Loading...
FOTO
Penulis: Reporter Satuharapan 08:31 WIB | Kamis, 01 Desember 2016

Aung San Suu Kyi Janji Rekonsiliasi Terkait Krisis Rohingya

Aung San Suu Kyi Janji Rekonsiliasi Terkait Krisis Rohingya
Kanselir Myanmar Aung San Suu Kyi berbicara di International Enterprise Global Conversation di Singapura, 30 November 2016. Suu Kyi sedang berada di Singapura untuk lawatan kenegaraan selama tiga hari. (Foto-foto: AFP)
Aung San Suu Kyi Janji Rekonsiliasi Terkait Krisis Rohingya
Mantan sekretaris jenderal PBB Kofi Annan (kedua kiri), kepala komisi penasihat multisektor dengan sembilan anggota tentang Rakhine, Myanmar, tiba untuk rapat di Yangon 30 November 2016. Kaum Rohingya Myanmar dapat menjadi korban kejahatan kemanusiaan, kata badan HAM PBB tersebut pada 29 November, saat mantan kepala PBB Kofi Annan tiba di negara tersebut untuk rangkaian kunjungan, yang salah satunya adalah ke Rakhine utara.
Aung San Suu Kyi Janji Rekonsiliasi Terkait Krisis Rohingya
Massa dari sejumlah ormas Islam menggelar unjuk rasa menentang penindasan Muslim Rohingnya di Myanmar setelah salat Jumat di Dhaka, 25 November 2016. Ribuang etnis Rohingnya membanjiri perbatasan Bangladesh dalam beberapa hari terakhir, memberi kesaksian mengenai pemerkosaan, penyiksaan dan pembunuhan secara sistematis etnis mereka.
Aung San Suu Kyi Janji Rekonsiliasi Terkait Krisis Rohingya
Seorang remaja muslim memegang poster dalam protes menentang pembantaian muslim Rohingya di Myanmar, di luar Kedutaan Myanmar di Kuala Lumpur 25 November 2016. Sekitar 5.000 muslim Bangladesh berdemonstrasi di ibu kota Dhaka setelah salat Jumat pada 25 November, dengan ratusan orang berdemo di Kuala Lumpur, Jakarta dan Bangkok.
Aung San Suu Kyi Janji Rekonsiliasi Terkait Krisis Rohingya
Pemrotes muslim berdiri di depan anggota kepolisian Thailand dalam demonstrasi di luar kedutaan Myanmar di Bangkok, 25 November 2016.Sekitar 5.000 muslim Bangladesh berdemonstrasi di ibu kota Dhaka setelah salat Jumat pada 25 November, dengan ratusan orang berdemo di Kuala Lumpur, Jakarta dan Bangkok.
Aung San Suu Kyi Janji Rekonsiliasi Terkait Krisis Rohingya
Kelompok aksi Solidaritas Muslim Rohingya berunjukrasa di depan Kedutaan Besar Myanmar, Jakarta Pusat, Jumat (25/11). Dalam aksinya mereka mengecam pembantaian dan penyiksaan oleh pemerintah dan militer Myanmar terhadap masyarakat muslim Rohingya serta mendesak pemerintah Indonesia agar mendorong ASEAN untuk meyakinkan Myanmar agar segera menghentikan kekerasan dan mencari solusi atas permasalahan Rohingya secara damai dan bermartabat. (Foto: Antara)

SINGAPURA, SATUHARAPAN.COM - Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi berjanji akan berupaya meraih "perdamaian dan rekonsiliasi nasional" di tengah meningkatnya kecaman internasional atas aksi kekerasan militer di negaranya terhadap etnis minoritas muslim Rohingya.

Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian tersebut pada hari Rabu (30/11) tidak menyinggung tentang kekerasan di negara bagian Rakhine, namun berkata di sebuah forum bisnis Singapura bahwa Myanmar yang terdiri dari berbagai etnis perlu mencapai stabilitas guna menarik lebih banyak investasi.

Suu Kyi memulai kunjungannya ke Singapura selama tiga hari, investor asing terbesar di Myanmar setelah Tiongkok, saat tekanan internasional melanda pemerintahannya untuk mengatasi krisis Rohingya tersebut.

Umat Rohingya telah membanjiri perbatasan untuk masuk ke Bangladesh, sambil membuat klaim mengerikan tentang pemerkosaan, penyiksaan dan pembunuhan di tangan aparat keamanan.

Myanmar membantah tuduhan pelecehan tersebut, mengatakan bahwa tentaranya sedang mencari "para teroris" yang bertanggung jawab atas serangan mematikan di pos perbatasan polisi pada bulan lalu.

Ribuan Rohingya lainnya juga telah melarikan diri ke Tiongkok pada bulan ini setelah bentrokan pecah antara para tentara dan pasukan pemberontak etnis di negara bagian Shan utara, rumah bagi salah satu dari banyak pemberontak yang telah berlangsung beberapa dekade di perbatasan Myanmar.

"Seperti yang Anda tahu, kami memiliki banyak tantangan. Kita negara yang memiliki banyak etnis, dan kami harus bekerja untuk mencapai stabilitas dan aturan hukum seperti Singapura banggakan," kata pemimpi berusia 71 tahun.

"Para pebisnis tidak ingin berinvestasi di negara-negara tidak stabil. Kami tidak ingin menjadi tidak stabil, namun kami telah memiliki sejarah panjang perpecahan di bangsa kami. Jadi rekonsiliasi nasional dan perdamaian itu penting bagi kami," katanya. (AFP)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home