Loading...
INSPIRASI
Penulis: Nova Yulanda Putri Sipahutar 09:09 WIB | Jumat, 24 Juni 2016

Yatra: Life Changing Experience

Persahabatan memang sangat kental dalam kegiatan ini.
Peserta Yatra di Sikh Temple (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – 28 peserta dari 14 negara di Asia dan Pasifik berkumpul di Jakarta dalam program Youth in Asia for Training Religious Amity (YATRA). YATRA merupakan salah satu program World Council of Chruches (WCC) di bawah bidang  Interreligious Dialogue and Cooperation. Partner WCC dalam melaksanakan YATRA pada 2016 ini adalah Sekolah Tinggi Teologi  Jakarta.

Nilai Amity, making friends, atau persahabatan memang sangat kental dalam kegiatan ini. Beraktivitas selama kurang lebih 14 hari dari pagi sampai malam menumbuhkan rasa persahabatan di antara kami peserta YATRA. Yang pada awalnya merasa asing satu dengan yang lain, kemudian berubah menjadi teman.

Dalam bible study dan sesi kelas juga menekankan pada aspek amity. Penjelasan tentang kasih Philia yang inklusif dikaitkan dengan dimensi keempat dari trinitas oleh Pdt. Joas Adiprasetya dan Mas Nindyo Sasongko  merupakan satu perspektif baru bagi saya pribadi tentang persahabatan Allah dengan manusia. Di dalam kelas kami juga diajak berteman dan mendengar cerita dari teman kami LGBT people bersama Pdt. Stephen Suleeman dan teman-teman dari Arus Pelangi.

Tidak hanya di dalam kelas, kami juga mengenal dan berteman dengan agama-agama yang ada di Indonesia. Kami pergi melakukan kunjungan ke vihara, pura, sikh temple, gereja katedral, dan masjid Istiqlal. Dalam konteks Indonesia, berkunjung ke tempat ibadah agama yang berbeda bukan sesuatu yang baru. Tempat baru bagi saya hanyalah Sikh Temple yang terletak di pasar baru.

Saya cukup kaget ketika banyak teman-teman peserta dari negara lain yang baru pertama kali masuk  ke masjid atau tempat beribadah bagi agama lain. Padahal di negara mereka ada beberapa tempat ibadah yang serupa. Mereka bercerita, di beberapa negara masjid untuk perempuan dan laki-laki dipisah tidak seperti di Indonesia di mana perempuan dan laki-laki beribadah di masjid yang sama.

Bukan hanya saya yang kaget, peserta lainnya juga cukup terkejut dengan keramahan dan sambutan hangat dari mereka yang ”berbeda” dengan kami dan mereka (teman yang beragama Buddha, Hindu, Islam dan Sikh) memiliki perspektif yang inklusif dengan agama lain.

Sebagai bentuk pertemanan dan solidaritas kami dengan mereka yang direnggut haknya, kami beribadah bersama jemaat GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia di depan istana Presiden. Sungguh berbahagia juga kami bisa memberikan penguatan melalui lagu Filipina yang berjudul Pananangutan atau tanggung jawab. Setiap orang tidak hanya bertanggung jawab pada dirinya sendiri saja, tetapi seseorang bertanggung jawab pada yang lain.

Melalui YATRA kami semakin diajak untuk menerima, menghormati dan mengasihi agama lain. Hal serupa juga ada dalam agama-agama lain. Melalui sesi pengantar agama-agama di Indonesia, kami mengetahui bahwa agama-agama lain itu pun diperintahkan untuk menjadi berkat bagi orang lain. Islam sebagai agama yang agama rahmatan lilalamin, dalam agama Hindu meyakini adanya jiwa yang ilahi dalam setiap manusia, dan dalam iman Kristen manusia itu diciptakan sesuai dengan gambar Allah. Jadi, tidak ada alasan untuk membenarkan kekerasan kepada manusia yang lain.

Meskipun berteman dan menerima orang yang berbeda agama dengan kami, tidak berarti kami terjebak dalam relativisme—semua agama itu sama. Pesan untuk saling mengasihi sesama manusia  memang sama, tetapi masing-masing agama tetap memiliki identitas iman masing-masing.

Melalui pertemanan kami dengan agama yang lain, iman kekristenan kami semakin dikuatkan. Yesus adalah teladan bagi kami dalam menjalin persahabatan dengan sesama manusia tanpa dibatasi agama atau pembatas lainnya.

 

Emai: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home