Loading...
INDONESIA
Penulis: Ignatius Dwiana 16:17 WIB | Minggu, 22 Oktober 2017

Visi Pemuda 2030: Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Dari kiri ke kanan moderator Oli Monteiro, Ambassador for G(irls) 20 Nariswari K. Nurjaman, Vice President GOJEK Dayu Dara, Co Founder Lemonilo Shinta Nurfauzia, National Head of Public Relations Association Internationale des Etudiantes en Sciences Economiques at Commerciales (AIESEC) Indonesia Rochmad Siddhiqie dalam Visi Pemuda 2030: Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan di Indonesia, Jumat (20/10). (Foto: Ignatius Dwiana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Hanya lima persen perempuan yang berhasil menduduki peringkat teratas di perusahaan dan menjadi pelaku bisnis di Indonesia dari total 100 juta lebih perempuan. Shinta Nurfauzia, Co Founder Lemonilo, menyebutkan data statistik lima persen ini berhubungan dengan faktor kebudayaan.

"Budaya mengganggap perempuan yang sesuai kodrat itu akan membuat perempuan berhenti bekerja dan mengurus anak," kata co founder perusahaan rintisan yang menjual produk-produk sehat dan alami ini dalam Visi Pemuda 2030: Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan di Indonesia di Jakarta, Jumat (20/10).

Shinta Nurfauzia menceritakan pengalamannya di perusahaan ketika mencari staf. Dari 10 kandidat yang akan mengisi posisi staf itu, dia hanya menemukan satu kandidat perempuan. Ada ketakutan dari perusahaan ketika staf diisi perempuan. Karena dinilai perempuan ini suatu kali akan berhenti bekerja. Dia akan lebih memilih untuk tinggal di rumah dan mengurus rumah tangga setelah berkeluarga dan melahirkan anak.

"Tetapi perempuan berhenti bekerja dan mengurus anak bukan hal salah. Saya sangat menghormati perempuan seperti ini. Karena menjadi ibu rumah tangga adalah pekerjaan mulia. Tetapi bagaimana dengan perempuan yang meneruskan karirnya? Kebebasan perempuan untuk berhenti bekerja tidak boleh disandarkan pada harapan kebudayaan. Bukan gender yang menentukan siapa yang harus berhenti bekerja," katanya.

Karena itu Shinta Nurfauzia dalam visi 2030 berharap 50 persen perempuan akan menduduki peringkat teratas di perusahaan dan menjadi pelaku bisnis.

Sementara Vice President Gojek Dayu Dara Permata dalam visi 2030 berkeinginan memberdayakan sektor jasa informal melalui teknologi dan desain yang ramah lingkungan.

"Visi kami adalah membangun platform teknologi yang dapat menghubungkan pengguna dan penyedia jasa profesional di seluruh dunia. Gojek menjadi perusahaan transportasi, logistik, pembayaran, dan produk jasa keuangan terbesar di dunia. Memiliki lebih dari 150 juta pengguna di seluruh dunia dan memberdayakan 10 juta individu dengan berbagai pengetahuan dan 40 juta keluarga mereka," kata Dayu Dara Permata. 

Di Indonesia menurutnya 100 juta penduduknya memiliki akses ke internet. Buruh, petani, nelayan, dan masyarakat di pulau-pulau terluar dapat menikmati karya teknologi digital anak bangsa.

Government & Public Affairs General Electric Indonesia, Donna M. Priadi, menilai visi para pemuda. Dia berpendapat untuk dapat mewujudkan visi dibutuhkan partner yang mendukung untuk meniti karir dan semua itu tidak bisa sekaligus terwujud.

"Kamu tidak dapat memiliki semua pada waktu yang sama. Tetapi kamu dapat memiliki semua pada waktu yang tepat. Itu berhasil buat saya. Nomer satu adalah cari partner yang benar. Kita butuh sistem yang mendukung untuk meniti karir," kata Donna M. Priadi.  

CEO UnLtd Indonesia Romy Cahyadi berpendapat Indonesia akan punya masa depan yang baik ketika memiliki kesadaran gender. Dia banyak menemukan halangan para perempuan ketika ingin meniti karir. Baik dari sisi keluarga maupun dari sisi budaya. Dia memandang keterlibatan aktif laki-laki juga menentukan.

"Bagaimana perempuan ingin sukses di bisnis dan keluarga, sebenarnya laki-laki juga begitu. Saya juga ingin berhasil sebagai seorang suami, seorang ayah. Ini bukan perang seks. Kalau perempuan maju, laki-lakinya harus mundur," tegasnya.

Sementara Vice President Director PT Pan Brothers, Anne Patricia Sutanto, berpendapat supaya para perempuan untuk tidak takut menjadi bebas dan punya ambisi dalam karir karena dia adalah perempuan.

“Kesetaraan termasuk juga kesetaraan gender merupakan spirit dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan juga cita-cita pembentukan bangsa ini, sebagaimana yang diimpikan oleh para pemuda di tahun 1928. Kami dari Indonesia Business Coalition for Women Empowerment, sebagai koalisi perusahaan berkomitmen untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan cita-cita ini," kata Shinta Widjaja Kamdani, Pendiri dan Ketua Pembina Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE),

“Visi Pemuda 2030: Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan di Indonesia” adalah acara yang diselenggarakan oleh IBCWE, UN Women, United Nations Development Programme (UNDP) dan AIESEC.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home