Loading...
EKONOMI
Penulis: Dewasasri M Wardani 11:56 WIB | Selasa, 28 Agustus 2018

Uber Akan Galakkan Penyewaan Sepeda untuk Transportasi Dalam Kota

Ilustrasi. Uber telah melakukan akuisisi pertama di bawah CEO Dara Khosrowshahi: Jump Bikes, startup yang menyewakan sepeda listrik tanpa kabel bersama di San Francisco dan Washington DC.(Foto: qz.com)

AMERIKA SERIKAT, SATUHARAPAN.COM – Perusahaan jaringan transportasi Uber mengatakan ingin lebih fokus pada bisnis transportasi dengan motor dan sepeda listrik, sekalipun belum membawa keuntungan.

Bos Uber Dara Khosrowshahi mengatakan, moda transportasi individual dengan motor listrik dan sepeda, lebih cocok untuk perjalanan pendek dalam kota. Dia juga memperkirakan pengguna di masa depan akan lebih sering melakukan perjalanan singkat.

"Selama jam-jam sibuk, sangat tidak efisien mengantar satu orang dengan (transportasi berbobot) 1 ton untuk (jarak) 10 blok," katanya kepada harian ekonomi Financial Times.

"Secara finansial, dalam jangka pendek ini mungkin bukan keuntungan bagi kami, namun secara strategis jangka panjang kami pikir itulah yang tepat dan kami ingin menuju ke sana."

Uber telah melakukan investasi di sejumlah perusahaan sepeda pada tahun lalu. Jaringan transportasi sepeda listrik Jump miliknya sekarang tersedia di delapan kota AS, termasuk New York dan Washington, dan siap diluncurkan di Berlin, Jerman.

Uber juga bekerja sama dengan Lime, sebuah perusahaan motor listrik, dan menjajaki penawaran di bidang angkutan umum dan pengiriman barang.

Dara Khosrowshahi mengatakan, Uber menghasilkan lebih sedikit uang dari sepeda listrik dibandingkan dengan moda transportasi mobil, namun dalam jangka panjang, lebih banyak pelanggan akan menggunakan aplikasi Uber lebih sering untuk perjalanan yang lebih pendek.

Dia juga menambahkan, jaringan pengemudi Uber mungkin kurang setuju dengan rencana ini, tetapi pengemudi Uber dalam jangka panjang akan mendapatkan keuntungan dari perjalanan yang lebih panjang.

Uber, saat ini berada di bawah tekanan untuk meningkatkan keuangan, dan keuntungannya menjelang rencana masuk bursa. Tahun lalu Uber membukukan kerugian sekitar 4,5 miliar dolar AS (Rp65,7 triliun).

Pendapatan dari bisnis taksi online meningkat, namun biaya ekspansi ke area baru, seperti jasa transportasi sepeda dan pengiriman makanan, meningkat.

Tekanan regulasi juga mengancam pertumbuhan Uber di beberapa kawasan. Bulan September ini, kota New York mengatakan akan meninjau lagi lisensi taksi untuk menghadapi kemacetan, sementara wali kota London menerangkan dia mempertimbangkan langkah serupa. (dw.com)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home