Loading...
SAINS
Penulis: Sotyati 12:05 WIB | Rabu, 08 November 2017

AS Tegaskan Lagi Rencana Keluar dari Kesepakatan Iklim Paris

Ilustrasi: Aktivis lingkungan memprotes Presiden Trump di luar gedung perundingan iklim di Maroko, November 2016. Perusahaan-perusahaan dan investor, termasuk dari Amerika Serikat, meminta Donald Trump menjunjung tinggi pakta iklim Paris yang disetujui 196 negara. (Foto: Dok satuharapan.com/bbc.com)

BONN, SATUHARAPAN.COM – Seorang delegasi Amerika Serikat untuk konferensi perubahan iklim PBB di Jerman menegaskan kembali rencana negaranya untuk keluar dari Kesepakatan Paris terkait pemanasan global.

Konferensi COP23 dibuka pada hari Senin (6/11/2017) di Bonn dengan dihadiri oleh lebih dari 190 negara dan kawasan. Para delegasi akan membahas upaya untuk membuat aturan spesifik yang akan diterapkan dalam kesepakatan, termasuk cara untuk melapor dan memverifikasi upaya setiap negara guna mencapai target pemangkasan emisi gas rumah kaca.

Ini merupakan konferensi perubahan iklim dunia pertama yang digelar setelah Presiden Donald Trump pada bulan Juni lalu mengumumkan AS akan keluar dari kesepakatan jika tidak mencapai perjanjian yang lebih baik. Dalam sesi hari Senin (6/11) kemarin, seperti diberitakan nhk.or.jp, seorang delegasi senior AS mengatakan, posisi Washington tidak berubah sejak pengumuman presiden tersebut.

Sementara itu seorang delegasi dari Republik Demokratik Kongo mengatakan negara lain mungkin akan mundur jika AS keluar dari pakta itu. Negara-negara berkembang yang terdampak pemanasan global menyatakan kekhawatirannya atas masa depan kesepakatan iklim ini.

Harapan Mulai Tumbuh di COP23

Pada sisi lain, seperti diberitakan dw.com, harapan mulai tumbuh di kalangan delegasi peserta.

Sehari setelah pembukaan Konferensi Iklim COP23 di Bonn sudah muncul berita sukses. Wakil delegasi Jerman, Jochen Flasbarth, mengabarkan kepada para jurnalis, peserta konferensi berhasil menyepakati seluruh agenda konferensi 14 hari itu. Di masa lalu, perdebatan soal agenda saja bisa berlangsung berhari-hari.

Kalangan LSM (NGO) yang berkumpul di Bonn juga lebih fokus untuk mendesak negara-negara yang ingin terlibat dalam penanggulangan iklim, untuk bekerja lebih keras dan ambisius.

Ahli iklim dari organisasi OXFAM, Jan Kowalzig, mengatakan kepada DW, “Ini sinyal penting, bahwa negara-negara yang terlibat dalam Kesepakatan Paris tetap bertekad untuk mewujudkannya. Yang kedua: negara-negara peserta harus memperbaiki target mereka, karena selama ini target yang dicanangkan tidak memadai. Mereka harus mereduksi emisi lebih banyak lagi.”

Sekalipun Presiden Trump menyatakan akan keluar dari Kesepakatan Paris, delegasi AS tetap hadir di COP23. Mereka berasal dari parlemen daerah, kota-kota, organisasi non-pemerintah, dan dari berbagai universitas.

Suasana Laut dan Kopi Ramah Lingkungan di COP23

DW juga melaporkan, karena Fiji menjadi penyelenggara, suasana di area konferensi memang terasa lebih santai, sesuai dengan suasana di Karibia dan Pasifik. Di Paviliun Jerman disuguhkan kopi ramah lingkungan dari Kosta Rika. Negara itu memang punya ambisi besar untuk menjadi negara pertama dunia, yang punya sistem ekonomi dengan emisi netral. Karena itu, dukungan dari Jerman diperlukan.

Zona konferensi terbagi dua, yaitu Zona Bula, dimana para delegasi resmi berkumpul dan melangsungkan rapat-rapat penting. “Bula” dalam bahasa Fiji berarti  “selamat datang”. Zona kedua adalah Zona Bonn, yang menjadi lokasi paviliun dari negara-negara peserta dan organisasi nonpemerintah. Jarak yang harus ditempuh antara kedua zona cukup jauh. Beruntung ada transportasi cuma-cuma dengan bus ramah lingkungan. Atau peserta bisa menggunakan salah satu dari sekian banyak sepeda yang disediakan panitia.

Pengawasan keamanan sangat ketat, seperti di bandara-bandara internasional. Karena Zona Bula dan Zona Bonn terpisah jauh, pengawasan keamanan juga berbeda. Artinya, ketika masuk ke Zona Bula peserta akan melalui pemeriksaan ketat. Lalu ketika akan masuk ke Zona Bonn, dilakukan pemeriksaan lagi.

Masalah lain yang terutama dihadapi para peserta dari kawasan panas, adalah cuaca dingin musim gugur di Jerman. Banyak anggota delegasi dari Fiji dan negara-negara tetangganya diberitakan sudah terserang flu. Namun, tetap ada harapan bahwa konferensi iklim di Bonn ini akan membuahkan hasil konkret.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home