perhelatan tersebut masih laku sampai hari ini. Sepertinya seru mengangkat topik debat kemarin. Ada banyak pujian terlontar untuk pasangan calon idaman. Ada banyak cercaan terlempar untuk pasangan calon yang tak disuka. Sebagai penganut demokrasi, pujian dan hinaan punya ruang yang lega.

Analisis dari para ahli memang bisa membantu mengenali calon gubernur dan calon wakil gubernur sebelum pemilu tiba. Namun, analisis ngaco dalam bentuk meme-meme dan sarkasme mau tidak mau mengajak orang yang membacanya jadi tertawa. Ada yang tertawa geli karena sebenarnya tidak mengerti. Tertawa girang gara-gara sudah sangat paham, juga ada. Anda termasuk yang mana?

Memang itu dua poros utama bila orang tertawa. Sesuatu yang sama sekali belum kita ketahui dan sesuatu yang sudah sangat lekat kita mengerti. Tawa orang yang di kubu pertama ibarat tawa yang belum punya bobot karena asal tertawa. Tawa orang di kubu kedua ibarat tawa yang lebih bermutu karena dia tahu apa yang lucu.

”Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang.” Begitu slogan yang diusung oleh grup lawak legendaris Warkop DKI. Sah saja tertawa. Toh kata orang bijak, tertawa—alias hati yang bergembira—adalah obat yang manjur untuk menyembuhkan pelbagai penyakit. Tertawa menyuntikkan energi positif buat para pelakunya. Energi yang sama juga disuntikkan buat para saksinya.

Meski baik, kita tak boleh serampangan tertawa. Tertawa juga punya batasnya. Yang dilarang itu kalau tertawa tidak pada situasi yang tepat. Dalam suasana serius atau suasana berselimut duka, tundalah tertawa. Yang dilarang itu kalau tawa digelar di atas penderitaan orang lain. Jahat banget kalau kita bersenang-senang saat orang lain susah. Yang dilarang itu tertawa dengan nada melecehkan pihak tertentu.

Hati-hati kalau tertawa tidak sopan  seperti disebut tadi. Biasanya apa yang semena-mena kita tertawakan akan berbuah buruk di suatu saat. Karma works. Apa yang kita tertawakan pol-polan hari ini mungkin bisa menyita perhatian dan pikiran kita di kemudian hari. Jadi jangan terlalu kejam kalau tertawa.

Pasti dari Anda, ada yang menertawakan tulisan ini: ”Mau tertawa kok ribet amat.” Hahaha bukan ribet, cuma mau mengingatkan saja. Tertawa boleh, tetapi tertawalah dengan bijak. That’s it. Hahaha.

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home