Loading...
DUNIA
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 08:36 WIB | Rabu, 23 April 2014

Ukraina Lanjutkan Operasi Militer

Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden melambai setelah tiba di bandara Boryspil di Kiev pada 21 April 2014. Wakil Presiden AS Joe Biden tiba untuk kunjungan selama dua hari di Ukraina, beberapa jam setelah kesepakatan pada Paskah yang rapuh hancur dan pemberontak di wilayah timur Ukraina menyerukan bantuan dari "pasukan penjaga perdamaian" Rusia. (Foto: AFP)

KIEV, SATUHARAPAN.COM - Presiden sementara Ukraina pada Selasa (22/4) memerintahkan militer untuk melanjutkan operasi melawan separatis pro-Kremlin, setelah jenazah dua orang ditemukan di kawasan timur dalam keadaan “dianiaya secara brutal”. Salah satu jenazah merupakan anggota dewan lokal yang diculik.

“Saya mendesak diterapkannya kembali langkah-langkah antiterorisme yang efektif untuk melindungi warga Ukraina di kawasan timur dari terorisme,” kata Oleksandr Turchynov.

Pengumuman itu disampaikan beberapa jam setelah Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden meninggalkan Kiev sesudah melakukan lawatan dua hari. Selama berada di Kiev, Biden menyuarakan dukungan AS bagi pemimpin Ukraina, dan memperingatkan Rusia supaya tidak melakukan “tindakan provokatif” lainnya di bekas wilayah Soviet itu.

Turchynov mengatakan jenazah dua orang yang ditemukan di kota Slavyansk pada Selasa, menunjukkan tanda-tanda penganiayaan.

Salah satu dari jenazah adalah Volodymyr Rybak, anggota dewan kota Gorlivka. Dia baru-baru ini diculik oleh teroris.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry Selasa mengatakan kepada Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengenai "keprihatinannya yang mendalam" atas kegagalan Moskow meredakan ketegangan-ketegangan di Ukraina, kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri.

Kerry juga memperingatkan bahwa kurangnya kemajuan Rusia dalam pelaksanan kesepakatan di Jenewa pekan lalu akan menyebabkan lebih banyak "sanksi", tambah pejabat itu.

Kesibukan terbaru diplomasi AS terjadi pada saat Ukraina meluncurkan kembali operasi-operasi militer terhadap kaum separatis pro Kremlin, sementara Rusia sudah mengerahkan puluhan ribu tentara berkumpul di perbatasan timur Ukraina.

Tindakan-tindakan mereka memperlihatkan keparahan krisis yang membawa hubungan Timur-Barat ke titik paling berbahaya sejak akhir Perang Dingin.

Dalam satu pembicaraan telepon dengan Lavrov, Kerry "menyatakan keprihatinan mendalam atas kurangnya langkah positif Rusia untuk meredakan (konflik), mengutip menumpuknya bukti bahwa kaum separatis terus meningkatkan jumlah bangunan yang diduduki dan penangkapan wartawan serta warga sipil lain," kata pejabat senior.

"Dia menyerukan Rusia untuk menurunkan retorikanya yang kian meningkat, terlibat secara diplomatis di Timur dengan OSCE (Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa) dan pemerintah Ukraina, serta mengeluarkan pernyataan publik yang menyerukan agar mereka yang menduduki gedung-gedung agar dilucuti dalam pertukaran dengan amnesti."

Pejabat itu menambahkan bahwa Kerry "juga menegaskan tidak adanya kemajuan yang terukur pada pelaksanaan perjanjian Jenewa akan menghasilkan peningkatan `sanksi terhadap Rusia."

Diplomat AS itu juga berbicara dengan Perdana Menteri Ukraina Arseniy Yatsenyuk dan memuji "langkah-langkah penting" yang dilakukan pemerintahan sementara Kiev untuk memadaman ketegangan-ketegangan. (AFP)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home