Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 17:48 WIB | Senin, 02 Januari 2017

5 Bulan Tidak Melaut, Nelayan Kupang Alih Profesi

Ilustrasi: Tradisi menangkap ikan paus di Lembata, Nusa Tenggara Timur, yang menjadi atraksi pariwisata terkenal. (Foto: Wonderful Indonesia)

KUPANG, SATUHARAPAN.COM - Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Kupang, Maksi Effendi Ndun mengatakan, para nelayan setempat tengah berhenti melaut akibat cuaca buruk yang diperkirakan berlangsung selama lima bulan dari Desember 2016 hingga April 2017.

"Sekarang nelayan Kota Kupang sedang berhenti melaut karena cuaca buruk yang diperkirakan sampai akhir April atau awal Mei 2017," kata Maksi saat dihubungi Antara di Kupang, hari Senin (2/1).

Dia menyebutkan, hampir semua nelayan yang bermangkal di beberapa titik di Kota Kupang seperti Tenau, Oeba, sampai Lasiana berhenti melaut akibat cuaca buruk di perairan tersebut.

"Hanya ada satu, dua, nelayan pancing dasar yang melaut namun di perairan dekat di daerah selatan yang tidak terkena gelombang tinggi," katanya.

Dia mengatakan, akibat musim paceklik (musim sepih karena ketiadaan hasil laut) yang berlangsung cukup lama tersebut maka para nelayan di ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur itu memilih beralih profesi.

"Pekerjaan nelayan di musim paceklik yah serobotan saja, tidak menentu, ada yang jadi buruh bangunan, tukang, kondektur angkutan, sopir, dan lain-lain sambil menunggu musim membaik," katanya.

Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi HNSI NTT, Abdul Wahab Sidin, menambahkan musim paceklik karena cuaca buruk tersebut menyebabkan nelayan cakalang tidak bisa beroperasi.

"Nelayan cakalang saat ini istirahat total karena ketiadaan umpan dari kapal bagan yang saat ini juga sedang parkir karena cuaca tidak bersahabat," kata Wahab yang juga salah satu nelayan yang bermarkas di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Tenau.

Dia mengatakan, biasanya nelayan cakalang juga mengambil umpan dari nelayan kapal lampara namun saat ini mereka juga tidak beroperasi dan masih berlabuh di Semau.

Semantara itu, katanya, pasokan umpan yang biasanya didarangkan dari nelayan di Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur juga masih terhenti karena tidak beroperasi.

"Semuanya total tidak melaut karena ketiadaan umpan. Ada tiga kapal yang ke Larantuka untuk mengambil umpan juga sekarang sedang tidak beroperasi," katanya.

Dia menambahkan, akibat cauca buruk tersebut maka para nelayan yang berbasis di Tenau hanya bertahan dengan berbagai aktivitas seperti membereskan pukat, memancing di sekitar perairan, bahkan ada pula beralih pekerjaan menjadi buruh.

"Saat ini tidak ada pasokan ikan dari Tenau terutama cakalang. Adanya hanya ikan hasil pancingan di perairan dekat," kata Wahab.(Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home