Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 18:31 WIB | Sabtu, 25 April 2020

Armenia Tuntut Turki Minta Maaf Atas Genosida 105 Tahun Lalu

Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, meletakkan karangan bunga di monumen peringatan Genosida Armenia, pada hari Jumat (23/4). (Foto: Twitter)

YEREVAN, SATUHARAPAN.COM-Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, pada hari Jumat (23/4) mengecam kejahatan terhadap "peradaban" dan menuntut permintaan maaf dari Turki ketika negaranya menandai peringatan 105 tahun genosida Armenia pada era perang dunia pertama (WWI).

Genosida adalah "kejahatan tidak hanya terhadap identitas etnis kita, tetapi juga terhadap peradaban manusia," kata Pashinyan dalam sebuah pesan setelah meletakkan bunga di sebuah peringatan genosida di ibu kota Armenia, Yerevan.

Perayaan peringatan genosida yang menewaskan sekitar 1,5 juta jiwa itu pada tahun ini dalam suasana pembatasan akibat pandemi virus corona yang diberlakukan di seluruh negeri, dan peringatan di Yerevan ditutup untuk umum.

Dalam pidato video pendek di peringatan itu, Pashinyan mengatakan bahwa setelah lebih dari seabad, konsekuensi genosida belum dihilangkan. "Turki belum meminta maaf atas apa yang dilakukannya," katanya, seraya menambahkan bahwa Yerevan "menuntut" bahwa Ankara  secara resmi mengakui pembantaian itu sebagai genosida.

Armenia mengatakan sekitar 1,5 juta orang terbunuh oleh Kekaisaran Ottoman sebelum kekaisaran itu hancur selama Perang Dunia I, dan jumlah korban yang dianggap sebagai genosida. Klaim Armenia itu didukung oleh sekitar 30 negara.

Turki dengan keras menolak penyebutan genosida, dengan alasan bahwa 300.000 hingga 500.000 orang Armenia yang dibunuh, dan setidaknya sebanyak orang Turki tewas dalam perselisihan sipil ketika orang-orang Armenia bangkit melawan penguasa Ottoman mereka dan berpihak pada invasi pasukan Rusia.

Kejahatan Besar

Yerevan telah lama menuntut Ankara untuk memberikan kompensasi finansial dan mengembalikan hak properti kepada keturunan mereka yang terbunuh dalam pembantaian pada tahun 1915-1918, yang oleh orang Armenia disebut Meds Yeghern atau Kejahatan Besar.

Pashinyan mengatakan orang-orang Armenia "masih menghadapi tantangan-tantangan yang diajukan kepada orang-orang kita pada permulaan abad kedua puluh." Dia mengatakan bahwa alih-alih mengunjungi peringatan itu, orang-orang Armenia di seluruh dunia akan dapat mengirim nama mereka ke nomor ponsel untuk dipajang di pilar peringatan sampai fajar.

Peringatan dimulai di Armenia pada hari Kamis (22/4) malam, ketika lampu jalan dimatikan dan lonceng gereja berdentang di seluruh negeri. Penduduk Yerevan juga mematikan lampu di rumah mereka dan banyak yang menyalakan lilin atau melambaikan lampu senter ponsel mereka dari jendela.

Bulan lalu, Armenia, yang telah melaporkan 1.596 kasus terinfeksi virus corona dan 27 kematian, menyatakan keadaan darurat dan memberlakukan penguncian nasional untuk memperlambat penyebaran virus. (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home