Australia Protes Atas Kekerasan Terhadap Wartawan di AS
CANBERRA, SATUHARAPAN.COM - Australia sedang menyelidiki serangan polisi Amerika Serikat terhadap dua wartawan televisi Australia di luar Gedung Putih, kata menteri luar negeri, hari Selasa (2/6), dan menyatakan "keprihatinan kuat" tentang serangan yang disiarkan langsung di depan kamera.
"Kami telah meminta kedutaan Australia di Washington, DC untuk menyelidiki insiden ini," kata Menlu, Marise Payne, setelah para jurnalis itu dibanting dalam kerusuhan, dipukuli dengan tongkat ketika menyiarkan aksi protes.
“Saya ingin mendapatkan saran lebih lanjut tentang bagaimana kita akan menyampaikan kekhawatiran kuat Australia dengan otoritas lokal yang bertanggung jawab di Washington,” katanya, yang mengindikasikan keluhan resmi akan menyusul.
Rekaman menunjukkan reporter 7NEWS, Amelia Brace, dipukuli dengan pentungan dan juru kamera, Tim Myers, dipukul dengan perisai anti huru-hara dan ditinju di wajahnya oleh polisi yang sedang membubarkan demonstran Lafayette Square di Washington, hari Senin (1/6).
Para wartawan mengatakan mereka kemudian ditembak dengan peluru karet dan gas air mata, yang menurut Brace membuat pasangan itu "agak kesakitan."
Insiden itu disiarkan secara luas di Australia, menyebabkan kekhawatiran di negara yang telah menjadi sekutu dekat AS.
Polisi AS, dengan dukungan dari personel militer, telah secara paksa membersihkan alun-alun pemrotes damai untuk memungkinkan Presiden Donald Trump meninggalkan Gedung Putih untuk kesempatan berfoto.
Trump telah menghadapi kritik pedas atas penanganan protes selama sepekan atas kematian dalam tahanan polisi seorang pria Afrika-Amerika yang tidak bersenjata di Minneapolis. George Floyd meninggal setelah seorang perwira polisi kulit putih berlutut di lehernya selama hampir sembilan menit.
Payne menghindari mengkritik Trump secara langsung, menyoroti tindakan penyeimbang yang halus yang dihadapi sekutu AS ketika menyampaikan kegelisahan pemerintahannya. "Ini jelas merupakan periode yang sangat mengganggu di Amerika Serikat, dan periode yang sangat sulit di berbagai tingkatan," katanya kepada radio ABC.
"Kami selalu mendukung hak rakyat untuk melakukan protes damai dan kami mendorong semua yang terlibat di kedua belah pihak untuk menahan diri dan menghindari kekerasan." (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Bangladesh Minta Interpol Bantu Tangkap Mantan PM Sheikh Has...
DHAKA, SATUHARAPAN.COM-Sebuah pengadilan khusus di Bangladesh pada hari Selasa (12/11) meminta organ...