Loading...
BUDAYA
Penulis: Bayu Probo 12:03 WIB | Senin, 18 Juli 2016

UNESCO Tetapkan Taman Eden Sebagai Situs Warisan Dunia

Warga Ma'dan mengarungi rawa-rawa di kawasan selatan Irak dengan perahu tradisional mereka yang disebut mashoof. (Foto: U.S. Army Corps of Engineers Digital Visual Library/Hassan Janali)

SATUHARAPAN.COM – Wilayah subur di Irak Tenggara yang dipercaya sebagai Taman Eden di Kitab Kejadian dan hampir kering selama pemerintahan Saddam Hussein, ditetapkan menjadi situs warisan dunia UNESCO, pihak berwenang Irak mengatakan pada Minggu (17/7).

Dialiri sungai Tigris dan Efrat, Rawa Nasiriya di Mesopotamia adalah tempat perkembangbiakan ikan-ikan di kawasan Teluk dan rumah bagi spesies burung, salah satunya burung ibis. Rawa tersebut juga menyediakan tempat istirahat bagi ribuan unggas liar yang bermigrasi antara Siberia dan Afrika.

Saddam Hussein, yang menuduh penduduk Marsh Arab (Arab Rawa-rawa/Ma’dan) di kawasan itu berkhianat selama perang dengan Iran 1980-1988, membendung dan mengeringkan rawa-rawa itu pada 1990-an untuk memaksa keluar pemberontak yang bersembunyi di antara alang-alang.

Setelah penggulingan Saddam oleh invasi pimpinan AS pada 2003, penduduk setempat merusak banyak bendungan agar air mengalir kembali dan lembaga lingkungan asing membantu menghidupkan kembali rawa-rawa itu.

Rawa-rawa, yang meliputi 9.000 kilometer persegi di tahun 1970-an, telah menyusut menjadi hanya 760 km persegi pada 2002. Rawa Nasiriya mendapatkan kembali sekitar 40 persen dari luas aslinya pada 2005. Irak mengatakan negara itu berniat memulihkan total 6.000 km persegi.

Luas, terpencil dan berbatasan dengan Iran, rawa-rawa itu dalam beberapa tahun terakhir digunakan untuk penyelundupan obat-obatan dan senjata. Mereka menerima barang curian dan menyandera orang-orang demi uang tebusan.

Kaum Ma’dan telah hidup di lahan basah itu selama ribuan tahun, tetapi dianggap sebagai warga kelas dua oleh masyarakat Irak. Sebuah studi menempatkan populasi mereka sekitar 400.000 pada 1950, tetapi beberapa ratus ribu orang melarikan diri karena penindasan Saddam atau menjadi migran ekonomi.

Perkiraan mereka yang kembali ke rawa-rawa pascaperang tidak jelas. Banyak anggota Ma’dan yang buta huruf dan telah berjuang untuk menemukan pekerjaan di luar rawa-rawa.

Perdana Menteri Haider al-Abadi, Minggu memuji keputusan Badan PBB untuk Pendidikan dan Kebudayaan, UNESCO. Katanya “keputusan ini bertepatan dengan kemenangan militer berturut-turut dalam perang melawan ISIS”. ISIS adalah kelompok radikal yang mendirikan Negara Islam di Irak dan Suriah.

Kelompok militan ISIS, yang telah didesak dari sekitar setengah wilayah itu yang mereka kuasai sejak 2014, mengontrol beberapa situs arkeologi terkaya di dunia di Irak utara, tetapi belum menguasai wilayah selatan Irak. (SMCP

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home