Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 15:55 WIB | Senin, 20 Juni 2016

Aplikasi Ayobaca.in untuk Tunanetra, Mahasiswa UI Raih Penghargaan

Mahasiswa Ilmu Politik FISIP UI mengembangkan Ayobaca.in. aplikasi yang dapat melalui di handphone secara gratis. (Foto: ui.ac.id)

DEPOK, SATUHARAPAN.COM - Hanya 2.000 tunanetra dari 3,7 juta tunanetra yang dapat mengakses buku Braille di Indonesia. Kondisi itu sangat disayangkan, mengingat 40 persen dari 3,7 juta tunanetra masih dalam usia sekolah, dan membutuhkan akses terhadap ilmu pengetahuan melalui buku. Hal tersebut yang melatarbelakangi Deka Komanda Yogyantara, mahasiswa Ilmu Politik FISIP UI mengembangkan Ayobaca.in.

“Melalui aplikasi ini, masyarakat umum dapat membacakan suatu buku, yang kemudian direkam secara real-time, dan dikonversi menjadi audiobook. Teman-teman tunanetra dapat mengakses audiobook tersebut melalui website maupun aplikasi Ayo Bacain di handphone secara gratis,” kata Deka, seperti dilansir dari situs ui.ac.id.

Deka mendapat inspirasi ide Ayobaca.in ketika pada Februari 2016 mengikuti kegiatan kepemudaan di Thailand. Ia berkesempatan bertemu Tab, founder GuideLight Thailand. Guidelight Thailand adalah gerakan sosial yang melibatkan masyarakat dalam kegiatan sosial, mengkonversi buku konvensional menjadi audiobooks.

Dari karyanya tersebut, ia berhasil menjadi Top 5 Social Business Project, dalam Program Community Leaders Ayamin Plus, yang diadakan oleh NAMA Foundation dan Ghadan Institute yang berbasis di Arab Saudi, serta didukung oleh Waffa Indonesia Gemilang.

Deka meraih posisi empat dari 20 proyek bisnis sosial yang terpilih. Ia menerima pendanaan senilai Rp 17 juta rupiah, untuk mengembangkan bisnis sosialnya, yang bertujuan untuk membantu tunanetra di Indonesia itu.

Community Leaders Ayamin Plus sendiri, merupakan kompetisi ide social-entrepreneur yang diadakan serentak di empat negara yakni Indonesia, Kyrgyzstan, Lebanon, dan Tanzania, yang berlangsung secara paralel sejak Maret 2016. Awalnya, pada Maret lalu terdapat 100 peserta yang diseleksi, kemudian diambil 20 peserta terbaik untuk diberikan pendanaan proyek.

Ke-20 peserta itu juga akan diberangkatkan ke Turki akhir tahun ini, untuk mengikuti training social entrepreneurship.

Gagasan Deka berangkat dari mahalnya buku Braille yang harganya bisa berlipat-lipat dari buku konvensional, serta judul buku yang sangat terbatas terutama dalam bahasa Indonesia. Pada sisi lain, audiobook untuk tunanetra juga masih terbatas dan mayoritas masih berbentuk CD dengan distribusi yang masih terbatas.

Deka percaya Ayobaca.in ke depan, akan meningkatkan jumlah audiobooks di Indonesia serta mempermudah akses ilmu pengetahuan bagi 3,7 juta tunanetra di Indonesia. Agenda terdekat Ayobaca.in yakni peluncuran aplikasi serta kegiatan membacakan buku bersama pada bulan Agustus yang diadakan di Jakarta.

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home