Anak Menolak Merokok Sebelum 19 Tahun Kuat Hingga Dewasa
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Margianta Surahman, aktivis Gerakan Muda FCTC (Framework Convention on Tobacco Control) menyampaikan sebuah penelitian yang menyebutkan jika anak-anak dapat untuk tidak merokok sampai di bawah 19 tahun, maka sepanjang hidupnya dia akan lebih kuat untuk menolak ajakan untuk merokok.
“Tapi apabila dia setidaknya mungkin pernah merokok sekali dua kali sebelum 19 tahun, maka dia akan lebih sulit untuk berhenti merokok. Nah ini adalah kenyataannya,” kata Margianta Surahman dalam acara Webinar Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) dengan Tema “Cegah Pelajar dari Bujukan Rokok”, hari Kamis (25/6/2020).
Dalam rangka memperingati HTTS tahun 2020, Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI menyelenggarakan webinar yang ditonton ribuan peserta daring melaui aplikasi Zoom dan streaming YouTube.
Giant, sapaan akrabnya, berpesan agar anak muda mempersenjatai dirinya dengan informasi dan data yang akurat. Lalu dukung figure publik atau influencer yang menolak rokok atau pro TC (tobacco control).
“Sisipkan isu pengendalian tembakau di personal branding kalian saat kalian posting apapun itu selipkan pesan-pesan tidak merokok,” katanya
Selanjutnya, awasi orang-orang sekitar kita agar tidak terpengaruh dengan merokok dan cermat menyebarkan informasi. Kemudian mengetahui juga latar belakangnya ketika meminta bantuan uang untuk biaya pentas seni di sekolah dan sebagainya.
“Hati-hati kalau semisalnya sama rokok. Dia enggak ada makan siang gratis terutama dari industri rokok yang memang menargetkan anak-anak muda kita sebagai pelanggan masa depannya,” katanya.
Giant menjelaskan bahwa jumlah anak di Indonesia yang merokok mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dari 2013 angkanya sebesar 7,2% sampai akhirnya 2018 sebesar 9,1%.
Menurut datanya, kalau dikuantifikasikan jumlahnya sekitar 7,8 juta perokok anak-anak yang aktif usia 10 sampai 18 tahun sebetulnya kalau disamakan dengan sebanyak 101 Gelora Bung Karno itu bahkan lebih dan jumlahnya sama dengan 35 tahun untuk kloter haji dan sama dengan seluruh penduduk Hongkong.
“Jadi kita bayangkan kita datang Hongkong sedang berwisata tiba-tiba seluruh isinya itu anak umur 10 sampai 11 tahun sebanyak itulah angka perokok anak di Indonesia. Sementara trend di negara lain di berbagai negara itu menurun angkanya,” dia menambahkan.
Giant mengatakan di Indonesia sendiri, usia 10 tahun bahkan 3 dari 5 anak itu perokok pasif. Perokok pasif dari bapaknya, dari lingkungan sekitarnya, di sekolah, dan relasi sesamanya.
“Anak-anak juga tidak bisa selalu membentengi diri karena kadang ada relasi dan tidak enak dengan sesamanya,” katanya.
RI Evakuasi 40 WNI dari Lebanon via Darat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia mengevakuasi 40 Warga ...