Loading...
FOTO
Penulis: Dedy Istanto 15:35 WIB | Jumat, 26 Agustus 2016

Walhi Minta Korporasi Pembakar Lahan Dijerat

Walhi Minta Korporasi Pembakar Lahan Dijerat
Foto udara kebakaran lahan yang diambil dari Heli Bell 412 milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Kabupaten Kubu Raya, Kalbar, Kamis (25/8). Berdasarkan pantauan satelit Terra/Aqua (Lapan) terjadi peningkatan titik api dari 275 (11-17 Agustus) menjadi 490 titik api (18-24 Agustus) yang disebabkan oleh kebakaran lahan di wilayah Kalbar. ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang
Walhi Minta Korporasi Pembakar Lahan Dijerat
Petugas pemadam kebakaran Kota Pontianak memadamkan api yang merambat di bawah lahan gambut di Jalan Parit Haji Husin II, Pontianak, Kalbar, Senin (22/8). Kepala Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pontianak, Aswin Thaufik, menyatakan dalam 20 hari terakhir tercatat ada 34 kasus pembakaran lahan gambut yang terjadi di Kota Pontianak. ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang
Walhi Minta Korporasi Pembakar Lahan Dijerat
Petugas TNI AD berusaha memadamkan api yang membakar lahan gambut di Kabupaten Kampar, Riau, Selasa (23/8). Satgas Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Riau dibantu petugas Kepolisian terus melakukan upaya pemadaman kebakaran lahan, sekaligus mengimbau masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar. ANTARA FOTO/Rony Muharrman
Walhi Minta Korporasi Pembakar Lahan Dijerat
Sejumlah prajurit TNI Den Arhanud Rudal 004 Dumai mengawal jenazah almarhum Pratu Wahyudi untuk dibawa ke rumah duka setelah dilakukan otopsi di RSUD kota Dumai, Dumai, Riau, Selasa (23/8). Almarhum Pratu Wahyudi gugur saat menjalankan tugas memadamkan api kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Desa Labuhan Tangga Kecamatan Bangko Rokan Hilir Riau akibat terkepung asap dan mengalami kekurangan oksigen di lokasi kejadian dan mayatnya baru ditemukan setelah enam hari kemudian. ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) meminta kejahatan korporasi yang terkait dengan pelaku pembakaran lahan dan hutan dapat segera dijerat oleh tim yang dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo.

"Kami mendesak Presiden memimpin langsung penanganan kebakaran hutan dan lahan, khususnya dalam upaya menjerat kejahatan korporasi sesuai dengan komitmennya," kata Direktur Eksekutif Nasional Walhi, Nur Hidayati, dalam rilis di Jakarta, Kamis (25/8).

Menurut Nur Hidayati, komitmen Presiden untuk kajian perizinan, penegakan hukum, pemulihan dan pengakuan wilayah kelola rakyat, dinilai tidak mampu diterjemahkan secara benar oleh kementerian dan lembaga terkait, termasuk aparat penegak hukum dan lembaga peradilan.

Dia berpendapat penegakan hukum pada kejahatan korporasi dalam kebakaran hutan dan lahan gambut berwajah buram, jika upaya penegakan hukum hanya dilakukan secara normatif seperti selama ini. 

"Diperlukan sebuah terobosan hukum yang dapat menjangkau kejahatan korporasi yang selama ini justru menunggangi kekuasaan atau pengurus negara, termasuk aparat penegak hukum dan pengadilan," ia menjelaskan.

Untuk itu, Nur Hidayati mengemukakan, KPK bisa mengambil peran ini dengan menarik korporasi sebagai pelaku dalam kasus-kasus korupsi di sektor sumber daya alam yang merugikan negara, rakyat, dan lingkungan hidup.

Sebagaimana diwartakan, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan bahwa dengan adanya sistem pengelolaan lahan gambut yang baik dinilai efektif untuk mencegah terjadinya kebakaran lahan yang selama ini sering terjadi di Indonesia.

"Apa pun kebijakannya, kuncinya harus ada yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan lahan gambut," kata Ketua Umum Gapki Joko Supriyono, dalam jumpa pers di Kuching, Selasa (16/8).

Joko mengatakan berdasarkan laporan dari Global Forest Watch 2015 pada kasus kebakaran lahan gambut di Provinsi Riau sebanyak 61 persen terjadi di area moratorium. Seharusnya, apabila dilakukan pengelolaan yang baik, kebakaran lahan gambut tersebut bisa dihindari.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar pencegahan dan penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dilakukan sedini mungkin sebelum api membesar dan menyebar ke mana-mana.

"Kalau diselesaikan lebih awal akan lebih bagus, mumpung masih sedikit, kalau sudah ribuan akan sulit," kata Presiden Jokowi saat memimpin rapat terbatas di Kantor Presiden Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (12/8).

Presiden menyebutkan saat ini ada penurunan jumlah titik api sebesar 74 persen dibanding periode yang sama tahun 2015. (Ant)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home