Loading...
INDONESIA
Penulis: Wim Goissler 12:46 WIB | Selasa, 09 Januari 2018

Transkrip Debat Filep Karma vs Aparat TNI Soal Papua Merdeka

Transkrip Debat Filep Karma vs Aparat TNI Soal Papua Merdeka
Filep Karma (Foto: Eben E. Siadari)
Transkrip Debat Filep Karma vs Aparat TNI Soal Papua Merdeka
Filep Karma dalam acara pernikahan putrinya di Jayapura (Foto:Sydney Morning Herald/Michael Bachelard)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Selama dua jam, aktivis kemerdekaan Papua, Filep Jacob Semuel Karma atau yang lebih dikenal dengan nama Filep Karma, diinterogasi oleh aparat keamanan dari TNI Angkatan Udara di Bandara Soekarno Hatta pada Selasa, 2 Januari lalu. Ia baru saja tiba dari Yogyakarta menghadiri acara reuni dengan para alumni SMA-nya.

Pasal mengapa ia diiterogasi adalah karena pin bendera bintang kejora yang --sebagaimana kebiasaannya -- ia sematkan di kemeja yang dipakainya. Seusai turun dari pesawat, ia dicegat oleh aparat, dan dibawa ke ruang keamanan Bandara.

Sebagaimana sudah diberitakan oleh banyak media, Filep Karma yang pernah dipenjara selama 11 tahun karena berjuang dengan damai untuk memperjuangkan kemerdekaan Papua, mendapat perlakuan kasar dari para penginterogasinya. Hal itu cukup jelas ditunjukkan oleh rekaman interogasi itu yang diperoleh satuharapan.com dari Filep Karma, hari ini (09/01).

Dari rekaman tersebut terdengar bahwa aparat tampaknya kehilangan kesabaran untuk meminta Filep Karma mencopot pin yang dianggap terlarang itu. Sebaliknya, Filep Karma dengan sabar dan santun mempertahankan pendiriannya.

"Saya kira aparat kita masih bersifat arogan dan rasis. Kalau cuma memakai pin kayak gini, biasa saja, kan tidak ada yang keracunan, begitu melihat (pin ini) lalu mati. Tidak membuat kekerasan. Sebetulnya penanganannya pun seharusnya oleh polisi, bukan TNI AU," kata Filep Karma kepada satuharapan lewat sambungan telepon.

Filep Karma dicegat pada pukul 21:00 pada 2 Januari lalu dan interogasi itu berakhir dengan kedatangan aktivis Civil Liberty Defender, Uchok Sigit Prayogi. Semula interogasi itu akan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP)nya tetap kemudian urung.

Kasat Reskrim Bandara Soetta Kompol Mirzal Maulana mengatakan, polisi mengizinkan Filep pergi karena atribut pada pakaian mantan tahanan politik tersebut diputuskan bukan tindak pidana.

"Dari hasil interogasi piket Satreskrim terhadap Saudara Filep Karma berkenaan dengan penggunaan atribut bros pakaian yang identik dengan bendera bintang kejora, maka Polresta Bandara Soekarno-Hatta menetapkan peristiwa itu bukan tindak pidana," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (3/1).

Filep Karma pada 1 Desember 2004 mengibarkan bendera Bintang Kejora pada sebuah upacara di Jayapura. Sebelumnya pada 2 Juli 1998 ia juga pernah memimpin upacara pengibaran bendera Papua Barat.

Pada September 2015, Setelah menjalani 11 tahun penjara dari 15 tahun vonis yang dijatuhkan, ia dibebaskan dari penjara oleh pemerintahan Jokowi. Diyakini ini adalah karena desakan dunia internasional.

Setelah lepas dari penjara, ia tidak menghentikan perjuangannya. Pin bendera bintang kejora selalu ia pakai. Bahkan pada saat salah seorang putrinya menikah, ia mengenakan pin itu.

Berikut transkrip rekaman interogasi aparat dengan Filep Karma. Sebagai catatan, dalam rekaman ini pihak interogator tampaknya lebih dari satu, tetapi dalam transkrip ini tidak dibedakan.

Interogator (I): Bisa ikut kami sebentar? Maaf ya. (Kepada staf Filep Karma) Ngapain kau ambil gambar e? Mohon maaf ya bapak ya. Bisa minta indentitasnya?

(Filep Karma menyerahkan tanda pengenal tetapi bukan KTP) Terus KTPnya?

Filep Karma (FK): KTP saya ketinggalan makanya saya pakai ini. Ini juga pemerintah Indonesia yang mengeluarkan.

I: Tanda pengenal lain, atau dompet? Bisa saya  lihat? Mohon maaf, karena bapak pakai atribut OPM....tujuannya apa..

FK: Saya OPM Pak. 15 tahun masuk penjara.

I: Terus ada kegiatan apa...

FK: Saya sudah masuk penjara Pak.

I: Ya, maksudnya begini, karena bapak pakai atribut, seharusnya, atributnya kan dilarang.

FK: Sekarang begini. Permisi Pak. Bapak sekarang sehat kan? 

I: Ya sehat...(tertawa)

FK: Bapak lihat ini? Ada pusing? 

I: Tidak ada.

FK: Permisi, pinjam tangannya Pak. Sentuh. Ada sakit kah (saya)? Tidak kan?

I: Ya kami tahu

FK: Bapak sentuh tangan saya. Sehat kan? Saya pakai hati saya bikin  orang senang, tidak membuat orang susah, tidak membuat kerusuhan. Apa yang salah Pak?

I: Ya.

FK: Kalau Bapak mau, penjarakan saya lagi, tidak apa-apa Pak. Saya siap masuk penjara. Tetapi Bapak siap berhadapan dengan Pak Jokowi. Saya karena desakan internasional dikeluarkan dari penjara. Kalau bapak tidak percaya, hubungi Pak Luhut Pandjaitan. 

I: Ya, tapi kan ini perintah. 

FK: Saya mengerti Pak. Silakan hubungi Pak Luhut Pandjaitan. Beliau mengatakan silakan teriak merdeka sampai lehernya bolong asal tidak membunuh orang, tidak pasang bom.

I: Saya mau cek... bapak tidak perlu marah-marah...

FK: Soalnya saya merasa terganggu perjalanan saya Pak.

I: Terganggu darimana... Cuma mau ngecek saja. Data diri bapak saja tidak ada. 

FK: Bapak tanya di Intelijen Pak, Filep Karma. Saya Filep Karma, tahanan politik Papua selama 15 tahun.

I:Data dirinya hanya ini saja.

FK: KTP saya ketinggalan Pak. Saya tidak pernah berjuang sembunyi-sembunyi. Saya open. Jujur.

I: Mohon izin, kita kan laporan... kalau bisa jangan pakai atribut ini...

FK: Bapak bunuh saya saja.

I: Jangan begitu dong....

FK: Saya berjuang dengan damai. Saya pakai atribut juga bapak tidak sakit. Hati saya senang tetapi tidak mengganggu orang.

I: Mohon izin...ini kan ada aturannya. Kalau begini orang kan jadi perhatian...

FK: (Pin) ini kan tidak bendera. Bendera dalam UUD 45 penjelasannya satu meter kali ..itu  baru bendera. Ini kan bros...

I: Bapak kan ada benderanya, saya mohon izin...

FK: Pak, saya sudah membayar dalam penjara Pak. Bisa masuk penjara 11 tahun berani nggak?

I: Hei...(membentak dengan keras)....

FK: Jangan marah Pak. 

I: Bajingan....

FK: Bapak maki saya bajingan?

I: Diajakin baik-baik...(nada tinggi dan marah)

FK: Saya juga baik.

I: (Pukul meja....)

FK: Terimakasih Pak. Itu akan saya laporkan.

I: (Membentak) Bapak begitu omongnya. Diajak damai....tidak bisa. Kami tahu itu gerakan separatis.

FK: Memang...

I: Itu ada aturannnya di sini. Ini negara hukum. Itu bukan orang Indonesia. Kalau begitu Bapak ada nggak paspornya? Manaaa? Mana, kalau mau dimanusiakan? Buka!. (Terdengar sedang membuka sesuatu)

FK: Jangan kasar Pak. Saya rakyat.

I: (Marah) Diajakin baik. Sebelum bapak ini ngomong saya sudah baik-baik. Aturan di sini tolong dipatuhi. Ini bandara Pak. Jadi perhatian orang. Kamu itu gerakan separatis.

FK: Tapi saya kan tidak bikin rusuh Pak

I: Di sini ada aturannya Pak Sama saja menantang aturan. Di sini kamu tertulis S1. Tadi saya panggil kamu Bapak, sekarang (saya panggil) kamu kamu karena  bapak tidak menghargai kami sebagai petugas.

FK: Saya bukan tidak menghargai bapak. Saya kerjasama

I: Darimana kerjasamanya?

FK: Ini kan negara demokrasi.

I: Bapak orang Indonesia bukan?

FK:Berbeda pendapat kan biasa. Kan kita berbeda pendapat biasa.

I: Karena izin organisasi Anda itu dilarang di Indonesia, belum ada izinnya. Kalau ada izinnya silakan. Bapak itu tidak ada izinnya. Makanya tolong dibantu kita itu biar jangan jadi perhatian orang. Nanti semua anggota bapak dikira bisa pakai ini semua.

FK: Pak ini masalah hati Pak.

I: Masalah hati dilihat dulu aturannya. Ya udah, entar saja. Ikuti aturan dulu. Bapak punya agama nggak? Ikut aturan agama nggak? Itu kalau masalah hati.

FK: Saya tidak punya agama Pak.

I: Bapak diatur di sini. Bapak punya kepercayaan juga. Bapak punya kepercayaan juga?

FK: Ya, saya punya kepercayaan.

I: Di kepercayaan bapak ada aturan-aturan adat?

FK: Ada. Mengasihi sesama. 

I: Apa lagi? Ada yg menentang aturan? Hukumannya apa?

FK: Saya tidak menentang aturan...

I: Dengan seperti ini, kalau bapak mempersulit kami juga mempersulit.

FK: Silakan Pak.

I: Ya udah, panggil jajaran samping, bawa.

FK: Saya telepon pengacara dulu. 

I: Yang penting kita amankan dulu Anda. Kita kan negara hukum. Kalau Anda orang Indonesia, kan ada paspornya. Organisasi Anda kan dilarang di sini.

FK: Begini Pak. Kami orang Papua kan dipaksa jadi orang Indonesia.

I: Dipaksa oleh siapa? Hanya segelintir orang saja (yang ingin merdeka)

FK: Bapak kan tidak tahu sejarah Papua.

I: Yang lainnnya kan ikut, kamu aja yang aneh-anehin. Yang mana yang ngaku negara Papua. Kami ini di perbatasan Perlu saya kasih lihat videonya? Bantai-bantai TNI di sana itu

FK: Saya berjuang dengan damai

I: Sama saja organisasi Anda yang bantai-bantai ini. Mau saya kasih lihat? Organisasi Anda jahat itu. masyarakat sendiri dibantai.

FK: Tapi bukan saya pak.

I: Itu organisasi Anda. Bendera ini dipakai. Bagaimana sih. Kamu membantai masyarakat bisa. (Menggebrak meja) Sama saja, organisasi Anda itu mencederai rakyat. Pakai disekap. Sama saja. Katanya gerakan hati nurani gerakan hati nurani. Kayak begitu itu.

FK: Saya tidak suka kekerasan Pak.

I: (dengan membentak dan nada meninggi) Anggota Anda di sana dengan kekerasan nggak itu? Menyekap penduduk di sana? Rakyat jelata berapa itu dibunuh sama OPM? Makanya kalau kita mencederai Anda dikira kita salah. Tolong kerjasama Anda. Atribut Anda tolong dirapikan, jangan dipakai. Biar jangan dipakai oleh yang lain. Kalau seperti Anda kita biarkan semua dari sana enak saja di sini seolah negaranya. Kita itu punya aturan.

Makanya kita udah ngomong baik-baik begini. Organisasi Anda itu sudah mencederai rakyat, pakai disekap.

FK: Saya itu...

I: (Teriak) sama saja, sama saja. Katanya gerakan hati nurani, kayak begitu itu. 

FK: Saya tidak suka kekerasan pak

I: (Membentak) Sama. Anggota Anda kekerasan nggak di sana? menyekap rakyat jelaka? TNI Dibunuh ditembakin sama OPM?

Tolong atribut Anda dirapikan jangan dipakai. Biar jangan jadi perhatian.

Kalau kita biarkan didiamin semua OPM akan pakai seolah ini negaranya. Kita ini punya aturan. 

(Bicaranya mulai melemah) Kita sudah omong baik-bak begini. Hebat sekali mengaku OPM. Benar-benar gentle kamu itu. 

FK: Memang saya tidak mau berbohong Pak. Saya terus terang saya jujur gitu.

I: Katanya gerakan Anda itu hati nurani. Yang selama ini buktinya nyekap-nyekapin rakyat kecil....

FK: Begini Pak. Saya kan.. Saya tidak mungkin mengatur kombatan Pak.

I: Makanya, di sana itu tolong ... Kalau Anda mengatakan hati nurani tolong organisasi Anda dikasih tahu.

FK: Kalau ketemu mereka saya akan kasih tahu. 

I: Tapi buktinya di sana begitu kok. Dari tadi diajak ngomong baik-baik...mati kamu. Kamu kalau pakai begini jangan salahkan ya, nanti di jalan jangan salahkan kita. Orang sudah tahu organisasi Anda itu dilarang di Indonesia.

I: (berubah jadi lembut) Tujuannya kemana?

FK: Saya ke Jakarta.

I: Terus tujuannya rekreasi, atau ketemu saudara?

FK: Mau ketemu saudara Pak. di Apartemen Senayan. 

I: Bisa dihubungi orangnya?

(rekaman terputus).

Kepada satuharapan.com, Filep Karma mengatakan ia menduga ada oknum aparat di dalam pesawat yang ia tumpangi yang 'paranoid' pada pin yang dipakai. Ia menengarai oknum tersebut yang mengadukannya. "Ini pertama kali. Sebab sudah sering bolak-balik Jakarta dengan penampilan seperti ini. Jadi kesimpulan saya sang kolonel ini yang paranoid. Karena kami satu pesawat, mungkin bagaimana lah ya," kata Filep Karma.

Editor : Eben E. Siadari
 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home