Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 16:22 WIB | Sabtu, 11 Maret 2017

500 Tahun Reformasi Gereja Perlu Dirayakan dengan Semangat

Martin Lukito Sinaga, (kanan) saat memberi materi pada Diskusi “500 Tahun Reformasi Protestan: Perlukah Radicalizing Reofrmation”, hari Sabtu (11/3) di Wisma Xaverian, Jalan Cempaka Putih Raya, Jakarta Pusat. (Foto: Prasasta Widiadi)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Dosen Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta, Martin Lukito Sinaga, mengemukakan perayaan 500 Tahun reformasi perlu dirayakan dengan penuh semangat.

“Reformasi adalah sesuatu yang perlu dirayakan dan dengan penuh semangat,” kata Martin Lukito dalam Diskusi “500 Tahun Reformasi Protestan: Perlukah Radicalizing Reformation”, hari Sabtu (11/3) di Wisma Xaverian, Jalan Cempaka Putih Raya, Jakarta Pusat.

Dia mengatakan istilah reformasi bukan istilah asing dalam bahasa Indonesia karena kata ‘reformasi’ sebenarnya sudah lazim didengar sejak lama yakni sebagai istilah untuk perubahan tata pemerintahan di Indonesia, dan sebagai penanda transisi dalam demokrasi.

Martin Lukito mengemukakan bila membicarakan reformasi dalam konteks gereja maka tidak dapat dipisahkan dari nama teolog asal Jerman, Martin Luther.

Martin Lukito mengemukakan dalam buku yang ditulisoleh  Martin Luther yang berjudul “On Christian Liberty” pada tahun 1520, terungkap  berbagai landasan penting konsep reformasi gereja.

“Dalam buku ini Martin Luther merindukan bagaimana dia (Martin Luther) bertemu dan berkenalan dengan Tuhan yang penuh rahmat, apakah yang harus disiapkan umat Kristen, apa yang harus dikerjakan umat Kristen agar mengenal Allah  yang penuh rahmat,” kata dia.

Dia menambahkan Martin Luther dalam buku tersebut juga berisi pergumulan teolog kelahiran tahun 1483 itu tentang Tuhan. Martin Luther merindukan Tuhan sebagai  sosok yang  penuh rahmat, dan menginginkan mudah untuk mengadu kepada Tuhan.

Luther Meempelkan 95 Tesis

Salah satu temuan Luther, kata Martin Lukito, yakni   kerinduan tentang pertemuan menuju iman, dan Martin Lukito menambahkan, bahwa momen kerinduan tersebut diungkapkan Luther dengan menempelkan 95 tesis di gereja Wittenberg,  Jerman pada tahun 1517.

“Kalimat pertama dari tesis tersebut adalah harta berharga umat Kristen adalah Alkitab dan orang-orang yang beriman, yang beriman kepada Allah yang rahmani,” kata dia.

Martin Lukito menambahkan inti temuan Luther adalah umat Kristen dapat merasa bebas di hadapan Tuhan. “Kalau kita mempercayaan diri kepada-Nya maka dia akan membenarkan kita,” kata Martin Lukito.

Dia mengatakan di Dewan Gereja Lutheran dunia, ajaran Luther adalah “unconditional acceptance”. Martin Lukito mengatakan unconditional acceptance adalah manusia diterima di hadapan Tuhan tanpa syarat. “Luther menekankan iman sebagai trust dan menyerahkan diri sepunuhnya kepada Allah yang dalam Kristus, dan Allah yang rahmani,” kata Martin Lukito.

“Kalau begitu kita merayakan kebebasan ini sebagai orang yang bertanggung jawab, dan itu menjadi konsekuensi berikutnya bahwa kebebasan setiap individu menjadi kebebasan bersama, artinya  orang lain pun sebenarnya diterima tanpa syarat oleh Allah yang penuh rahmat,” kata dia.

Menjelang Peringatan 500 Tahun Reformasi

Peristiwa yang menandai peringatan 500 tahun reformasi telah diadakan pada awal November 2016, di Jenewa. Peristiwa tersebut – menurut oikoumene.org – adalah peluncuran truk untuk menyosialisasikan reformasi gereja di seluruh Eropa.

Saat itu, Federal Councillor atau Penasihat Federal Swiss, Alain Berset, mengatakan peresmian truk tersebut menandai awal mula perayaan reformasi secara internasional. Truk tersebut akan melakukan perjalanan dari Jenewa ke 67 kota reformasi yang terdapat di 19 negara,

Acara untuk memperingati ulang tahun akan diadakan di Swiss dan di seluruh Eropa dalam beberapa bulan mendatang. Tujuan yang paling penting dari peringatan reformasi tidak sekadar mengkeramatkan tanggal tersebut, melainkan melakukan penghayatan tentang makna reformasi untuk generasi saat ini dan untuk masa depan.

Berset menjelaskan reformasi adalah gerakan yang landasan spiritual, kultural, dan masyarakatnya mempengaruhi seluruh dunia selama hampir setengah abad yang lalu.

 Dia menyerukan ulang tahun ke-500 reformasi harus dirayakan antardenominasi gereja dalam rangka mempererat dialog, agar lebih banyak hal yang menyatukan Protestan dan Katolik daripada yang memecah  mereka.

Aktivitas Paus Fransiskus Menjelang Peringatan Reformasi

Di tempat terpisah, beberapa waktu lalu, saat Paus Fransiskus mengunjungi Jerman dalam rangka peringatan ulang tahun ke-500 reformasi gereja, dia mengatakan  dalam mensyukuri perbedaan sebagai karunia Tuhan merupakan salah satu kekuatan yang mendorong gereja untuk bersatu.

Paus Fransiskus mengutip beberapa kalimat yang pernah dituturkan paus sebelumnya, Paus Benediktus XVI yang pernah menggelar pertemuan wakil-wakil dari Gereja Injili di Jerman pada tahun 2011.

“Saat ini yang membuat cemas para reformator yakni di dalam hati kita masing-masing, terutama bila membicarakan jalan yang tepat menuju Kristus. Karena saat ini yang menjadi perhatian kita semua adalah Tuhan Yesus Kristus yang menghantarkan kita kepada jalan kehidupan kesejahteraan bersama,” kata Paus Fransiskus menirukan kembali Paus Benediktus seperti tertuang di radiovaticana.va

Paus Fransiskus mengatakan peringatan ke-500 reformasi merupakan peringatan yang baik untuk mengambil langkah yang jauh lebih positif, karena umat Kristen ditantang melihat masa lalu tanpa menaruh dendam, tetapi sesuai dengan semangat Kristus dan dalam persekutuan Kristiani.

“Untuk menyatukan laki-laki dan perempuan dalam rahmat Tuhan Yesus Kristus yang tidak terbatas,” kata Paus Fransiskus.

Paus Fransiskus mencermati saat ini gereja dan umat Kristiani terlalu lama berseberangan pendapat, dan pandangan kadang-kadang bahkan tanpa ragu  menggunakan kekerasan saat berhadapan satu sama lain.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home