Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 18:11 WIB | Sabtu, 12 November 2016

Australia Jajaki Pembiakan Sapi di NTT

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita didampingi Kepala BKPM Thomas Lembong (kedua dari kanan), Dubes RI untuk Australia, Konsul Jenderal RI di Sydney dan Direktur Perundingan Bilateral, Kemendag melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Perdagangan Pariwisata Investasi Australia, Steven Ciobo. Pertemuan berlangsung di Intercontinental Hotel, Sydney membahas perkembangan perundingan IA CEPA, kerjasama bidang pengembangan sapi, potensi-potensi sektor barang dan jasa untuk mendorong perdagangan bilateral kedua negara. (Foto: kemendag.go.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita serta Menteri Perdagangan, Pariwisata dan Investasi Australia Steven Ciobo sepakat untuk meningkatkan kerja sama di bidang perdagangan sapi antara Indonesia-Australia.

Hal tersebut diungkapkan dalam pertemuan bilateral Kepala BKPM, Menteri Perdagangan RI serta Menteri Perdagangan, Pariwisata dan Investasi Australia di Australia, hari Minggu (6/11) lalu.

Sejalan dengan kebijakan pemerintah yang tertulis pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pemasukan Ternak Ruminansia Besar ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia, Indonesia-Australia sepakat untuk meningkatkan stok sapi di Indonesia sebagai upaya untuk menstabilkan harga daging sapi dalam negeri.

Kepala BKPM menyampaikan antusiasme pemerintah Australia untuk menjajaki beberapa wilayah perkembangbiakan sapi di Indonesia, salah satunya Nusa Tenggara Timur. Selain perkembangbiakan sapi, kedua pihak juga akan eksplorasi lebih jauh untuk mengadakan kerja sama di komoditi lain, seperti gula.

“Australia ingin kerja sama ini tidak sebatas pada impor sapi saja, tapi juga bisa merambah ke sektor penanaman modal terutama untuk pengembangbiakan sapi di Indonesia, sehingga selain meningkatnya investasi, secara signifikan kita dapat mengurangi permasalahan stok daging sapi dalam negeri,” kata Tom dalam keterangan kepada pers, hari Jumat (11/11).

Kepala BKPM menambahkan, kerangka perjanjian kerja sama ekonomi komprehensif Indonesia-Australia (Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement/IA-CEPA) selain mencakup kerja sama terkait daging atau sapi, juga jasa lainnya seperti pariwisata, kesehatan, pelatihan tenaga kerja dan lain-lain.

“Kami perluas kerja sama ini, selain daging sapi dan komoditi, kami juga ingin membantu perkembangan 10 prioritas destinasi pariwisata,” lanjutnya.

Realisasi dari kerangka perjanjian tersebut adalah adanya penggabungan modal dari  Tiongkok, Hongkong, Jepang atau Korea, dengan teknologi dan keahlian dari Australia dalam pengolaaan kawasan pariwisata di Indonesia. Hal tersebut membutuhkan dukungan tenaga kerja terampil di bidang pariwisata yang cukup besar.

Tahap selanjutnya akan dibicarakan peluang dan kemudahan bagi para pekerja asal Indonesia untuk dilatih dan bekerja di Australia dalam skema Working and Holiday Visa.

“Dari gagasan tersebut, selain 10 prioritas destinasi pariwisata, diharapkan dapat memberikan banyak peluang bagi para pekerja di Indonesia,” kata Tom.

Terkait beberapa kesepakatan tersebut, Menteri Perdagangan, Pariwisata dan Investasi Australia Steven Ciobo menyambut baik hal tersebut dan akan membicarakan langkah selanjutnya.

Dari data BKPM, realisasi investasi dari Australia periode Januari-September 2016 mencapai USD 145,6 juta terdiri dari 542 proyek. Posisi tersebut menempatkan Australia di peringkat 16 teratas dari sumber investasi yang masuk ke Indonesia.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home