Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 10:35 WIB | Jumat, 30 September 2016

Veto Obama tentang JASTA Ditolak Kongres dan Senat

Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Vetonya atas JASTA ditolak Kngres dan Senat. (Foto: dok/ist)

WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Kongres Amerika Serikat pada hari Rabu (28/9) menolak veto Presiden Barack Obama atas undang-undang yang memungkinkan keluarga korban serangan 11 September menuntut Arab Saudi.

Ini adalah penolakan pertama terhadap veto Obama dalam kepresidenannya, dan terjadi hanya empat bulan sebelum berakhirnya masa jabatan dia.

Serangan teror pada 11 September 2001 oleh kelompok teroris menghancurkan menara kembar di New York, dan markas militer AS, Pentagon, di Washington, serta beberapa daerah lain. Sejumlah pengamat mengatakan bahwa ada konsekuensi lain yang sebaliknya, yaitu militer AS di negara lain juga bisa menghadapi tuntutan hukum.

Menang Telak

Kongres AS mengambil suara yang hasilnya 348 menolak veto, melawan 77 suara. Pemungutan suara hanya beberapa jam setelah Senat juga menolak veto itu dengan kemenangan telak,  97 suara melawan satu. Ini berarti Undang-undang Keadilan Melawan Sponsors Terorisme (JASTA / Justice Against Sponsors of Terrorism Act) akan menjadi hukum.

Keputusan ini merupakan pukulan bagi Obama serta Arab Saudi, salah satu sekutu Amerika Serikat yang paling lama di dunia Arab. Beberapa anggota parlemen yang mendukung sudah berencana untuk merevisi masalah ini.

Obama mengatakan, Kongres telah membuat kesalahan, mengulangi keyakinannya bahwa undang-undang itu membuat preseden berbahaya dan menunjukkan bahwa pertimbangan politik berada di balik pemungutan suara.

Keadilan bagi Korban

Sebelumnya, 11 veto Obama semua berlanjut. Tapi kali ini hampir semua pendukung Partai Demokrat di Kongres bergabung Partai Republik untuk melawan dia dalam salah satu tindakan terakhir sebelum meninggalkan Washington untuk melakukan kampanye pemilihan pada 8 November.

"Veto presiden adalah sesuatu yang tidak kita anggap enteng, itu penting bahwa keluarga korban 9/11 diizinkan untuk menuntut keadilan, bahkan jika itu menyebabkan beberapa ketidaknyamanan diplomatik," kata Senator Charles Schumer  dari Partai Demokrat, dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Reuters.

Schumer mewakili New York, lokasi menara kembar World Trade Center  yang runtuh dan rumah bagi banyak dari hampir 3.000 orang yang tewas dalam serangan tahun 2001 itu. Dia adalah korban selamat dan juga keluarga korban.

Arab Saudi Membantah

JASTA disahkan Kongres dan Senat tanpa keberatan pada awal tahun ini.  Dukungan itu dipicu oleh ketidaksabaran di Kongres dengan Arab Saudi atas catatan hak asasi manusianya, dan promosi militansi Islam dan kegagalan dalam mengurangi krisis pengungsi internasional.

Hukum itu memberikan pengecualian terhadap prinsip kekebalan hukum dalam kasus terorisme di wilayah AS, dan membuka jalan bagi tuntutan hukum dari pemerintah Saudi.

Pemerintah Arab Saudi membantah kecurigaan mendukung para pembajak yang menyerang Amerika Serikat pada tahun 2001 itu. Lima belas dari 19 pembajak adalah warga negara Arab Saudi.

Anggota keluarga korban mendorong tuntutan pada  peringatan 15 tahun serangan itu. Mereka berdemonstrasi di luar Gedung Putih dan Capitol di Washington.

"Kami bersukacita dalam kemenangan ini dan berharap akanhari kami di pengadilan dan waktu ketika kami akhirnya bisa mendapatkan lebih banyak jawaban mengenai siapa yang benar-benar di balik serangan itu," kata Terry Strada, yang suaminya tewas dalam serangan itu, mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Risiko bagi Pasukan AS

Obama berpendapat bahwa JASTA bisa mengekspos perusahaan tentara dan pejabat AS pada  tuntutan hukum jika negara-negara lain mengeluarkan undang-undang  yang timbal balik, dan mungkin menimbulkan kemarahan sekutu penting AS.

Dia menyebut Pemimpin Minoritas di Senat, Harry Reid, yang menulis surat kepadanya menjelaskan bahwa dia sangat percaya memberlakukan JASTA ke dalam hukum akan merugikan kepentingan AS. Reid menjadi satu-satunya senator memihak pada Obama.

Beberapa anggota parlemen mengatakan bahwa Gedung Putih, yang memiliki sejarah hubungan yang buruk dengan Kongres, telah menunggu terlalu lama untuk melawan hukum ini.

Keluarga korban serangan 11 September telah menerima lebih dari  7 miliar dolar AS, namun para pendukung JASTA berniat untuk memungkinkan membawa tuntutan hukum untuk menghukum setiap pemerintah yang mendukung terorisme di wilayah AS.

"RUU ini dengan hati-hati dinegosiasikan selama lebih dari enam tahun," kata Jerrold Nadler,  Wakil Demokrat dari New York, mengatakan kepada Parlemen, seperti dikutip Reuters.

Pemerintah Arab Saudi dibiayai kampanye dan lobi yang luas menentang undang-undang ini. Sementara sejumlah perusahaan AS, termasuk General Electric Co dan Dow Chemical Co juga menentangnya, termasuk Uni Eropa dan sekutu AS lainnya.

Menteri Pertahanan AS, Ash Carter, dan Kepala Staf Gabungan, Jenderal  Joseph Dunford, juga  menentang UU itu. Sedangkan Direktur CIA, John Brennan, mengatakan JASTA memiliki "implikasi besar" bagi keamanan nasional.

Berbagai media AS menyebutkan bahwa Senator dari Partai Demokrat, Tim Kaine, yang juga pasangan untuk wakil presiden bagi Hillary Clinton, dan Bernie Sanders, seorang Demokrat Gedung Putih, mantan pesaing independen lama konvensi calon presiden, tidak memilih dalam pemungutan suara.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home