Loading...
SMASH AYUB
Penulis: Ayub Yahya 14:15 WIB | Senin, 18 Maret 2019

Akhirnya

ilustrasi makam (Foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM - Kuburan tua itu tidak terurus. Beberapa batu batanya sudah copot. Tanaman liar tumbuh tinggi di sekelilingnya. Tapi bekas kemegahannya dulu masih tampak; tiang penyangga berlapis keramik di bagian tengah, juga kayu jati berukir ikan dan ular yang menaungi batu nisan. 

 

Di batu nisan itu tertera tulisan ini: “Hidup di dunia yang fana, demikianlah ujungnya. Pun mereka yang memegang jabatan setinggi gunung, menggenggam kekayaan sebanyak pasir di laut.” 

 

Konon, itu kuburan seorang tuan tanah kaya raya, entah siapa, yang hidup jauh sebelum revolusi pecah di negeri ini. Teronggok di salah satu sudut tanah kosong.

 

Begitulah akhir kehidupan di dunia: kematian. Tidak ada yang tidak akan terlepas darinya.

 

Maka sebetulnya aneh kalau orang itu sampai habis-habisan mengejar atau mempertahankan harta dan jabatan; segala cara, termasuk yang keji, dihalalkan. Sebab toh semua itu akhirnya akan terlepas juga. Hanya menyisakan sebuah jejak yang akan dikenang generasi kemudian. Jadi apalah artinya pun seandainya kita bisa mendapatkan seisi dunia ini, tapi kalau untuk itu harus kehilangan kehormatan di dunia dan “kehilangan jiwa” di akhirat?

 

 

Editor: Tjhia Yen Nie

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home