Loading...
EKONOMI
Penulis: Bayu Probo 12:19 WIB | Jumat, 04 Juli 2014

Aviliani: Pelemahan Rupiah Lanjut hingga Tapering-Off Usai

Aviliani. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pengamat ekonomi dari EC Think, Aviliani, menilai pelemahan rupiah terhadap dolar AS akan berlanjut hingga penghentian stimulus moneter (tapering off) oleh Pemerintah Amerika Serikat benar-benar usai.

“Menurut saya pelemahan rupiah akan berlanjut, masih sampai menunggu kebijakan tapering off Amerika. Karena investor sudah memperkirakan kalau sampai tapering off nol, tidak ada lagi uang yang akan dicetak, dan itu berarti mereka tidak akan hidup,” ujar Aviliani di Jakarta, Kamis (3/7) malam.

Menurut Aviliani, investor akan menunggu kepastian berakhirnya tapering off, baru kemudian membawa dananya masuk ke Indonesia. Ia menuturkan, sebenarnya saat ini dana asing tetap masuk ke dalam negeri, namun tidak sebesar yang diharapkan  pasar.

“Sayangnya, kita hanya selalu bergantung pada hot money,” kata Aviliani.

Kendati demikian, lanjut Aviliani, pemerintah tetap harus meneruskan pembangunan infrastruktur untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di Tanah Air. Kecenderungan rupiah akan melemah akibat pembangunan infrastruktur tersebut memang merupakan konsekuensinya.

“Sampai akhir tahun supaya pertumbuhannya cukup bagus, ini capex (capital expenditures/belanja modal) harus tetap dijalani. Karena masalah investasi kan tetap jadi kendala, walaupun tinggi tapi masih lebih rendah daripada 2013, maka harus digenjot. BUMN-BUMN harus dipaksakan enam bulan ini menggenjot infrastruktur sehingga pertumbuhan kita bisa lebih bagus,” ujar Aviliani.

Aviliani menilai, pemerintah juga harus mulai memikirkan standby loan untuk cadangan dolar AS sendiri, bukan dengan mengerem permintaan domestik. Selain itu, pemerintah juga harus kembali gencar menggenjot Devisa Hasil Ekspor (DHE) sebagai alternatif untuk menutupi pembiayaan untuk infrastruktur tersebut.

“Kalau sekarang ini kita sedang melakukan pengereman demand supaya rupiah kita menguat, tapi itu tidak memecahkan masalah. Menurut saya, kita bangun infrastruktur, cari yang prioritas untuk efisiensi ekonomi,” kata Aviliani.

Persaingan Capres Bukan Faktor

Aviliani juga menilai persaingan capres yang ketat bukan merupakan salah satu faktor penyebab melemahnya rupiah terhadap dolar AS.

“Saya sih tidak yakin karena itu (persaingan capres, Red). Memang hasil survei mengalami perubahan yang orang tidak duga-duga, tapi saya tidak melihat itu yang menyebabkan pelemahan rupiah,” ujar Aviliani di Jakarta, Kamis malam.

Aviliani berpendapat tidak ada hubungan antara persaingan capres dan melemahnya rupiah. Ia menilai masyarakat juga sudah cenderung menerima siapa pun yang akan menjadi presiden mendatang, baik Jokowi maupun Prabowo.

“Kalau menurut saya jangan kita salahkan capresnya, yang perlu kita bereskan fundamental ekonomi kita,” kata Aviliani.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan salah satu penyebab nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terkoreksi adalah persaingan antarpasangan capres-cawapres yang makin ketat.

Menurut Chatib, persaingan capres menjadi perhatian beberapa bond holders besar, karena memunculkan pertanyaan terkait keamanan. Kalau hasilnya ketat dan dekat, dikhawatirkan ada gugatan ke Mahkamah Konstitusi. Menurut Chatib, pelaku pasar memerlukan kepastian.

Aviliani menilai, pelaku pasar sudah berhitung, siapa pun yang kelak menjadi pemimpin di Indonesia, ekonomi di dalam negeri tidak akan berubah secara signifikan. Dengan kapasitas fiskal yang terbatas, industri di Indonesia tidak akan berubah jauh.

Ia mengatakan, salah satu yang menyebabkan rupiah melemah adalah ketatnya likuiditas valas di Tanah Air. Karena itu, pemerintah harus mendorong pendalaman pasar keuangan untuk mengatasi masalah tersebut.

“Misalnya, yang diproteksi oleh LPS itu jangan hanya bank, sebentar lagi kan asuransi, kalau perlu reksadana. Supaya masyarakat kecil masuk tapi diproteksi, sehingga dana mereka tetap aman, untuk memperdalam pasar keuangan,” kata Aviliani. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home