Loading...
INDONESIA
Penulis: Bayu Probo 14:23 WIB | Jumat, 08 Agustus 2014

Azyumardi Azra: Jaga Indonesia dari ISIS

"Jangan kapok jadi orang Indonesia!" ujar Azyumardi Azra pada talk show bertajuk "Intoleransi dalam Kehidupan Politik, Sebuah Realitas di Indonesia” yang dilaksanakan satuharapan.com pada Kamis (3/4) di Gedung Sinar Kasih, Jakarta Timur. (Foto: Elvis Sendouw)

PALU, SATUHARAPAN.COM – Pakar sejarah Prof. Dr. H Azyumardi Azra mengatakan Indonesia perlu dijaga dari pengaruh “Islamic State of Iraq and Syria” (ISIS), sebab jika gerakan itu muncul bisa mengacaukan Indonesia dan kerugian paling besar dialami orang Islam.

“Kalau gerakan itu muncul di Indonesia dan ini bisa kacau, maka yang rugi itu adalah orang Islam, karena orang Islam paling banyak di Indonesia,” katanya dalam diskusi ilmiah di Kampus IAIN Palu, Jumat (8/8).

Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Jakarta itu mengatakan jika Indonesia kacau, maka orang Islam tidak bisa minta suaka kemana-mana.

“Kalau organisasi Islam mau minta suaka di Amerika tidak mungkin dapat,” katanya.

Karena itulah, kata dia, Indonesia harus dijaga dari pengaruh ajaran keagamaan yang membuat bangsa Indonesia berantakan. “Jangan hal-hal yang utopia serta merta dibawa ke Indonesia,” katanya.

Menurut dia, konsep kekhalifahan yang menjadi misi ISIS jelas tidak relevan dengan umat Islam Indonesia.

“Indonesia lebih mengenal negara bangsa, bukan kekhalifahan, seperti yang dikampanyekan ISIS atau Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), meski pendekatan HTI lebih soft,” katanya.

Azyumardi banyak menjelaskan tentang sejarah munculnya ISIS dari Timur Tengah yang dipengaruhi oleh instabilitas di negara-negara Arab itu.

Secara keseluruhan, Timur Tengah merupakan wilayah regional yang paling tidak pernah stabil sejak pasca-Perang Dunia II. Sejak itu dan hingga kini selalu menjadi pusat pergolakan politik dan kekerasan.

Faktor utamanya adalah konflik Palestina-Israel, pertarungan antarnegara Arab sendiri maupun konflik politik domestik seperti gerakan Islamis Ikhwanul Muslimin.

“ISIS lahir dari instabilitas politik, sosial dan agama,” katanya.

Menurut Azyumardi, ketika gelombang demokrasi sampai ke Syria, berkecambalah berbagai kelompok oposisi.

Kata dia, sebagian dari oposisi itu murni gerakan pro-demokrasi dan lebih banyak lagi kelompok militan radikal dengan semangat sektarianisme keagamaan yang menyala-nyala.

Sejak awal 2013 kata dia, ISIS berhasil mengonsolidasikan berbagai kelompok radikal yang berkonflik satu sama lain.

Saat ini, ISIS menyerukan kaum Muslim seluruh dunia, termasuk Indonesia untuk mendukung dan bergabung dengan mereka dengan konsep kekhalifahan.

“Mereka menggunakan sentimentil sektarianisme Islam Sunni versus Syiah dan kekhalifahan sebagai entitas pemersatu umat Islam se-dunia,” katanya. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home