Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 06:16 WIB | Sabtu, 25 Juni 2016

The Show Must Go On

Seorang pendeta mestinya tidak mengeluh mengenai jemaatnya.
Elia di Gunung Horeb

SATUHARAPAN.COM – The Show Must Go On. Itulah kalimat yang melintas dalam benak ketika menyaksikan kembali kisah Elia yang sedang mengungsi ke Gunung Horeb. Ah, kata mengungsi agaknya tidak terlalu tepat. Elia tidak sedang mengungsi. Dia sedang melarikan diri dari pekerjaannya sebagai nabi di Israel. Dengan kata lain, Elia seorang desertir.

Di Gunung Horeb itu Elia mengeluh kepada Tuhan, ”Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup, dan mereka ingin mencabut nyawaku” (1Raj.19:14).

Perhatikan sekali lagi keluhan Elia. Sedikitnya ada dua hal yang hendak dikatakannya. Pertama: Elia bekerja giat untuk Tuhan. Kedua: orang-orang Israel: meninggalkan perjanjian Tuhan, meruntuhkan mezbah-mezbah Tuhan, membunuh nabi-nabi Tuhan; dan sekarang hendak membunuh Elia. Sang Nabi membuat kontras antara dirinya sendiri dan umat yang dilayaninya.

Jawaban Elia tentu ada benarnya, walau banyak salahnya. Apakah benar seluruh Israel hendak membunuhnya? Bukankah mereka pernah menolongnya dalam membunuh nabi-nabi Baal? Bukankah hanya satu orang yang sungguh-sungguh ingin membunuhnya: Izebel Sang Permaisuri Ahab?

Dalam jawaban ini tersirat pembelaan dan pembenaran diri. Elia benar dan seluruh umat Israel salah. Umat Israel menjadi kambing hitam. Elia mengeluhkan umat yang sebenarnya merupakan domba-domba Tuhan sendiri.

Di sinilah godaan besar seorang pemimpin: mengeluhkan, bahkan menyalahkan, orang-orang yang dipimpinnya. Lalu, apa artinya pemimpin tanpa orang-orang yang dipimpinnya? Masih layakkah disebut pemimpin?

Dalam buku Hidup Bersama, Dietrich Bonhoeffer, mengingatkan: ”Seorang pendeta mestinya tidak mengeluh mengenai jemaatnya, jangan pernah kepada orang lain, tetapi juga jangan kepada Tuhan. Sebuah jemaat dipercayakan kepadanya bukanlah agar ia menjadi pendakwanya di hadapan Tuhan dan manusia.”

Tuhan menanggapi keluhan Elia itu dengan sebuah kalimat: ”Pergilah, kembalilah ke jalanmu...” (1Raj. 19:15). Allah tak ingin Elia terus mengeluh. Allah juga tak ingin Elia terus menjadi desertir. Allah mengutus Elia untuk pergi kembali ke jalan kenabiannya! Itu berarti bukan di Gunung Horeb, tetapi di Israel.

Mengapa? Misi Allah harus digenapi hingga tuntas. The Show Must Go On. Dan Elialah yang harus menuntaskannya.

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home