Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 13:33 WIB | Selasa, 05 November 2019

AS Beritahu PBB, Siap Keluar dari Perjanjian Iklim Paris

Pembangkit listrik tenaga uap batu bara Plant Scherer, salah satu penghasil emisi karbon dioksida, tampak di Juliette, Georgia AS pada (3 Juni 2017). (Foto: voaindonesia.com)

AMERIKA SERIKAT, SATUHARAPAN.COM – Amerika Serikat, Senin (4/11), mengumumkan telah memberitahu PBB akan mulai menarik diri dari Perjanjian Iklim Paris 2015, untuk menurunkan emisi gas rumah kaca.

“Presiden Donald Trump membuat keputusan ini karena Perjanjian Paris telah membebani dunia bisnis, pekerja, dan pembayar pajak Amerika secara tidak adil, sementara memberi izin secara cuma-cuma kepada negara-negara lain,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri kepada VOA.

Amerika adalah negara kedua setelah China yang menghasilkan emisi gas rumah kaca terbesar di dunia.

Presiden Trump, sebelumnya telah berkampanye menentang keikutsertaan Amerika dalam Perjanjian Iklim Paris, yang sebenarnya telah ditandatangani oleh hampir semua negara.

Mengingat masa tunggu selama tiga tahun, sejak perjanjian itu mulai berlaku, Senin kemarin (4/11) adalah hari pertama Amerika dapat menyampaikan pemberitahuan resmi. Masih dibutuhkan satu tahun lagi hingga keputusan mundurnya Amerika dari perjanjian itu dapat benar-benar berlaku, atau berarti pada 4 November 2020, sehari setelah pemilu presiden Amerika tahun depan.

Para penantang Presiden Trump dari Partai Demokrat, tidak mendukung keputusannya mundur dari perjanjian itu. Jika salah seorang di antara penantang itu mengalahkan Trump, tokoh itu dapat membatalkan keputusan itu setelah menjabat pada 20 Januari 2021.

“Sewaktu krisis iklim semakin memburuk, kebakaran terjadi di California, sementara banjir di Iowa, Trump tetap mengabaikan sains dan kepemimpinan internasional kita,” cuit Joe Biden, salah seorang penantang kuat Trump dalam pemilu.

“Ia hanya memberitahu PBB tentang mundurnya Amerika secara resmi dari Perjanjian Paris. Ini memalukan.”

Perjanjian Iklim Paris, bertujuan menjaga kenaikan suhu global abad ini di bawah dua derajat celsius, di atas tingkat pra-industri dan untuk mengejar upaya membatasi kenaikan suhu lebih jauh hingga 1,5 derajat celsius. Perjanjian itu juga berupaya memperkuat kemampuan negara-negara merespons dan mengurangi dampak perubahan iklim.

Juru bicara PBB, membenarkan pihaknya telah menerima pemberitahuan Amerika dan akan menyampaikan perkembangannya segera.

Pemerintah Trump mengatakan terlepas dari Perjanjian Iklim Paris, emisi gas rumah kaca Amerika dari 2005 hingga 2017 turun 13 persen, sedangkan perekonomian tumbuh lebih dari 19 persen.

Di tingkat negara bagian dan lokal, serta di sektor swasta, masih ada dorongan besar untuk merespons perubahan iklim di Amerika. (voaindonesia.com)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home