Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 11:11 WIB | Selasa, 15 Agustus 2017

51 Seniman Pameran "Indahnya Kebersamaan" di Studio Kalahan

Yani Saptohudoyo (kebaya merah) mendampingi Arifin Panigoro (baju hitam) dalam pembukaan pameran "Indahnya Kebersamaan" di Studio Kalahan, Senin (14/8) malam. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Lima puluh satu seniman-perupa memamerkan karya dalam pameran bertajuk "Indahnya Kebersamaan" yang digelar oleh Ikatan Istri Senirupawan Yogyakarta (IKAISYO) dalam memperingati ulang tahunnya yang ke-tiga puluh lima tahun di Studio Kalahan yang berada di Dusun Patukan, Ambarketawang Kec. Gamping - Sleman.

Pameran yang memanfaatkan tiga ruangan di lantai 1 dan lantai 2 di Studio Kalahan dibuka oleh pengusaha Arifin Panigoro Senin (14/8) malam menampilkan karya perupa anggota Ikaisyo, perupa anggota Ikaisyo yang sudah meninggal dunia, perupa regenerasi anggota Ikaisyo, serta perupa undangan.

Tercatat karya almarhum Bagong Kussudiarjo, Bathara Lubis, Damas, Kasman KS, Nasjah Jamin, Saptoto, Sudarmi DS, Sutopo, Sun Ardi, Tino Sidin, Widayat, serta Teguh Suwarto, dipamerkan di antara karya Djoko Pekik, Nasirun, Heri Dono, Suwaji, maupun perupa lainnya.

Perupa senior yang terlibat, hingga saat ini masih terus menghasilkan karya-karya yang impresif. Kartika Affandi misalnya dengan karya berjudul "Potret Diri Kartika" dan "Potret Diri Sapto" dengan lukisan tangannya tampil lebih segar dengan warna yang cerah. Perupa M. Dwi Marianto yang juga dosen ISI Yogyakarta menampilkan karya sketsa "Refleksi Suara Dalam" dengan sebuah quote dari Napoleon Hill If you cannot do great things, do small things in a great way, seolah sedang menyampaikan pesan mendalam dalam konteks keindonesiaan kita hari-hari ini yang seolah centang perenang oleh permasalahan ketidakmampuan menghadirkan suara terdalam dari setiap individu: nurani.

Fotografi dan Seni Rupa

Sementara Tulus Warsito, perupa-dosen Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang sejak tahun 1970-an sudah berkarya dalam lukisan maupun batiknya menampilkan karya lukisan berjudul "Dancing on the River" dalam semangat yang tidak kalah dengan seniman-perupa muda dalam permainan bentuk dan warna yang cerah.

Di antara karya yang dipamerkan, karya fotografi dosen ISI Yogyakarta Risman Marah menjadi hal yang unik. Sebuah karya fotografi berjudul "Gunung Merapi" yang memiliki kedalaman sebuah karya seni rupa dalam warna monochrome (hitam-putih) tanpa menghilangkan hal-hal teknis terkait urusan fotografi. Sekilas karya fotografi Risman Marah memiliki kemiripan karya-karya seniman grafis yang dihasilkan dari teknik cetak dalam etsa. Namun adanya flare dari pantulan sinar matahari pada karya tersebut dengan mudah orang akan melihat bahwa karya berjudul "Gunung Merapi" dihasilkan dari jepretan kamera.

Risman Marah memodifikasi kamera digitalnya menjadi kamera yang mampu menangkap obyek dalam frekuensi warna infra red. Eksperimen Risman Marah menghasilkan sebuah karya fotografi yang artistik sekaligus memunculkan impresi mendalam pada obyeknya. Risman Marah berhasil menggabungkan urusan fotografi dalam sebuah karya seni rupa yang estetis namun penuh makna : Merapi dengan segala daya ledak-daya letusan adalah sebuah keindahan yang membisu.

Di tengah perdebatan tentang fotografi dan seni rupa yang akhir-akhir ini kadang muncul, Risman Marah dengan karya "Gunung Merapi" secara sederhana mempresentasikan sebuah karya fotografi yang estetis (fine art) tanpa memerdulikan berada di ranah mana sebuah karya foto diposisikan, sebagaimana eksperimen fotografi buta (blind photography) yang beberapa waktu lalu.

Pameran " Indahnya Kebersamaan " akan berlangsung sampai tanggal 27 Agustus 2017.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home