Loading...
EKONOMI
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 19:20 WIB | Rabu, 01 April 2015

Tingkat Daya Beli Petani Menurun 0,63 Persen

Dua buruh tani merontokkan bulir padi usai panenan di persawahan kawasan Sempidi, kab. Badung, Bali, Senin (23/3). Akibat stok gabah di Bali cukup melimpah menyebabkan harga gabah basah panen berkisar Rp 4.000 per kg atau turun dari sebelumnya Rp 4.500 per kg. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Badan Pusat Statistik di 33 provinsi Indonesia pada Maret mencatat daya beli petani secara nasional sebesar 101,53 atau mengalami penurunan 0,64 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

"Penurunan tersebut disebabkan indeks harga hasil produksi pertanian mengalami penurunan sebesar 0,23 persen, sedangkan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi untuk rumah tangga dan keperluan produksi pertanian mengalami peningkatan, sebesar 0,42 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin, saat memberikan laporan perkembangan inflasi di Jakarta, Rabu (1/4).

Penurunan tersebut dipengaruhi oleh turunnya Nilai Tukar Petani (NTP) pada subsektor tanaman pangan sebesar 1,21 persen, holtikultura sebesar 0,60 persen, perkebunan rakyat sebesar 0,15 persen sebesar 0,43 persen, peternakan dan perikanan sebesar 0,25 persen.

Dari 33 provinsi, 14 provinsi mengalami penurunan dan 19 provinsi mengalami kenaikan.

Daerah yang mengalami penurunan tingkat daya beli terbesar adalah Provinsi Jawa Timur yang mengalami penurunan 1,75 persen, hal itu disebabkan oleh penurunan pada subsektor tanaman pangan, khususnya komoditas gabah yang turun sebesar 3,31 persen.

Berbeda dengan Jawa Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami peningkatan daya beli terbesar yaitu sebesar 1,28 persen, hal tersebut ditunjang dengan kenaikan yang cukup signifikan pada sektor tanaman perkebunan rakyat, khususnya komoditas lada yang naik sebesar 3,77 persen.

Secara nasional pada 2015 terjadi inflasi di pedesaan sebesar 0,48 persen yang disebabkan naiknya indeks seluruh konsumsi, khususnya kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 1,31 persen.

Dari 33 provinsi yang dihitung Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKET)-nya, 25 provinsi mengalami inflasi dan 8 provinsi mengalami deflasi pedesaan.

Inflasi pedesaan tertinggi terjadi di Provinsi Papua Barat yaitu 0,92 persen, sedangkan deflasi pedesaan terbesar terjadi di Provinsi Aceh sebesar 0,37 persen. (Ant)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home