Loading...
HAM
Penulis: Bayu Probo 14:16 WIB | Jumat, 23 Agustus 2013

Warga Lenteng Agung Antusias Bertemu Lurahnya

Warga Lenteng Agung Antusias Bertemu Lurahnya
Susan Jasmine Zulkifli, berkaos oranye, berfoto bersama para Jumantik. (Foto-foto: Bayu Probo)
Warga Lenteng Agung Antusias Bertemu Lurahnya
Lurah Lenteng Agung menyerahkan bantuan operasional bagi jumantik RW I.
Warga Lenteng Agung Antusias Bertemu Lurahnya
Ketua RW I Lenteng Agung, Dariyus.
Warga Lenteng Agung Antusias Bertemu Lurahnya
Moh. Napis, Wakil Lurah Lenteng Agung.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Walaupun Susan Jasmine Zulkifli, Lurah Lenteng Agung, kemarin mendapat tekanan dari kelompok garis keras, ia tidak menyerah. Pagi ini (23/8), ia bertemu dengan para juru pemantau jentik, garis depan pencegahan wabah demam berdarah. Pertemuan di ruang terbuka di samping musholla sederhana, berlangsung akrab.

Mobil dinas yang dikemudikan sendiri oleh ibu satu putri ini sudah tiba 15 menit sebelum pukul 07.30. Kemudian, Susan langsung menuju ruangannya di Kelurahan Lenteng Agung,  Jl. Agung Raya, Jakarta Selatan. Walau disembunyikan, kelelahan tampak di wajahnya. Kemarin, ia harus menjawab berbagai pertanyaan dari wartawan yang mendatang kelurahan. Mereka meminta komentar darinya.

Senin (19/8) kemarin, beberapa orang yang mengaku warga Lenteng Agung menuntut pemerintah Jakarta mengganti lurah mereka. Alasannya, lurah yang baru menjabat dua bulan itu perempuan dan non-Muslim.

"Kami tidak mengevalusi kinerjanya. Kami ingin ia dipindahkan saja ke daerah lain yang lebih heterogen. Bahkan, punya pemimpin perempuan saja sudah aneh. Ia tidak akan dapat bergabung dengan berbagai acara yang digelar di masjid-masjid," kata juru bicara kelompok itu, Naser Nasrullah. Mereka mengaku sudah menyerahkan 2.000 foto KTP warga yang setuju penolakan lurah hasil lelang jabatan DKI Jakarta dua bulan lalu.

Naser sedikit salah, sebelum Susan, Lenteng Agung juga punya lurah perempuan, Marsitah. Marsitah, juga berdasarkan lelang, mendapat tugas sebagai lurah Tebet Barat.

Pagi itu, perempuan 43 tahun itu tidak banyak komentar. “Penempatan saya adalah kewenangan Gubernur. Saya hanya ingin menjalankan tugas sebaik-baiknya,” katanya kepada satuharapan.com.

Ia menepati janjinya. Menurut Moh. Napis, wakil Lurah Lenteng Agung, Susan berdedikasi tinggi. “Sering, ia blusukan. Mungkin karena masih baru, Bu Susan banyak melakukan kunjungan kepada warganya agar lebih mengenal wilayahnya,” katanya. Susan sebelumnya adalah Kepala Seksi Pelayanan Umum Kelurahan Senen, Jakarta Pusat. “Bahkan, kami, anak buahnya sering merasa malu karena Bu Susan sering pulang paling akhir,” kata Moh. Napis menekankan kinerja sang pemimpin.

Jumat ini, sesuai jadwal, ia bertemu dengan para petugas pembasmi sarang nyamuk aedes aegypti. Nyamuk spesies ini merupakan inang virus demam berdarah. Kali ini ia akan mendatangi warga RW I. Dengan wilayah 228 hektar, terdiri dari 114 RT dan 10 RW, dan 50.408 warga, Susan memimpin kelurahan terpadat di Kecamatan Jagakarsa.

Pertemuan dengan para Jumantik (Juru Pemantau Jentik) dari 12 RT/RW I berlangsung di lahan terbuka di samping musholla kecil. Tidak ada tenda, yang ada naungan pohon jambu air. Kursi-kursi plastik disusun setengah lingkaran dan Bu Lurah—panggilan akrab warganya—duduk di tengah mereka.

Sebagian warga sudah hadir saat Bu Lurah tiba. Sebagian menyusul, mungkin menyelesaikan rutinitas rumah tangga mereka dahulu. Selain warga, tampak pula sekretaris lurah, wakil lurah, dan wakil dari Puskesmas. Hadirin tampak antusias bertemu dengan lurah baru mereka. Begitu tiba, Susan menyalami hampir seluruh hadirin.

Rupanya, ini pertama kali ia bertemu dengan para penjaga masyarakat dari wabah yang masih menghantui Indonesia. Saat diberi kesempatan bicara, Susan menceritakan sedikit proses lelang sehingga ia terpilih sebagai Lurah Lenteng Agung. Ia pun mengakui ia harus belajar banyak untuk mengenal daerahnya. Dan, ia mengajak segenap perangkat, Ketua RT dan RW juga lebih mengenal kondisi nyata di masyarakat yang mereka pimpin.

Ketua RW I, Dariyus, kepada satuharapan.com berkomentar tentang perempuan warga Gondangdia ini, “Protes orang-orang itu salah. Urusan pemerintahan tidak bisa dicampuradukkan dengan urusan agama. Yang diharapkan warga adalah lurah memiliki kinerja yang baik dalam melayani masyarakat yang ia pimpin.” “Saya mengibaratkan jika kita punya kerabat yang tinggal di tempat yang mayoritas kepercayaannya berbeda. Jika kerabat kita punya kemampuan memimpin, masakan ia terganjal karena berbeda iman?” katanya.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home