Loading...
RELIGI
Penulis: Melki Pangaribuan 20:59 WIB | Jumat, 12 Juni 2020

Tokoh Gereja Minta Warga Papua Tidak Terhasut Isu Rasisme

Sekretaris Sinode Kemah Injil Gereja Masehi Indonesia (KINGMI) di Tanah Papua, Pdt Yones Wenda (Foto: Humas Polda Papua)

JAYAPURA, SATUHARAPAN.COM - Toko gereja dari Sinode Kemah Injil Gereja Masehi Indonesia (KINGMI) di Tanah Papua mengajak umat Tuhan untuk tidak terhasut isu rasisme dan ajakan demo karena selain berkonsukwensi dengan hukum juga berisiko dengan virus corona atau COVID-19.

Ajakan ini disampaikan oleh Sekretaris Sinode Kemah Injil Gereja Masehi Indonesia (KINGMI) di Tanah Papua Pdt Yones Wenda dalam rilis yang diterima Antara di Kota Jayapura, Jumat (12/6), menyikapi isu yang sedang berkembang dan bisa memengaruhi situasi kamtibmas dan berimbas pada penyebaran virus corona.

"Kepada umat Tuhan dan warga Papua pada umumnya diminta untuk tidak mengikuti ajakan-ajakan demo dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab karena risikonya sangat besar yaitu akan berhadapan dengan virus corona dan juga hukum," katanya.

"Serahkanlah semua masalah kita kepada Tuhan, agar kita hidup sesuai dengan keinginan Tuhan," sambungnya.

Pendeta Yones Wenda kembali mengingatkan kepada seluruh masyarakat Indonesia dan khususnya di Papua, bahwa masalah yang terjadi di Amerika Serikat itu merupakan urusan dari negara itu sendiri.

"Kita di Papua tidak boleh ikut campur dengan masalah di sana karena ujung-ujungnya akan menimbulkan kerugian bagi kita sendiri karena kita ada dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kita harus membangun kerja sama yang baik dengan pemerintah serta terkait dampak kita yang dihadapkan pada virus corona ini," katanya.

Sehingga, kata dia, ada baiknya masyarakat perlu memerhatikan pemenuhan pangan lewat berkebun dan menanam demi memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

"Jangan lagi sibuk dengan demo dan hal-hal yang tidak bagus dan tidak mendatangkan kebaikan bagi kita semua. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Polri dan TNI yang telah membantu menyalurkan bantuan sosial kepada masyarakat," katanya.

Mengenai ketujuh tahanan kasus kriminal di Papua yang terjadi pada Agustus 2019, Yones Wenda meminta agar mengikuti prosedur hukum yang ada.

"Jalanilah apa hukuman yang diberikan oleh jaksa penuntut umum, karena sudah pasti hukuman yang diberikan sesuai dengan perbuatan yang bersangkutan. Kita masyarakat tidak boleh ikut campur dengan kasus itu. Percayakan kepada pemerintah karena apa yang mereka perbuat hukumannya akan sesuai dengan itu," katanya.

Situasi Kamtibmas

Sementara itu, Ketua Wilayah Adat La Pago Papua, Agus Rawa Kogoya meminta kepada seluruh masyarakat untuk tetap menjaga suasana kamtibmas yang kondusif dan tidak terpengaruh dengan isu-isu yang sedang berkembang.

"Saya mau tegaskan bahwa kita semua harus menjaga kamtibmas baik tokoh gereja, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, dan tokoh mahasiswa. Mari kita jaga kamtibmas bersama pemerintah dan pihak keamanan Polri-TNI yang ada di Papua," katanya.

Selaku tokoh adat, Agus mengaku mendengar informasi bahwa ada pihak-pihak yang mau menggelar aksi demo kembali terkait isu rasisme.

"Tentunya hal ini kami sangat menyayangkan, kami berpesan kepada para pemuda untuk sadar bahwa berdemo dengan tujuan tidak jelas dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Kami sebagai orang tua meminta kepada para pemuda untuk tidak membuat gerakan tambahan," katanya.

"Kami juga meminta kepada para pemuda untuk tidak melakukan aksi-aksi anarkhis. Kepada mahasiswa untuk tidak mengikuti kelompok-kelompok yang membuat aksi. Contohnya saja demo yang lalu aparat keamanan sudah mengamankan yang melakukan aksi demo dikarenakan sebagai provokator kerusuhan," sambungnya.

Negara Indonesia, kata dia, adalah negara hukum, maka pihak keamanan akan menindak tegas sesuai dengan aturan yang berlaku. "Jadi mari kita saling menjaga kamtibmas maupun diri sendiri. Sekali lagi, saya menghimbau jika ada yang mengajak akan hal itu, tidak usah didengar dan tidak ada lagi hal seperti itu, mari kita jaga Papua," katanya.

Ia juga sependapat dengan berbagai pihak yang lebih menyarankan untuk berkebun, mengelolah lahan untuk menanam tanaman pangan di tengah COVID-19.

"Kita harus jaga diri kita dari kelompok-kelompok yang mengadu domba kita, yang mengakibatkan kita konflik masyarakat dengan aparat, saudara dengan saudara, suku dengan suku, mari kita jaga bersama hal itu.

"Saya sampaikan kembali kepada seluruh masyarakat bahwa masalah rasisme kemarin jangan disamakan dengan masalah yang ada di Amerika Serikat," katanya.

"Masalah rasisme yang ada di Papua sudah ditangani oleh pihak yang berwenang, masalah ini ada di luar Papua jangan sampai dibawa datang kesini hingga dilakukan demo yang berujung kerugian harta benda dan nyawa. Kita semua yang rugi," katanya lagi. (Ant)

Tokoh Gereja Minta Warga Papua Tidak Terhasut Isu Rasisme

Sekretaris Sinode Kemah Injil Gereja Masehi Indonesia  (KINGMI) di Tanah Papua, Pdt Yones Wenda (Foto: Humas Polda Papua)

JAYAPURA, SATUHARAPAN.COM - Toko gereja dari Sinode Kemah Injil Gereja Masehi Indonesia (KINGMI) di Tanah Papua mengajak umat Tuhan untuk tidak terhasut isu rasisme dan ajakan demo karena selain berkonsukwensi dengan hukum juga berisiko dengan virus corona atau COVID-19.

Ajakan ini disampaikan oleh Sekretaris Sinode Kemah Injil Gereja Masehi Indonesia (KINGMI) di Tanah Papua Pdt Yones Wenda dalam rilis yang diterima Antara di Kota Jayapura, Jumat (12/6), menyikapi isu yang sedang berkembang dan bisa memengaruhi situasi kamtibmas dan berimbas pada penyebaran virus corona.

"Kepada umat Tuhan dan warga Papua pada umumnya diminta untuk tidak mengikuti ajakan-ajakan demo dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab karena risikonya sangat besar yaitu akan berhadapan dengan virus corona dan juga hukum," katanya.

"Serahkanlah semua masalah kita kepada Tuhan, agar kita hidup sesuai dengan keinginan Tuhan," sambungnya.

Pendeta Yones Wenda kembali mengingatkan kepada seluruh masyarakat Indonesia dan khususnya di Papua, bahwa masalah yang terjadi di Amerika Serikat itu merupakan urusan dari negara itu sendiri.

"Kita di Papua tidak boleh ikut campur dengan masalah di sana karena ujung-ujungnya akan menimbulkan kerugian bagi kita sendiri karena kita ada dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kita harus membangun kerja sama yang baik dengan pemerintah serta terkait dampak kita yang dihadapkan pada virus corona ini," katanya.

Sehingga, kata dia, ada baiknya masyarakat perlu memerhatikan pemenuhan pangan lewat berkebun dan menanam demi memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

"Jangan lagi sibuk dengan demo dan hal-hal yang tidak bagus dan tidak mendatangkan kebaikan bagi kita semua. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Polri dan TNI yang telah membantu menyalurkan bantuan sosial kepada masyarakat," katanya.

Mengenai ketujuh tahanan kasus kriminal di Papua yang terjadi pada Agustus 2019, Yones Wenda meminta agar mengikuti prosedur hukum yang ada.

"Jalanilah apa hukuman yang diberikan oleh jaksa penuntut umum, karena sudah pasti hukuman yang diberikan sesuai dengan perbuatan yang bersangkutan. Kita masyarakat tidak boleh ikut campur dengan kasus itu. Percayakan kepada pemerintah karena apa yang mereka perbuat hukumannya akan sesuai dengan itu," katanya.

Situasi Kamtibmas

Sementara itu, Ketua Wilayah Adat La Pago Papua, Agus Rawa Kogoya meminta kepada seluruh masyarakat untuk tetap menjaga suasana kamtibmas yang kondusif dan tidak terpengaruh dengan isu-isu yang sedang berkembang.

"Saya mau tegaskan bahwa kita semua harus menjaga kamtibmas baik tokoh gereja, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, dan tokoh mahasiswa. Mari kita jaga kamtibmas bersama pemerintah dan pihak keamanan Polri-TNI yang ada di Papua," katanya.

Selaku tokoh adat, Agus mengaku mendengar informasi bahwa ada pihak-pihak yang mau menggelar aksi demo kembali terkait isu rasisme.

"Tentunya hal ini kami sangat menyayangkan, kami berpesan kepada para pemuda untuk sadar bahwa berdemo dengan tujuan tidak jelas dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Kami sebagai orang tua meminta kepada para pemuda untuk tidak membuat gerakan tambahan," katanya.

"Kami juga meminta kepada para pemuda untuk tidak melakukan aksi-aksi anarkhis. Kepada mahasiswa untuk tidak mengikuti kelompok-kelompok yang membuat aksi. Contohnya saja demo yang lalu aparat keamanan sudah mengamankan yang melakukan aksi demo dikarenakan sebagai provokator kerusuhan," sambungnya.

Negara Indonesia, kata dia, adalah negara hukum, maka pihak keamanan akan menindak tegas sesuai dengan aturan yang berlaku. "Jadi mari kita saling menjaga kamtibmas maupun diri sendiri. Sekali lagi, saya menghimbau jika ada yang mengajak akan hal itu, tidak usah didengar dan tidak ada lagi hal seperti itu, mari kita jaga Papua," katanya.

Ia juga sependapat dengan berbagai pihak yang lebih menyarankan untuk berkebun, mengelolah lahan untuk menanam tanaman pangan di tengah COVID-19.

"Kita harus jaga diri kita dari kelompok-kelompok yang mengadu domba kita, yang mengakibatkan kita konflik masyarakat dengan aparat, saudara dengan saudara, suku dengan suku, mari kita jaga bersama hal itu.

"Saya sampaikan kembali kepada seluruh masyarakat bahwa masalah rasisme kemarin jangan disamakan dengan masalah yang ada di Amerika Serikat," katanya.

"Masalah rasisme yang ada di Papua sudah ditangani oleh pihak yang berwenang, masalah ini ada di luar Papua jangan sampai dibawa datang kesini hingga dilakukan demo yang berujung kerugian harta benda dan nyawa. Kita semua yang rugi," katanya lagi. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home