Loading...
DUNIA
Penulis: Melki Pangaribuan 16:41 WIB | Sabtu, 05 November 2016

Ahmadiyah AS Ajak Dunia Lindungi Kebebasan Umat Beragama

Setiap manusia, kata dia, diciptakan oleh pencipta yang sama dan mempunyai hak yang sama satu sama lain dan manusia mempunyai satu tujuan yang sama dalam kebahagiaan.
Ahmadiyah AS Ajak Dunia Lindungi Kebebasan Umat Beragama
Wakil Amir Nasional Komunitas Muslim Ahmadiyah Amerika Serikat (AS) Maulana Azhar Haneef Sahid. (Foto-foto: Melki Pangaribuan)
Ahmadiyah AS Ajak Dunia Lindungi Kebebasan Umat Beragama
Maulana Azhar Haneef Sahid (ke enam dari kanan) saat foto bersama pada acara International Peace Symposium (IPS) 2016 bertajuk “Implementation of Pancasila in Freedom of Religions as Inspiration for The World” di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, hari Sabtu (29/10).

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Wakil Amir Nasional Komunitas Muslim Ahmadiyah (AMC) Amerika Serikat (AS) Maulana Azhar Haneef Sahid, menyerukan kepada pemerintah dan pemimpin dunia untuk melindungi kebebasan beragama setiap warga negaranya dalam menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan dan ajaran agamanya masing-masing.

Seruan itu disampaikan Azhar Haneef saat menjadi pembicara keynote speaker International Peace Symposium (IPS) 2016 bertajuk “Implementation of Pancasila in Freedom of Religions as Inspiration for The World” di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, hari Sabtu (29/10).

“Setiap manusia dan suatu bangsa merupakan hal yang penting untuk melindungi kebebasan beragama. Ini juga yang menjadi tugas pemerintah. Seperti di sini dan beberapa kali di berbagai daerah dunia, saya selalu berbicara tentang adanya Muslim di Amerika. Bagaimana kehidupan mereka di sana,” kata Azhar Haneef di hadapan 300 lebih tamu undangan IPS 2016.

Menurut Missionary In-charge AMC USA itu, setiap manusia mempunyai hak untuk beragama termasuk dalam mengubah agama atau keyakinannya, serta juga mempunyai hak beribadah sesuai agamanya, kebebasan untuk percaya dan mempraktikkan keyakinan tersebut.

“Perjuangan kita di Indonesia sama dengan yang di Amerika. Sebagaimana halnya Amerika dan Indonesia kita mempunyai hak untuk memperjuangkan kebebasan,” kata dia.

Misionaris selama lebih dari 26 tahun di berbagai lokasi di AS termasuk tugas di daerah San Francisco, Chicago, Missouri, Pennsylvania, Delaware dan New Jersey itu mencontohkan mengenai isu terakhir yang berkembang di AS yang akan menghentikan dan mengeluarkan umat Islam dari negaranya.

“Kami ragu sebagai Muslim Amerika, apakah memiliki kebebasan untuk beragama di sini? Saya sebagai Muslim di Amerika juga memiliki hak untuk beragama Muslim di negara saya, dan saya juga menyampaikan hak ini bagi seluruh umat di dunia,” katanya.

Dia mengatakan, meskipun akhir-akhir ini sering dikatakan tentang anti Muslim di AS tapi banyak juga warga Muslim yang menyampaikan hak mereka dalam berkeyakinan.

Menurut Haneef, hal tersebut bukan karena ajaran Kristen atau Yahudi lebih baik dari Islam, tapi mereka telah mengadopsi prinsip-prinsip dari Piagam HAM. Setiap manusia, kata dia, diciptakan oleh pencipta yang sama dan mempunyai hak yang sama satu sama lain dan manusia mempunyai satu tujuan yang sama dalam kebahagiaan.

“Dalam konstitusi Amerika, pemerintah tidak boleh membatasi kebebasan beragama untuk seluruh warganya. Kenyataannya ini terjadi dinamika dalam menjalankannya, para awalin Muslim maupun awalin Kristen juga mengalami penganiayaan di sana,” katanya.

Dosen yang pernah mengajar di Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Kepulauan Karibia itu merujuk sejarah yang mencatat bagaimana kehidupan Kristen di Eropa saling menganiaya satu sama lain karena perbedaan satu sama lain. Menurut dia, karena penganiayaan yang disebabkan perbedaan pandangan inilah yang membuat mereka eksodus ke Amerika.

“Karena itu dalam konstitusi Amerika, warganya memiliki hak dan kebebasan beragama dan berkeyakinan,” lanjutnya.

Haneef juga mencontohkan lainnya, di Prancis penggunaan hijab dan burkini (pakaian renang yang menutupi seluruh tubuh) dilarang. Sedangkan di Amerika tidak ada aturan seperti itu.

“Tidak ada larangan penggunaan apa yang dikenakan wanita. Tidak ada pembatasan untuk kelompok Kristen, Yahudi, atau kelompok-kelompok lain di Amerika. Itulah mengapa Barack Obama mengatakan, kebebasan di Amerika dalam hal kebebasan beragama merupakan suatu keharusan dalam konstitusi, karena itu tidak ada larangan pendirian Masjid,” katanya.

Menurut datanya, di AS ada sekitar 1.200 masjid. Pemerintah Amerika juga melindungi kebebasan berpakaian bagi wanita Muslim di Amerika dan memberikan hukuman bagi  yang menghalangi mereka. Menurut Haneef, prinsip yang digunakan AS sesungguhnya diajarkan dalam Al Quran.

“Jadi diskusi kita pada hari ini tidak hanya berbicara tentang kebebasan beragama di Indonesia tapi juga di seluruh dunia. Pesan-pesan yang disampaikan Rasulullah SAW relevan bagi seluruh kelompok di dunia ini,” kata pria yang memiliki tinggi badan lebih dua meter.

“Kita harus saling bekerja sama untuk menjaga harmoni dan menghormati keyakinan orang lain seperti mereka menghormati kita,” dia menegaskan.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home