Loading...
RELIGI
Penulis: Sabar Subekti 14:33 WIB | Selasa, 03 Februari 2015

Anti Islamisasi Eropa, PEGIDA, Muncul di Austria

Komisioner senior Eropa memperingatkan munculnya ekstremisme di Eropa.
Pendukung PEGIDA Austria berpawai di jalan-jalan di Wina. (Foto dari Russia Today)

WINA, SATUHARAPAN.COM –  Gerakan anti Islamisasi Eropa yang dikenal muncul di Jerman sebagai PEGIDA, telah menarik ratusan pendukung dan mengadakan pawai di jalan-jalan kota Wina, Austria, pada hari Senin (2/2).

Sekitar 250 orang berbaris di ibu kota Austria dengan membawa bendera nasional negara itu dan meneriakkan: "Kami adalah rakyat!"  Namun mereka juga berhadapan dengan kelompok kontra demonstran, yang berteriak: "Ganyang PEGIDA!" sepert dilaporkan situs berita Russia Today.

Sebelum aksi jalanan mereka, PEGIDA, yang merupakan singkatan dari Patriot Eropa Melawan Islamisasi Barat, menulis di halaman Facebook-nya bahwa "semua orang menyambut, tidak peduli partai, gerakan, organisasi atau kebangsaan mereka, setiap orang yang melawan Islam radikal dan hukum Syariah, dan ingin membuat pernyataan damai."

Seorang juru bicara PEGIDA  Austria, Georg Immanuel Nagel, mengatakan kepada surat kabar Die Presse bahwa waktunya telah tiba untuk mengakhiri "kebijakan yang lemah" terhadap umat Islam di negeri ini.

Menurut dia, Austria harus menerapkan undang-undang yang melarang "Islamisasi" sehingga mereka yang mempromosikan hukum Syariah bisa menghadapi tuntutan hukum sebagaimana diberlakukan dengan cara yang sama kepada pemuja apa yang dilkukan Nazisme.

Ekstremisme di Eropa

Sementara itu, komisioner Senior Eropa memperingatkan tentang meningkatnya ekstremisme dan intoleransi di Eropa, sebuah blok beranggota 28 negara. Aksi mereka juga menargetkan orang-orang Yahudi, Muslim, homoseksual dan bahkan perempuan.

"Ada peningkatan anti Semitisme, ada peningkatan Islamophobia, ada peningkatan homofobia," kata Frans Timmermans, Wakil dari Presiden Komisi Eropa, Jean-Claude, mengatakan pada  pertemuan anggota parlemen negara-negara Uni Eropa di ibu kota Latvia, Riga, seperti dilaporkan kantor berita AFP.

"Ada orang-orang yang benar-benar menantang posisi perempuan dalam masyarakat Eropa," kata Timmermans, yang sedang mengunjungi negara Baltik sehubungan dengan gilirannya memegang enam bulan menjabat presiden Uni Eropa.

"Ini tidak boleh terjadi. Kita perlu menempatkan aturan hukum di depan dan pusat Eropa,  karena jika tidak demikian kita kehilangan, kita tidak punya apa-apa,’’ kata dia.

"Jika orang-orang Yahudi di Eropa tidak bisa merasa di rumah, Eropa selesai. Jika orang-orang Yahudi percaya bahwa masa depan mereka tidak di Eropa, Eropa tidak memiliki masa depan. Dan ini berlaku untuk Muslim, dan kelompok minoritas lainnya... kita tidak memiliki masa depan bagi Eropa,’’ tambahnya.

Ekstremis Islam menyerang pada  awal Januari menyerang kantor majalah satir Prancis Charlie Hebdo dan toko kelontong halal Yahudi di Paris, dan membunuh 17 orang.

Menandai Hari Peringatan Holocaust, pada  27 Januari,  Ketua Kongres Yahudi Eropa, Moshe Kantor memperingatkan bahwa Eropa bereda "dekat dengan" eksodus baru Yahudi. Dia mengatakan bahwa "jihad sangat dekat dengan Nazisme".

Dia juga menyuarakan pernyataan Kanselir Jerman, Angela Merkel, pekan lalu tentang hal yang "memalukan" bahwa orang Yahudi di Jerman menghadapi penghinaan atau ancaman, karena mereka Yahudi atau dukungan terhadap Israel.

Jumlah insiden anti Muslim di Perancis meningkat sejak serangan di Paris, dengan 128 orang terkena tindakan dalam dua pekan, jumlah yang hampir sama sepanjang tahun 2014, menurut Observatory Nasional Prancis Melawan Islamophiobia (French National Observatory Against Islamophobia).


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home