Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 09:52 WIB | Minggu, 20 November 2016

Umat Beragama Harus Cerdas Saring Konten di Media Sosial

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin tengah memberikan keterangan pers usai acara Diskusi publik Umat Beragama Mencegah Konflik SARA. (Foto:kemenag.go.id)

MEDAN, SATUHARAPAN.COM – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak pemuka agama dan umat beragama agar memiliki filter dalam menyikapi konten yang beredar di media sosial.

"Di era globalisasi, tiada lagi batasan dalam berkomunikasi. Tanpa adanya filter konten, ini berpotensi memicu masalah baru," kata Menag dalam diskusi publik Umat Beragama Mencegah Konflik SARA pada Media Sosial dan Informasi Transaksi Elektronik, Medan hari Jumat (18/11).

Menurutnya melalui media sosial, banyak konten negatif dan ujaran kebencian beredar bahkan dibagikan tanpa lagi filter atau pun verifikasi kebenarannya. Hal itu diperlukan kearifan dan sikap bijak sebelum menjadi bagian yang ikut menyebarluaskan.

Menag berharap umat beragama dapat menyaring (filter) informasi di media sosial yang diterimanya, sebelum ikut menyebarluaskan. Hal itu penting untuk meminimalisir potensi terjadinya konflik SARA yang bersumber dari informasi yang berkembang di media sosial.

"Perubahan akan semakin cepat lima, 10 tahun ke depan. Ini jadi tantangan para pemuka agama dalam memberikan pemahaman keagamaan pada umat," tutur Lukman.

Dia mengatakan pemuka agama dan umat beragama saat ini dihadapkan kepada dua tantangan. Pertama, bagaimana mereka tetap menjaga hakikat misi agama itu sendiri, yakni mengembalikan esensi agama yang memanusiakan manusia, karena menurut dia, banyak konflik yang terjadi saat ini, menjadikan agama sebagai alat pembenaran bagi pihak yang sedang berkonflik. Maka umat beragama haruslah jadi pihak yang ikut menyejukan dan meredam konflik itu sendiri.

Kedua, terkait soal agama, dia mengatakan nilai agama sering dijadikan sebagai parameter atau tolok ukur perilaku orang lain berdasarkan agama yang kita anut atau yang kita yakini. Hal ini sering menghakimi orang lain yang tidak sepaham dengan kita.

Dia menginginkan agama dijadikan sebagai alat ukur perilaku diri kita sendiri terhadap orang lain. Hal ini tentunya akan meminimalkan salah paham yang ada.

"Pada masyarakat yang sangat religius di Indonesia, agama menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita. Makanya agama menempati posisi yang luar biasa dalam tatanan sosial kehidupan," tandas Lukman. (kemenag.go.id)  

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home