Loading...
DUNIA
Penulis: Melki Pangaribuan 07:16 WIB | Minggu, 09 Oktober 2016

AS Tuduh Rusia Lakukan Serangan Siber Politik

Pejabat Rusia mengatakan kepada kantor berita Interfax, klaim yang menyebutkan mereka terlibat dalam serangan siber merupakan "omong kosong".
Debbie Wasserman Schultz. (Foto: bbc.com)

WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk pertama kalinya pada hari Jumat (7/10), secara resmi menuduh Rusia melakukan serangan siber terhadap organisasi politik Partai Demokrat dengan tujuan "menganggu pemilihan umum AS" jelang 8 November 2016.

"Kami yakin, berdasarkan pada jangkaun dan sensitivitas dari upaya ini, hanya pejabat paling senior Rusia yang dapat memiliki kewenangan akan aktivitas ini. Ini pencurian dan pengungkapan dimaksudkan untuk mengganggu proses pemilu AS," kata sebuah pernyataan pemerintah AS, seperti dikutip Reuters, hari Sabtu (8/10).

Sementara itu BBC melaporkan berdasarkan pernyataan Departemen Keamanan Dalam Negeri, sejumlah email yang diretas baru-baru ini "konsisten dengan metode dan motivasi dari upaya langsung Rusia".

Data mengungkapkan pembicaraan di dalam kalangan Partai Demokrat juga diretas pada awal tahun ini.

Sejumlah negara bagian dilaporkan 'menyelidiki' upaya peretasan yang dilakukan terhadap sistem "yang terkait dengan pemilu AS".

Bagaimanapun, pejabat AS mengatakan upaya tersebut tidak secara langsung terkait dengan pemerintah Rusia.

Pejabat Rusia mengatakan kepada kantor berita Interfax, klaim yang menyebutkan mereka terlibat dalam serangan siber merupakan "omong kosong".

Tetapi sebuah pernyataan bersama dari Departemen Keamanan Dalam Negeri dan Direktur Intelejen Nasional untuk Keamanan Pemilu mengatakan, pejabat tingkat tinggi di Kremlin hampir dipastikan terlibat dalam serangan yang berhasil.

Bagaimanapun, mengalihkan suara aktual atau hasil pemilu akan "sangat sulit", karena sistem desentralisasi dan pengecek yang berlapis dan seimbang.

Kampanye pemilu

Pada Juli lalu, seorang peretas yang menyebut dirinya Guccifer 2.0 mengklaim bertanggung jawab atas penyebaran dokumen dari Partai Demokrat.

Data termasuk email dan dokumen lainnya yang mengungkapkan pekerjaan yang dilakukan di dalam Komite Nasional Demokratik DNC.

Pada tahap awal, banyak pejabat AS terkait dengan upaya menerobos ke Rusia. Pada saat itu, Moskow membantah terlibat dan mencela retorika "anti-Rusia yang beracun".

Bocoran email itu muncul untuk menunjukkan bahwa pejabat Partai Demokrat berlaku bias terhadap Bernie Sanders yang bersaing dengan Clinton pada pemilihan kandidat presiden dari partai itu.

Peretasan itu memicu pengunduran diri ketua DNC Debbie Wasserman Schultz dan menimbulkan protes dalam konvensi nasional di Philadelphia.

Adam Schiff, anggota senior Komite Intelejen DPR mengatakan dia menyambut keputusan untuk menyebut nama Rusia sebagai pelakunya kepada publik.

"Semua dari kita harus sungguh-sungguh peduli ketika sebuah kekuatan asing seperti Rusia berupaya untuk menggerogoti institusi demokratik," kata dia.

Dia menyerukan agar ada bekerja sama dengan "Sekutu Eropa".

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home