Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 07:10 WIB | Rabu, 07 Oktober 2020

24 Negara di Tepi Samudera Hindia Latihan Kesiapan Hadapi Tsunami

IOWave20. (Foto: Ist)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Latihan mitigasi dan evakuasi dalam merespon sistem peringatan dini tsunami diselenggarakan di 24 negara di tepi Samudera Hindia, hari Selasa (6/10).

Latihan yang dinamai sebagai IOWave20 (Indian Ocean Wave Exercise 20) diselenggarakan setiap dua tahun oleh Inter-governmental Coordination Group/ Indian Ocean Tsunami Warning Mitigation System (ICG/IOTWMS)-UNESCO. 

Di Indonesia, latihan dilakukan pada pukul 10.00-12.15 WIB diikuti 458 peserta dari berbagai instansi terkait dan dari berbagai provinsi. Latihan menggunakan skenario kejadian gempa bumi di Selatan Jawa, dengan magnitudo 9.1. Berbeda dengan tahun sebelumnya, kegiatan latihan tahun ini disesuaikan dengan kondisi pandemik COVID-19, sehingga latihan dilaksanakan melalui virtual TTX (Table Top Exercise).

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, mengungkapkan bahwa tiga skenario yang disepakati untuk IOWave20 yaitu di Sunda Trench (Indonesia), Andaman Trench (India), dan Makran Trench (Iran). “Namun Indonesia hanya akan berpartisipasi dalam skenario Sunda Trench, khususnya di selatan Pulau Jawa dengan gempa bumi magnitudo M 9.1 dengan kedalaman 10 kilometer", katanya dalam keterangan tertulis di situs BMKG.

IOWave ini sangat penting dilaksanakan untuk mengevaluasi rantai peringatan dini tsunami dan kesinambungan SOP, serta keterlibatan para pihak. Kegiatan ini juga dapat mengevalusai tautan komunikasi di setiap daerah, termasuk kelengkapan alat komunikasi dan kesiapan stakeholder dalam menerima serta memahami peringatan dini tsunami dari BMKG melalui sarana diseminasi WRS NewGen yang sudah dipasang di kantor BMKG, BPBD, dan Media di seluruh Indonesia yang berjumlah 147 lokasi.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menekankan pentingnya melaksanakan gladi evakuasi atau TTX, mengingat berdasarkan data BMKG, terjadi lonjakan kejadian gempa bumi dalam beberapa tahun terakhir.

"Kejadian gempa bumi sebelum tahun 2017 rata-rata hanya 4000-6000 kali dalam setahun, gempa yang dirasakan atau kekuatannya lebih dari 5 sekitar 200 kejadian. Namun setelah tahun 2017 jumlah kejadian itu meningkat menjadi lebih dari 7000 kali dalam setahun. Bahkan tahun 2018 tercatat sebanyak 11.920 kali kejadian gempa. Ini bukan peningkatan, tapi sebuah lonjakan," kata Dwikorita.

Hal tersebut perlu diwaspadai, karena sebagian besar tsunami yang terjadi di dunia dipicu oleh gempa bumi. Oleh karena itu, perlu diperkuat sistem mitigasi gempa bumi dan tsunami mengingat hingga saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi kapan terjadinya.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home