Loading...
EKONOMI
Penulis: Sabar Subekti 19:17 WIB | Senin, 20 Desember 2021

Alasan Agama, Erdogan Turunkan Suku Bunga Pinjaman

Namun keputusannya itu membuat inflasi lebih dari 20%, dan mata uang Lira Turki merosot tinggal setengahnya.
Seorang perempuan berjalan melewati layar informasi yang menampilkan nilai tukar di depan kantor pertukaran uang di Istanbul, pada 26 Oktober 2020 saat lira Turki mencetak rekor terendah baru terhadap dolar AS. (Foto: dok. AFP)

ANKARA, SATUHARAPAN.COM-Mata uang Lira Turki yang bermasalah turun kembali nilainya lima persen lagi terhadap dolar pada hari Senin (20/12), setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan mengutip ajaran Muslim untuk membenarkan tidak menaikkan suku bunga untuk menstabilkan mata uang.

Erdogan telah mendorong bank sentral untuk menurunkan bunga pinjaman secara tajam meskipun tingkat inflasi tahunan melonjak hingga lebih dari 20 persen.

Para ekonom berpendapat bahwa kebijakan tersebut dapat menyebabkan kenaikan harga konsumen mencapai 30 persen atau lebih tinggi dalam beberapa bulan mendatang.

Namun Erdogan mengatakan dalam sambutannya yang disiarkan oleh televisi pemerintah hari Minggu (19/12)  malam bahwa keyakinan Muslimnya mencegahnya mendukung kenaikan suku bunga. “Mereka mengeluh kami terus menurunkan suku bunga. Jangan mengharapkan apa pun dari saya," katanya dalam komentar yang disiarkan televisi.

“Sebagai seorang Muslim, saya akan terus melakukan apa yang diperintahkan agama kami. Ini perintahnya.” Ajaran Islam melarang umat Islam menerima atau membebankan bunga atas pinjaman atau pinjaman uang.

Erdogan sebelumnya mengutip keyakinan Muslimnya dalam menjelaskan mengapa dia percaya suku bunga menyebabkan inflasi, alih-alih menguranginya.

Suku bunga yang tinggi merupakan hambatan pada aktivitas dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Tetapi bank sentral menaikkan suku bunga kebijakan mereka karena kebutuhan ketika inflasi tidak terkendali.

Lira Turki kini telah kehilangan hampir setengah nilainya dalam tiga bulan terakhir. Lira diperdagangkan turun hampir enam persen pada Senin pagi. Satu dolar bisa membeli 7,4 lira pada 1 Januari. Namun itu bernilai 17,4 Lira pada hari Senin (20/12).

"Anda tidak dapat menjalankan ekonomi modern yang terintegrasi ke dalam ekonomi global atas dasar ini," kata ekonom Timothy Ash dari BlueBay Asset Management dalam sebuah catatan kepada klien. “Bahkan Arab Saudi benar-benar tidak mencoba manajemen makro (ekonomi) yang sepenuhnya sesuai dengan syariah.” (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home