Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 16:25 WIB | Selasa, 08 Oktober 2019

Ujaran Kebencian Hambat Penyelesaian Stateless

Anak-anak Rohingya yang mengungsi di Bangladesh selatan. Sekitar 600.000 Rohingya hidup tanpa kewarganegaraan (stateless). (Foto: dari un.org)

JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Ujaran kebencian dan nasionalisme yang salah arah mengakibatkan ancaman serius bagi upaya-upaya untuk mengatasi masalah kewarganegaraan.

Meskipun tumbuh kesadaran masyarakat terhadap masalah ini, diperlukan lebih banyak tindakan untuk  mengatasinya. Hal itu dikatakan Kepala Badan PBB untuk Pengungsi (UNHCR/ United Nations High Commissioner for Refugees), Filippo Grandi, hari Senin (7/10) di Jenewa.

Dia berbicara pada sebuah pertemuan untuk mengakhiri masalah orang tanpa kewarganegaraan. Dia mengatakan ujaran kebencian dan nasionalisme salah arah merusak bentuk nasionalisme dan memanipulasi sentimen anti-pengungsi dan migran. Hal itu disebutkan sebagai arus kuat internasional yang berisiko menempatkan kemajuan menjadi kemunduran.

Duta UNCR, Cate Blanchett, mendesak negara-negara untuk berbuat lebih banyak dalam membantu mengatasi keputusasaan orang-orang tanpa kewarganegaraan.

Bintang Hollywood kelahiran Australia dan aktivis hak asasi manusia ini menunjukkan bahwa mereka (stateless) tidak diberi akses ke berbagai hal setiap hari untuk hal yang diterima begitu saja oleh warga negara, seperti pendidikan, perawatan kesehatan dan perjalanan, atau hanya membuka akun bank.

Dia mengingat kesengsaraan seorang gadis muda Lebanon yang ditinggalkan tanpa kewarganegaraan karena ibunya tidak dapat mentransfer kewarganegaraannya kepadanya berdasarkan undang-undang negara, meskipun berasal dari Lebanon. Sementara ayahnya warga dari krlompok minoritas yang tidak dikenal.  Blanchett menggambarkan situasi itu sebagai "memilukan, tidak berperikemanusiaan, dan menghancurkan ”.

 

Dia menambahkan: “Bahkan pada usia sembilan tahun, harapannya untuk menjadi seorang dokter anak telah redup, karena kemungkinan memperoleh pendidikan di sekolah menengah sangat tipis. Dan sebagai orangtua, saya juga bisa berhubungan dengan kesedihan dan rasa bersalah orangtuanya, dan perasaan ketidakberdayaan mereka karena tidak dapat mengubah situasi itu.” Dia bersikeras bahwa dunia "dapat mengakhiri masalah orang tanpa kewarganegaraan

Tentang krisis pengungsi di Bangladesh selatan, di mana sekitar satu juta orang Rohingya berlindung setelah melarikan diri dari Myanmar, disebutkan memerlukan puluhan tahun untuk menyelesaikannya.

"Skala masalah yang disebabkan oleh tanpa kewarganegaraan orang-orang Rohingya luar biasa," katanya.

Dilaporkan bahwa hingga saat ini, sekitar 200 negara telah berjanji untuk bekerja dengan UNHCR tentang solusi untuk orang tanpa kewarganegaraan, yang bertujuan untuk diselesaikan oleh badan PBB pada tahun 2024.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home