Loading...
LAYANAN PUBLIK
Penulis: Melki Pangaribuan 18:26 WIB | Kamis, 05 Januari 2017

2017 Pemerintah Prioritaskan Membuat Tol Udara di Papua

Presiden Joko Widodo memberikan keterangan saat melihat langsung pesawat pengangkut BBM Air Tractor AT-802 di Bandar Udara Nop Goliat Dekai, Yahukimo, Provinsi Papua, hari Selasa (18/10/2016). urut hadir mendampingi Presiden dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (paling kiri), Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto. (Foto: BPMI Setpres)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, mengatakan selama ini barang-barang kebutuhan pokok serta logistik bahan makanan yang dikirimkan ke Papua hanya berhenti di Kota Timika. Setelah itu tidak bisa dilanjutkan ke pegunungan-pegunungan tengah yang ada di Papua.

Oleh karena itu, pada tahun 2017 ini Pemerintah memprioritaskan pembangunan infrastruktur transportasi dengan membangun jembatan udara atau tol udara untuk mendistribusikan kebutuhan masyarakat di seluruh kota dan pegunungan di Papua.

"Mulai tahun ini kita membuat jembatan udara atau tol udara yang mendistribusikan langsung ke kota-kota kecil yang ada di sana. Tercatat lebih dari 12 titik yang kita lakukan, sehingga kita harapkan (harga) bahan pokok di pusat Jayawijaya itu akan menurun," kata Budi Karya Sumadi dalam keterangan pers usai rapat terbatas di kantor Presiden, Jakarta, hari Kamis (5/1).

Budi menjelaskan, pemerintah memutuskan membuat jembatan udara atau tol udara dari tiga titik, yaitu dari Wamena, dari Timika, dan Dekai sebagai upaya disparitas harga di wilayah pegunungan tengah Papua.

Sementara untuk pelaksanaannya, kata Menhub, bisa berupa penugasan kepada BUMN di bidang angkutan udara atau dapat dilakukan dengan pengadaan jasa (proses lelang) seseuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan barang dan jasa Pemerintah.

"Untuk penugasan perlu kesiapan armada dari BUMN yang bergerak di bidang angkutan udara, yang dalam hal ini adalah PT Garuda Indonesia," katanya.

Cetak biru integrasi moda Tol Laut dengan Tol Udara di Papua. (Foto: Melki Pangaribuan)

Budi mengatakan, proses lelang Tol Udara akan dimulai bulan Januari ini dan pelaksanaan dimulai pada Februari 2017.

"Bulan Februari mulai, sekarang (Januari) tender," kata Budi kepada satuharapan.com usai konferensi pers.

Gerakkan Ekonomi Daerah

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi), mengingatkan jajaran menteri Kabinet Kerja agar program tol laut dan jembatan udara mampu menggerakkan ekonomi daerah, sehingga lancar konektivitas antardaerah.

"Jadi tidak hanya membawa barang ke daerah pedalaman, terpencil, dan terdepan, tapi sebaliknya juga harus mampu mengangkut balik barang-barang yang dihasilkan daerah-daerah tersebut ke daerah-daerah yang lain di seluruh pelosok tanah air," kata Jokowi dalam Rapat Terbatas dengan topik "Pengembangan Program Tol Laut dengan Pos Logistik dan Jembatan Udara (Tol Udara) di kantor Presiden, Jakarta, hari Kamis (5/1).

Presiden menegaskan kembali mengenai prioritas pembangunan infrastruktur transportasi yang menjalin konektivitas antarkota, antarkabupaten, antarprovinsi, antarpulau dan antarwilayah, khususnya untuk daerah-daerah yang masih sulit terjangkau.

Menurut dia, tujuan utamanya adalah pemerataan pembangunan serta mempersempit ketimpangan antar kota dengan desa, antardaerah dengan daerah, antarwilayah di seluruh pelosok tanah air.

"Saya ingin mengingatkan lagi bahwa membangun konektivitas bukan hanya semata-mata membangun infrastruktur transportasi, tapi juga dikaitkan dengan sistem logistik, dan distribusi multimoda," katanya.

"Itu artinya kita tidak cukup hanya membangun pelabuhan dan bandara, dan tidak cukup hanya menyediakan angkutan barang di laut maupun di udara. Dengan kewajiban mengangkut barang-barang dan pokok dari dan ke daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan daerah perbatasan."

Dalam ratas tersebut, mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga harus memastikan barang yang diangkut melalui tol laut maupun jembatan udara bisa sampai ke daerah-daerah pedalaman daerah terpencil dan pulau terluar.

"Karena saudara kita di daerah tersebut bukan hanya harus membayar dengan harga yang berlipat-berpuluh kali lipat lebih mahal dengan yang ada di Jawa, namun juga sering mengalami kesulitan dalam mendapatkan barang-barang kebutuhan pokok," katanya.

"Untuk itu, saya minta moda tol laut maupun jembatan udara ini harus betul-betul terintegrasi bukan hanya dengan kawasan industri, namun juga dengan sentra-sentra logistik," dia menegaskan.

 

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home