Loading...
DUNIA
Penulis: Eben E. Siadari 10:33 WIB | Rabu, 28 September 2016

Arab Saudi Deportasi 27 Orang Kristen karena Berdoa

Ilustrasi: Perempuan Kristen Etiopia sedang berdoa (Foto: Reuters)

RIYADH, SATUHARAPAN.COM - Arab Saudi mendeportasi 27 umat Kristen Maronit berkewarganeagraan Lebanon, termasuk perempuan dan anak-anak. Mereka dideportasi setelah kedapatan berdoa dan merayakan Hari Raya Asumsi Bunda Maria di rumah mereka.

Tindakan ini dibenarkan dalam undang-undang Arab Saudi. Polisi dapat mendeportasi orang yang berpartisipasi dalam "doa yang bukan Islami" dan karena menyimpan Alkitab.

Kantor berita AINA, mengutip laporan ewtn.co.uk, mengatakan polisi agama Arab Saudi menggerebek sebuah rumah di lingkungan Aziziyah Al Khafji, di provinsi timur Arab Saudi, dan menangkap 27 orang, termasuk anak-anak. Orang-orang Kristen itu membela diri bahwa Quran juga menghormati Perawan Maria, dan doa-doa mereka tidak menimbulkan penghinaan.

Open Door International, sebuah lembaga amal yang memonitor penganiayaan terhadap orang Kristen mengatakan,
"Bahkan kendati dijalankan secara pribadi, ibadah Kristen dibatasi secara serius dengan pemisahan gender yang ketat, melarang pria dan wanita dari keluarga yang berbeda untuk beribadah di ruangan yang sama. Umat Kristen yang terlibat dalam kegiatan tersebut berisiko ditangkap, dipukuli, dideportasi, disiksa dan kadang-kadang disika."

Ada sekitar 3 persen orang Kristen di Arab Saudi. Gereja dilarang keras berdiri dan umat Muslim yang berpindah menjadi Kristen akan dihukum mati.

Profesor Camille Eid dari University of Milan dan ahli  Gereja Timur Tengah, dalam wawancara di acara Where God Weeps pada televisi yang dikelola oleh Catholic Radio & Television Network, menceritakan bagaimana ketatnya pengawasan terhadap umat Kristen dan simbol-simbol Kristen.

Sebagai contoh, mereka yang mengenakan simbol salib atau rosario, bisa menghadapi masalah. "Jika itu ada di saku Anda dan tidak ada yang melihatnya, tidak akan jadi masalah. Namun, jika Anda terlihat mengenakan salib, setiap Muslim - dan bukan hanya polisi - bisa mengambilnya. Anda akan ditangkap dan berisiko pengusiran dari kerajaan. Mereka akan mengangkut Anda ke penjara dan setelah beberapa hari Anda akan diberikan visa keluar," kata dia

Menurut dia, semua kegiatan agama di luar Islam akan mendapat hukuman. Mereka tahu bahwa Amerika, Prancis dan Italia merayakan misa Natal dan Paskah dalam kedutaan tetapi karena kedutaan ekstra-teritorial, hukum tidak berlaku.  Tidak ada gereja, sinagog atau kuil di kerajaan. Semua manifestasi dari agama lain dilarang," tambah dia.

Ia menambahkan arab Saudi memiliki 5.000 polisi agama di 100 kabupaten. Namun lebih dari itu, setiap Muslim dapat menegakkan hukum.

"Saya menghabiskan dua setengah tahun di Jeddah; saya takut untuk menyampaikan ucapan selamat Paskah dan Natal  bahkan melalui telepon karena saya takut seseorang mungkin mendengarkan. Polisi agama mengendalikan segala sesuatu termasuk toko-toko buku karena dilarang untuk menjual kartu apapun dengan tema non-Muslim," ia mengatakan.

"Beberapa tahun yang lalu di sekolah Amerika, Santa Claus hampir ditangkap namun ia berhasil melarikan diri melalui jendela. Hal ini dilarang."

Belum lama ini, Human Rights Watch (HRW) juga melaporkan Arab Saudi juga merencanakan mendeportasi 35 orang umat Kristen Ortodoks Etiopia, karena mereka berkumpul dan beribadah di dalam sebuah rumah. Pertengahan Desember lalu, polisi Arab Saudi menangkap mereka di sebuah rumah saat menjalankan ibadah. Para perempuan yang ditangkap mengaku mereka dipukuli dan dituduh sebagai kafir.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home