Loading...
DUNIA
Penulis: Eben E. Siadari 17:37 WIB | Jumat, 09 September 2016

APBN Habis untuk Bayar Gaji PNS, Rakyat Zimbabwe Kelaparan

Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe (kanan) memotong kue ulang tahun dibantu istrinya (Grace) dan putranya, Chatunga (C) di Istana Negara di Harare pada 22 Februari 2016 (Foto: Reuters/Philimon Bulawayo)

HARARE, SATUHARAPAN.COM – Saat Zimbabwe menghadapi kesulitan ekonomi, dilanda kekeringan dan sebagian rakyatnya menderita kelaparan, sebuah data mengenaskan terungkap lagi. Ternyata hampir semua (96,8 persen) dari anggaran pemerintah negara itu, (atau APBN bila di Indonesia), dialokasikan untuk membayar gaji Pegawai Negara Sipil (PNS).

Dan kini, saat perekonomian negara itu kian memburuk, gaji PNS tersebut pun tidak akan terbayar.

Hal itu disampaikan oleh Menteri Keuangan Zimbabwe, Patrick Chinamasa, saat mempresentasikan anggaran jangka menengah di hadapan parlemen. Pada kesempatan itu, ia merevisi tingkat pertumbuhan ekonomi negaranya dari proyeksi 2,7 persen menjadi 1,2 persen.

Beberapa orang perempuan memungut bahan pangan yang tercecer dari sebuah truk di pinggir jalan di Mangunje, Zimbabwe, pada 20 Februari 2016 (Foto: Reuters/Philimon Bulawayo)

Sebagaimana dilaporkan oleh AFP, menteri keuangan menyebut penurunan tersebut akibat kekeringan regional yang masih berlangsung, kelangkaan investasi dan krisis uang tunai yang berlangsung lama.

“Perekonomian sedang menghadapi gejolak besar, dan tantangan utama tengah mendera aktivitas ekonomi dan bisnis selama semester pertama tahun ini dibandingkan dengan yang diantisipasi dalam anggaran nasional 2016,” ujar Chinamasa.

“Perkiraan tersebut, yang didasarkan pada status quo, menunjuk pada situasi ketika proyeksi pendapatan tidak memenuhi biaya tenaga kerja, tidak menyisakan anggaran untuk belanja operasional dan pemeliharaan serta beberapa proyek modal," kata dia.

Chinamasa menambahkan bahwa defisit anggaran diperkirakan akan melebihi satu miliar dolar Amerika (sekitar Rp 13 triliun) pada akhir tahun jika tren saat ini terus berlanjut.

Krisis perekonomian Zimbabwe semakin memburuk tahun ini. Rakyat Zimbabwe pun turun ke jalan memprotesnya. Namun Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe, yang telah berkuasa sejak tahun 1980, masih belum mau turun tahta. Ia juga menjalani hidup mewah, dengan bepergian ke luar negeri berkali-kali hanya untuk urusan pribadi tetapi berkedok urusan negara.

Gaya hidupnya bermewah-mewah, dilaporkan disebabkan oleh pengaruh istrinya yang doyan berbelanja.

Februari lalu, ia merayakan ulang tahun ke-92 dengan pesta mewah yang menelan biaya hampir 1 juta dolar AS. Lawan-lawan politiknya menyebut pesta itu sebuah penghinaan bagi rakyat jelata Zimbabwe.

Meskipun fakta-fakta menunjukkan kesulitan ekonomi parah di negaranya, Mugabe masih mencoba berkelit dengan mengatakan tidak akan ada seorang pun yang kelaparan akibat kekeringan. Pada kenyataannya, tiga juta orang hidup dalam kekurangan, yang mendorong pemerintah mendeklarasikan keadaan bencana di daerah pedesaan.

Sabtu (3/9) lalu ia kembali ke tanah airnya setelah desas-desus tentang kesehatannya yang memburuk. Laporan resmi mengatakan Mugabe baru saja menghadiri konferensi tingkat tinggi regional. Namun data penerbangan pesawatnya menunjukkan ia baru dari Asia. Ada spekulasi yang mengatakan ia terbang ke Singapura, tempat dia sebelumnya pernah dirawat.

Sebelumnya, pernah diberitakan Mugabe terpaksa terbang ke Singapura untuk menjemput istrinya yang masih betah di negeri itu.

Baru-baru ini The Southern Daily, lewat sebuah laporan berjudul "Robert Mugabe suffers stroke, Mnangagwa now the new interim President of Zimbabwe" mengungkapkan bahwa Mugabe terkena stroke dan Mnangagwa, saat ini menjabat wapres, diangkat jadi penggantinya. Tetapi Mugabe telah membantahnya.

Unjuk rasa yang selama ini jarang terjadi, kini semakin sering. Rakyat Zimbabwe turun ke jalan, selain memprotes perekonomian yang semakin sulit, juga menentang kemungkinan Zimbabwe mencalonkan diri lagi pada 2018.

Agustus lalu, polisi di Zimbabwe menembakkan gas air mata dan meriam air ke arah pendukung oposisi yang berkumpul pada unjuk rasa di ibu kota Harare. Para pengunjuk rasa mendesak perbaikan aturan pemilihan umum menjelang pemilu dilakukan pada tahun 2018.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home