Loading...
DUNIA
Penulis: Reporter Satuharapan 16:41 WIB | Minggu, 23 Februari 2020

Turki Kembali Bombardir Tentara Suriah di Barat Idlib

Pemandangan menunjukkan bus-bus yang terbakar ketika sedang dalam perjalanan untuk mengevakuasi orang sakit dan terluka dari desa-desa Suriah yang terkepung, al-Fuaa dan Kefraya, setelah bus-bus itu diserang dan dibakar di Provinsi Idlib, Suriah, dalam foto yang disediakan oleh kantor berita SANA, Minggu (18/12/2016). (Foto: SANA)

DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM - Pasukan Turki kembali membombardir posisi tentara Suriah di wilayah pinggiran barat Provinsi Idlib, Suriah barat laut, pada Sabtu (22/2), seperti dilaporkan sebuah lembaga pemantau perang.

Serangan artileri itu dilancarkan oleh pasukan Turki yang ditempatkan di perbatasan Suriah-Turki dan menargetkan area-area di wilayah pinggiran barat Provinsi Idlib, kata Observatorium Hak Asasi Manusia Suriah.

Kelompok pemberontak yang didukung Turki juga menembak jatuh sebuah pesawat pengintai di Jabal al-Zawiyeh, wilayah pinggiran selatan Idlib, imbuh observatorium yang bermarkas di Inggris tersebut.

Di sisi lain, sejumlah pesawat tempur milik Suriah dan Rusia melancarkan sekitar 75 serangan artileri ke daerah-daerah yang diduduki pemberontak di Jabal al-Zawiyeh.

Sebelumnya pada hari yang sama, pihak observatorium mengatakan sebanyak 2.700 kendaraan militer Turki telah dikirim ke Suriah dalam 19 hari terakhir sebagai bagian dari taktik Ankara untuk mengirimkan peralatan militer ke Idlib dan Provinsi Aleppo di Suriah utara.

Selain itu, lebih dari 7.400 tentara Turki dikerahkan di Idlib dan Aleppo pada periode yang sama, tambah observatorium tersebut.

Pengerahan tentara dan kendaraan militer Turki itu dilakukan sebagai bagian dari rencana untuk menghentikan pergerakan tentara Suriah di wilayah pinggiran Provinsi Idlib, yang menjadi benteng utama terakhir kelompok pemberontak di Suriah. 

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres pada Jumat (21/2) meminta agar segera diberlakukan gencatan senjata di kawasan Idlib, Suriah "guna mengakhiri bencana kemanusiaan serta menghindari eskalasi tak terkendali."

"Selama hampir setahun kami telah menyaksikan serentetan serangan darat oleh pemerintah Suriah yang didukung serangan udara Rusia. Februari ini terulang kembali bentrokan mematikan antara pasukan Turki dan pasukan Pemerintah Suriah," kata Guterres.

"Mimpi buruk kemanusiaan buatan manusia yang telah lama dialami oleh rakyat Suriah ini harus dihentikan. Krisis itu harus dihentikan sekarang," katanya kepada awak media di New York.

Pemimpin Prancis dan Jerman mengatakan kepada Presiden Turki Tayyip Erdogan bahwa krisis kemanusiaan di Provinsi Idlib, Suriah memerlukan solusi politik dan bahwa ketiganya harus segera bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Presiden Emmanuel Macron beserta Kanselir Jerman Angela Merkel "mengungkapkan kekhawatiran mereka atas situasi bencana kemanusiaan, yang dialami warga sipil dan risiko lebih lanjut," demikian pernyataan kepresidenan Prancis.

Pihaknya juga mendesak kembali gencatan senjata saat Moskow membantah laporan pengungsian massal warga sipil akibat dari ofensif pemerintah Suriah yang didukung Rusia. (Xinhua/Reuters)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home