Loading...
SMASH AYUB
Penulis: Ayub Yahya 16:09 WIB | Senin, 13 Agustus 2018

Apati

Ilustrasi.(Foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM - Seorang teman pernah bilang begini, "Yang tidak enak dari sakit itu bukan hanya sakitnya itu sendiri, tetapi juga berondongan pertanyaan dan nasihat yang mengiringi. Dua-tiga orang masih okelah, tetapi kalau belasan atau bahkan lebih?! Hadeuhhhh!"

 

Memang sih. Bisa dibayangkan begini....

"Sakit apa? Sudah berapa lama? Sebelumnya pernah ngalamin begitu? Sudah ke dokter belum? Dokter bilang apa? Sudah periksa laboratorium? Itunya berapa? Wah, tinggi amat. Kalau ininya normal? Minta cek juga itunya dan ininya sekalian biar jelas. Di ininya tidak ada itu ‘kan? Wah, jangan makan ini dan itu kalau begitu. Ininya bagaimana? Normal? Harus tanya yang jelas ke dokternya.”

 

Atau ini…..

“Ke dokter mana? Aduh koq ke dokter itu? Katanya dokter itu kan bla bla bla. Ada loh teman yang sampai salah indikasi, jadinya salah treatment. Parah loh, sampai sempet koma! Sudah minum obat ini belum? Harusnya jangan yang itu, yang satunya lagi lebih baik. Saudaraku makan yang itu oke. Coba deh makan ini ini ini, jangan itu itu itu. Temanku dulu juga begitu tuh, tetapi sekarang sih sudah meninggal!"

 

Rasanya ingin gigit sandal ‘kan?

 

Begitulah kalau simpati tanpa empati, jadinya apati (tanpa perasaan). Akibatnya, bukan menghibur, malah bikin hati gondok; bukan meringankan, malah menambah beban.

 

 

Editor: Tjhia Yen Nie


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home