Afghanistan Siap Bebaskan 2.000 Tahanan Taliban
KABUL, SATUHARAPAN.COM-Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, memulai proses membebaskan hingga 2.000 tahanan Taliban sebagai isyarat niat baik setelah pemberontak mengusulkan gencatan senjata kejutan selama liburan Idul Fitri.
Ghani, hari Minggu (24/5) juga mengatakan pemerintah siap untuk mengadakan pembicaraan damai dengan Taliban setelah menerima tawaran gencatan senjata tiga hari mulai hari Minggu.
Keputusan untuk membebaskan para tahanan adalah "isyarat niat baik" dan diambil "untuk memastikan keberhasilan proses perdamaian," kata juru bicara Ghani, Sediq Sediqqi di Twitter. Ghani mengatakan pada hari Minggu sebelumnya bahwa dia akan mempercepat proses pembebasan para tahanan Taliban.
Kesepakatan antara Amerika Serikat dan Taliban yang ditandatangani pada bulan Februari menetapkan bahwa pemerintah Afghanistan akan membebaskan hingga 5.000 tahanan Taliban sementara pemberontak akan membebaskan sekitar 1.000 personel pasukan keamanan Afghanistan.
Pertukaran tahanan dipandang sebagai langkah membangun kepercayaan menjelang pembicaraan damai yang telah lama ditunggu antara pemerintah Afghanistan dan Taliban.
Sebelum pengumuman hari Minggu, Kabul telah membebaskan sekitar 1.000 tahanan Taliban sementara gerilyawan telah membebaskan sekitar 300 personel pasukan keamanan Afghanistan.
Ghani juga mengatakan bahwa delegasi pemerintah "siap untuk segera memulai pembicaraan damai" dengan para pemberontak.
Negosiator pemerintah akan dipimpin oleh mantan saingan Ghani, Abdullah Abdullah, setelah keduanya menandatangani kesepakatan pembagian kekuasaan pekan lalu yang mengakhiri krisis politik selama berbulan-bulan.
Serangan Setelah Kesepakatan
Taliban telah berulang kali mengejek anggota pemerintahan Ghani, menyebut mereka sebagai "boneka" yang dikendalikan oleh kekuatan asing.
Tawaran gencatan senjata dari para militan datang hanya beberapa hari setelah pemimpinnya, Haibatullah Akhundzada, mendesak Washington "untuk tidak menyia-nyiakan" kesempatan yang ditawarkan oleh kesepakatan dengan AS untuk mengatur penarikan pasukan asing dari negara itu.
Perwakilan Khusus AS untuk Afghanistan, Zalmay Khalilzad, yang menjadi perantara kesepakatan, mengatakan di Twitter pada hari Sabtu (23/5) bahwa gencatan senjata adalah "peluang penting yang tidak boleh dilewatkan" ketika AS berjanji akan "melakukan bagiannya untuk membantu."
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, juga mendesak kedua pihak untuk mengambil kesempatan untuk memulai pembicaraan damai, dengan pembebasan tahanan sebagai langkah pertama. Namun dia mengatakan bahwa dia mengharapkan "Taliban untuk mematuhi komitmen mereka untuk tidak membiarkan tahanan yang dibebaskan kembali ke medan perang."
Dia juga mendesak kedua belah pihak untuk menghindari kekerasan yang meningkat setelah Idul Fitri.
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump memprioritaskan upaya mengakhiri perang terpanjang bagi AS dengan menarik pasukan asing.
Namun para analis mengatakan Taliban telah berani dengan membuat kesepakatan dengan AS, dan pejabat pemerintah Afghanistan telah melaporkan lebih dari 3.800 serangan sejak ditandatangani kesepakatan, menewaskan 420 warga sipil dan melukai 906 lainnya. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Bangladesh Minta Interpol Bantu Tangkap Mantan PM Sheikh Has...
DHAKA, SATUHARAPAN.COM-Sebuah pengadilan khusus di Bangladesh pada hari Selasa (12/11) meminta organ...