Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 18:43 WIB | Selasa, 19 Juli 2022

Armenia Tarik Seluruh Pasukan dari Nagorno-Karabakh

Anggota militer Azerbaijan menjaga daerah itu, yang berada di bawah kendali pasukan Azerbaijan menyusul konflik militer atas Nagorno-Karabakh melawan pasukan etnis Armenia dan penandatanganan lebih lanjut dari kesepakatan gencatan senjata, di perbatasan dengan Iran di Distrik Jabrayil, pada 7 Desember 2020 (Foto: dok. Reuters)

YEREVAN, SATUHARAPAN.COM-Armenia akan menarik semua pasukan dari wilayah Nagorno-Karabakh yang diperebutkan, di mana negara itu telah berperang dua kali dengan musuh bebuyutannya Azerbaijan, pada bulan September, kata para pejabat Selasa (19/7).

Enam pekan pertempuran antara tetangga Kaukasus pada musim gugur 2020 itu merenggut lebih dari 6.500 nyawa dan berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi Rusia.

Di bawah kesepakatan itu, Armenia menyerahkan petak-petak wilayah yang telah dikuasainya selama beberapa dekade, dan Rusia mengerahkan sekitar 2.000 penjaga perdamaian untuk mengawasi gencatan senjata.

“Unit angkatan bersenjata Armenia telah kembali ke Armenia setelah gencatan senjata, prosesnya hampir selesai dan akan berakhir pada September,” kata sekretaris dewan keamanan Armenia, Armen Grigoryan, mengatakan kepada kantor berita negara Armenpress, hari Selasa (19/7).

Tetapi pasukan separatis lokal Armenia “akan tetap di sana.” Grigoryan mengatakan pasukan penjaga perdamaian Rusia di Karabakh “menjamin” keamanan penduduk etnis Armenia di sana.

Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, pada hari Jumat mengeluh bahwa penarikan Armenia terlalu lambat. Menteri luar negeri Armenia dan Azerbaijan bertemu di ibu kota Georgia, Tbilisi, akhir pekan ini untuk pembicaraan langsung pertama mereka sejak perang.

Negosiasi itu untuk membangun kesepakatan yang dicapai oleh Aliyev dan Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, pada Mei di bawah mediasi Uni Eropa.

Aliyev dan Pashinyan mengadakan pembicaraan tatap muka yang jarang terjadi di Brussel pada bulan April dan Mei.

Presiden Dewan Eropa, Charles Michel, mengatakan pertemuan mereka berikutnya dijadwalkan pada Juli atau Agustus.

Setelah invasinya ke Ukraina pada 24 Februari, Moskow yang semakin terisolasi kehilangan statusnya sebagai mediator utama dalam konflik tersebut.

Uni Eropa sejak itu memimpin proses normalisasi Armenia-Azerbaijan, yang melibatkan pembicaraan damai, delimiterisasi perbatasan dan pembukaan kembali jaringan transportasi.

Separatis etnis Armenia di Nagorno-Karabakh memisahkan diri dari Azerbaijan ketika Uni Soviet runtuh pada tahun 1991. Konflik berikutnya merenggut sekitar 30.000 nyawa.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home